Dalam dunia bioteknologi dan penelitian medis, analisis DNA menjadi aspek penting untuk memahami berbagai kondisi kesehatan, termasuk kesuburan dan penyakit genetik. Salah satu metode yang digunakan dalam evaluasi DNA adalah DNA Fragment Index (DFI), yang mengukur tingkat fragmentasi DNA dalam sampel biologis. Fragmentasi DNA dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk kualitas sperma pada pria dan […]
Dalam dunia bioteknologi dan penelitian medis, analisis DNA menjadi aspek penting untuk memahami berbagai kondisi kesehatan, termasuk kesuburan dan penyakit genetik. Salah satu metode yang digunakan dalam evaluasi DNA adalah DNA Fragment Index (DFI), yang mengukur tingkat fragmentasi DNA dalam sampel biologis. Fragmentasi DNA dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk kualitas sperma pada pria dan efektivitas prosedur fertilisasi in vitro (IVF).
DNA Fragment Index (DFI) merupakan ukuran yang menunjukkan persentase DNA yang terfragmentasi dalam suatu sampel. Fragmentasi DNA dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk stres oksidatif, paparan toksin, infeksi, atau kelainan genetik.
Pengukuran DFI umumnya dilakukan dalam bidang kedokteran reproduksi dan penelitian genetika. Dalam dunia fertilitas, misalnya, DFI digunakan untuk mengevaluasi kualitas sperma pria. Sperma dengan tingkat fragmentasi DNA yang tinggi memiliki kemungkinan lebih rendah untuk membuahi sel telur secara alami atau melalui teknologi reproduksi berbantu (ART).
Penyebab Fragmentasi DNA

Sumber gambar: Freepik
Berbagai faktor dapat memengaruhi tingkat fragmentasi DNA, di antaranya:
1. Stres Oksidatif yang Merusak DNA
Stres oksidatif terjadi ketika tubuh mengalami ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan sistem pertahanan antioksidan untuk menetralkannya. Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat menyerang struktur DNA, menyebabkan mutasi atau bahkan fragmentasi.
Faktor-faktor seperti paparan polusi, pola makan yang buruk, kurangnya asupan antioksidan, dan paparan sinar UV berlebihan dapat meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mempercepat penuaan sel dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan, termasuk infertilitas pada pria dan wanita.
Baca juga: Kesehatan Mental & Infertilitas: Memahami Dampak Emosional dan Strategi Menghadapinya
2. Paparan Polusi dan Toksin yang Berbahaya
Lingkungan yang tercemar dapat menjadi salah satu penyebab utama fragmentasi DNA. Paparan polusi udara, bahan kimia beracun, serta pestisida yang terdapat dalam makanan dapat merusak integritas DNA dalam sel. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa logam berat seperti timbal dan kadmium yang terdapat dalam polusi industri dapat menyebabkan mutasi genetik dan meningkatkan risiko kanker.
Selain itu, bahan kimia berbahaya dalam produk rumah tangga, plastik, dan kosmetik juga dapat berkontribusi terhadap kerusakan DNA jika digunakan secara berlebihan atau dalam jangka panjang.
3. Infeksi dan Peradangan yang Berpotensi Merusak DNA
Infeksi menular seksual seperti klamidia dan gonore dapat menyebabkan peradangan kronis dalam tubuh, yang pada akhirnya merusak sel dan DNA. Infeksi yang tidak diobati dapat menghasilkan reaksi inflamasi berkepanjangan, meningkatkan produksi radikal bebas, dan menyebabkan kerusakan pada materi genetik.
Selain itu, penyakit autoimun dan inflamasi kronis lainnya, seperti penyakit Crohn atau lupus, juga dapat berkontribusi terhadap fragmentasi DNA akibat respons imun yang berlebihan terhadap sel-sel tubuh sendiri.
4. Gaya Hidup Tidak Sehat yang Memicu Fragmentasi DNA
Kebiasaan hidup yang tidak sehat juga dapat memperburuk kondisi DNA. Merokok, misalnya, mengandung ribuan zat kimia berbahaya yang dapat menyebabkan stres oksidatif dan merusak DNA dalam sel. Konsumsi alkohol yang berlebihan juga diketahui dapat mengganggu sintesis DNA serta mempercepat penuaan sel.
Selain itu, pola makan yang tinggi lemak jenuh dan rendah nutrisi esensial dapat mengurangi kemampuan tubuh dalam memperbaiki kerusakan DNA. Kurangnya aktivitas fisik serta kebiasaan begadang juga dapat meningkatkan risiko stres oksidatif, yang pada akhirnya berdampak negatif pada stabilitas DNA.
Baca juga: 8 Jenis Olahraga Agar Cepat Hamil yang Bisa Dicoba!
5. Penuaan sebagai Faktor Alamiah yang Meningkatkan Fragmentasi DNA
Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh dalam memperbaiki DNA yang rusak semakin menurun. Proses penuaan secara alami menyebabkan akumulasi mutasi dan fragmentasi DNA dalam sel, yang dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti kanker dan gangguan neurodegeneratif.
Pada pria, penuaan juga dikaitkan dengan peningkatan fragmentasi DNA dalam sperma, yang dapat berdampak pada fertilitas dan meningkatkan risiko kelainan genetik pada keturunan.
6. Radiasi dan Efek Terapi Pengobatan terhadap Kerusakan DNA
Paparan radiasi, baik dari sinar matahari, perangkat elektronik, atau terapi medis seperti radioterapi dan kemoterapi, dapat menyebabkan kerusakan DNA yang signifikan. Radiasi dapat memutus rantai DNA dan menghambat proses replikasi sel, yang berpotensi menyebabkan mutasi genetik dan meningkatkan risiko penyakit serius seperti kanker.
Pengobatan tertentu seperti kemoterapi dirancang untuk membunuh sel kanker dengan merusak DNA mereka, tetapi dalam prosesnya juga dapat berdampak pada sel sehat, menyebabkan efek samping seperti infertilitas dan peningkatan fragmentasi DNA dalam sel reproduksi.
Baca juga: Apakah Efek Kemoterapi Dapat Mengganggu Kesuburan?
Dampak Fragmentasi DNA terhadap Kesehatan

Sumber gambar: Freepik
1. Kesuburan Pria dan Pengaruhnya terhadap Keberhasilan Reproduksi
Dalam dunia kedokteran reproduksi, fragmentasi DNA sperma telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesuburan pada pria. Salah satu dampak utamanya adalah penurunan kualitas sperma, yang mencakup motilitas rendah serta kelainan morfologi. Sperma dengan DNA yang terfragmentasi cenderung lebih sulit bergerak menuju sel telur dan mengalami kesulitan dalam menembus lapisan luar ovum untuk melakukan pembuahan.
Selain itu, tingkat fragmentasi DNA yang tinggi juga dapat menyebabkan kegagalan dalam proses pembuahan. Meskipun sperma dengan DNA terfragmentasi dapat mencapai sel telur, kemungkinan terjadinya pembuahan yang berhasil jauh lebih rendah dibandingkan dengan sperma sehat. Bahkan jika pembuahan terjadi, embrio yang terbentuk mungkin mengalami kesulitan dalam berkembang dengan baik karena adanya ketidakstabilan genetik.
Dampak serius lainnya dari fragmentasi DNA adalah meningkatnya risiko keguguran berulang. Sperma dengan DNA yang mengalami kerusakan dapat menghasilkan embrio yang tidak dapat berkembang secara optimal, yang pada akhirnya berujung pada keguguran spontan dalam trimester pertama kehamilan. Oleh karena itu, pasangan yang mengalami masalah kesuburan atau keguguran berulang sering kali disarankan untuk menjalani tes DFI guna mengevaluasi kondisi sperma sebelum melanjutkan program kehamilan.
Baca juga: Rekomendasi Makanan untuk Meningkatkan Kualitas Sperma
2. Risiko Penyakit Genetik Akibat Kerusakan DNA
Tingginya tingkat fragmentasi DNA dalam tubuh juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan risiko mutasi genetik yang berkaitan dengan berbagai penyakit kronis. Salah satu kondisi yang paling sering dikaitkan dengan fragmentasi DNA adalah kanker. Kerusakan pada DNA dapat mengganggu mekanisme kontrol sel, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi yang menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi tumor atau kanker.
Selain kanker, fragmentasi DNA juga dikaitkan dengan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Dalam penyakit ini, gangguan pada DNA dapat menyebabkan akumulasi protein abnormal di dalam sel-sel otak, yang pada akhirnya merusak fungsi kognitif serta motorik. Begitu pula dengan kelainan metabolik, seperti diabetes tipe 2, yang sering kali memiliki keterkaitan dengan stres oksidatif dan kerusakan DNA dalam tubuh.
Kerusakan DNA yang terjadi sejak tahap awal kehidupan juga dapat berkontribusi terhadap gangguan perkembangan genetik. Jika mutasi akibat fragmentasi DNA diwariskan kepada keturunan, risiko bayi mengalami kelainan bawaan atau gangguan perkembangan meningkat. Oleh karena itu, bagi pasangan yang merencanakan kehamilan, menjaga kesehatan DNA menjadi faktor penting dalam mencegah risiko penyakit genetik yang dapat berdampak jangka panjang.
Baca juga: Cegah Penyakit Keturunan dengan Langkah Berikut Ini!
3. Dampak Fragmentasi DNA terhadap Kesehatan Janin dan Kehamilan
Selain berpengaruh pada kesuburan pria, fragmentasi DNA sperma yang tinggi juga dapat berdampak pada kesehatan janin serta kehamilan. Jika embrio yang terbentuk memiliki DNA yang tidak stabil, kemungkinan terjadinya komplikasi selama kehamilan juga meningkat. Salah satu risiko yang dapat terjadi adalah preeklamsia, kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi serta gangguan pada organ vital ibu hamil.
Selain itu, tingkat fragmentasi DNA yang tinggi pada sperma juga dikaitkan dengan gangguan perkembangan janin. Beberapa studi menunjukkan bahwa embrio yang berasal dari sperma dengan DNA terfragmentasi memiliki kemungkinan lebih besar mengalami pertumbuhan yang terhambat di dalam rahim. Hal ini dapat menyebabkan berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, atau bahkan cacat lahir.
Baca juga: Ini Cara Mencegah Bayi Lahir Cacat, Penting Bumil Ketahui
Bagaimana Cara Mengukur DFI?
Beberapa metode yang digunakan dalam analisis DNA Fragment Index meliputi:
- TUNEL Assay (Terminal deoxynucleotidyl transferase dUTP Nick End Labeling): Metode ini mendeteksi fragmentasi DNA dengan menandai ujung-ujung DNA yang terpotong.
- SCSA (Sperm Chromatin Structure Assay): Digunakan dalam evaluasi kualitas sperma, metode ini mengukur tingkat kerusakan DNA dengan pewarnaan fluoresens.
- Comet Assay (Single Cell Gel Electrophoresis): Metode ini dapat mengukur tingkat fragmentasi DNA dengan melihat pola migrasi DNA dalam gel elektroforesis.
Cara Mengurangi Fragmentasi DNA

Sumber gambar: Freepik
Jika hasil tes menunjukkan tingkat DFI yang tinggi, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memperbaiki kualitas DNA, di antaranya:
1. Konsumsi Antioksidan untuk Melindungi DNA dari Kerusakan
Antioksidan berperan penting dalam melawan stres oksidatif, salah satu penyebab utama fragmentasi DNA. Stres oksidatif terjadi akibat ketidakseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan antioksidan dalam tubuh, yang dapat merusak struktur DNA. Mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, seperti vitamin C, vitamin E, selenium, dan zinc, dapat membantu memperbaiki serta melindungi DNA dari kerusakan lebih lanjut.
Sumber makanan kaya antioksidan meliputi buah beri, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan ikan berlemak seperti salmon. Selain itu, suplemen antioksidan juga dapat menjadi pilihan, tetapi sebaiknya dikonsumsi sesuai anjuran dokter agar mendapatkan manfaat yang optimal.
2. Menghindari Paparan Polusi dan Toksin yang Berisiko Merusak DNA
Lingkungan sekitar memiliki peran besar dalam kesehatan DNA. Paparan polusi udara, bahan kimia beracun, asap rokok, dan pestisida dapat mempercepat fragmentasi DNA dengan cara meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi paparan polutan dengan menghindari tempat-tempat dengan polusi tinggi, memilih makanan organik untuk mengurangi paparan pestisida, serta menggunakan produk rumah tangga yang bebas dari bahan kimia berbahaya.
Selain itu, radiasi dari perangkat elektronik seperti ponsel dan laptop juga dapat berkontribusi terhadap fragmentasi DNA jika digunakan dalam jangka waktu yang lama tanpa perlindungan. Oleh sebab itu, mengurangi paparan radiasi dengan membatasi waktu penggunaan perangkat elektronik dan menghindari tidur dengan ponsel di dekat kepala bisa menjadi langkah pencegahan yang baik.
3. Menjaga Pola Hidup Sehat untuk Meminimalkan Risiko Kerusakan DNA
Gaya hidup yang sehat dapat membantu menjaga stabilitas DNA dan mengurangi risiko fragmentasi. Salah satu faktor penting adalah menghindari stres berlebihan, karena stres dapat meningkatkan produksi hormon kortisol yang berkontribusi terhadap kerusakan sel, termasuk DNA. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan olahraga teratur dapat membantu mengelola stres dengan lebih baik. Selain itu, pola makan yang bergizi dengan konsumsi protein berkualitas, lemak sehat, serta karbohidrat kompleks dapat mendukung regenerasi sel yang lebih baik.
Olahraga rutin juga berperan penting dalam menjaga kesehatan DNA. Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah, membantu tubuh dalam mendetoksifikasi zat-zat berbahaya, serta memperkuat sistem imun. Namun, olahraga yang terlalu berat justru bisa meningkatkan stres oksidatif, sehingga sebaiknya dilakukan dengan intensitas yang seimbang.
Selain itu, tidur yang cukup juga sangat penting untuk proses perbaikan DNA. Kurang tidur dapat meningkatkan stres oksidatif serta menghambat kemampuan tubuh dalam memperbaiki sel-sel yang rusak. Oleh karena itu, menjaga pola tidur yang baik dengan durasi 7-9 jam per malam dapat membantu meningkatkan kesehatan DNA.
Baca juga: 6 Olahraga yang Baik Dilakukan untuk Program Hamil Anda
4. Pengobatan Medis untuk Menurunkan Tingkat Fragmentasi DNA
Jika tingkat fragmentasi DNA yang tinggi disebabkan oleh infeksi atau gangguan kesehatan tertentu, pengobatan medis mungkin diperlukan. Infeksi bakteri atau virus yang tidak diobati dapat menyebabkan peradangan kronis yang merusak DNA. Dalam kasus seperti ini, dokter dapat meresepkan antibiotik atau terapi lain yang sesuai untuk mengatasi infeksi. Selain itu, terapi hormonal mungkin diperlukan jika ketidakseimbangan hormon berkontribusi terhadap peningkatan fragmentasi DNA, terutama dalam kasus infertilitas pria atau gangguan ovulasi pada wanita.
Bagi pasangan yang mengalami masalah kesuburan akibat fragmentasi DNA tinggi, teknologi reproduksi berbantu seperti Intrauterine Insemination (IUI) atau In Vitro Fertilization (IVF) dapat menjadi solusi. Teknik ini memungkinkan seleksi sperma atau sel telur dengan kualitas terbaik untuk meningkatkan peluang kehamilan yang sehat. Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat merekomendasikan terapi antioksidan yang dikombinasikan dengan perawatan medis guna membantu memperbaiki kondisi DNA sebelum program kehamilan dimulai.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- Nature. “Comprehensive assessment of sperm DNA fragmentation”. Diakses pada 8 Februari 2025.
- Nature. “Evaluating sperm DNA fragmentation”. Diakses pada 8 Februari 2025.
- PubMed. “Sperm DNA fragmentation and reproductive outcomes”. Diakses pada 8 Februari 2025.