Gentle parenting bukan sekadar gaya mendidik anak tanpa marah atau menghukum. Pendekatan ini menekankan pada empati, komunikasi, dan rasa hormat antara orang tua dan anak. Hasilnya bukan hanya anak yang lebih tenang dan percaya diri, tapi juga hubungan yang lebih kuat dan hangat di dalam keluarga. Jika Moms dan Dads mencari pola asuh yang lebih […]
Gentle parenting bukan sekadar gaya mendidik anak tanpa marah atau menghukum. Pendekatan ini menekankan pada empati, komunikasi, dan rasa hormat antara orang tua dan anak. Hasilnya bukan hanya anak yang lebih tenang dan percaya diri, tapi juga hubungan yang lebih kuat dan hangat di dalam keluarga. Jika Moms dan Dads mencari pola asuh yang lebih sehat secara emosional, pendekatan ini layak dipertimbangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apa Itu Gentle Parenting?
Gentle parenting adalah pendekatan membesarkan anak yang berfokus pada koneksi emosional, bukan kontrol. Gentle parenting melibatkan empat prinsip utama:
-
Empati
-
Rasa hormat
-
Pengertian
-
Batasan yang sehat tanpa kekerasan
Pendekatan ini bertujuan membangun hubungan yang saling percaya dan terbuka antara orang tua dan anak, bukan dengan sistem hukuman atau hadiah, melainkan lewat bimbingan yang penuh kesadaran.
Manfaat Gentle Parenting

Sumber gambar: iStock
1. Mengembangkan Regulasi Emosi Anak
Anak-anak belajar dari orang tua. Ketika Moms dan Dads merespons dengan tenang dan penuh empati, anak pun belajar mengelola emosinya sendiri dengan cara yang sehat. Ini terbukti mampu mengurangi tantrum dan perilaku agresif.
Baca juga: Bonding Ibu dan Bayi: Membentuk Ikatan Batin yang Kuat
2. Membentuk Hubungan yang Kuat
Gentle parenting memperkuat hubungan emosional orang tua dan anak. Anak merasa aman untuk terbuka dan jujur karena tidak takut dimarahi atau dihakimi. Hubungan ini menjadi fondasi untuk kepercayaan jangka panjang.
3. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak
Anak yang dibesarkan dengan pendekatan ini tumbuh dengan kepercayaan diri yang lebih tinggi. Mereka merasa dihargai sebagai individu, bukan hanya dikontrol atau diarahkan terus-menerus.
4. Mengurangi Perilaku Negatif
Ketika anak merasa dipahami dan didengarkan, mereka lebih sedikit menunjukkan perilaku memberontak. Pendekatan lembut sering kali menghasilkan anak yang lebih kooperatif dalam jangka panjang.
Baca juga: Cara Menghadapi Masa Terrible Two Pada Anak
5. Orang Tua Lebih Tenang dan Sadar
Gentle parenting juga mengubah cara orang tua bereaksi terhadap situasi sulit. Alih-alih terpancing emosi, Moms dan Dads dilatih untuk mengenali perasaan diri sendiri, lalu merespons dengan kesadaran dan niat baik.
Perbedaan Gentle Parenting dan Gaya Asuh Tradisional
Gentle parenting dan gaya asuh tradisional memiliki pendekatan yang sangat berbeda dalam membesarkan anak. Pada gaya asuh tradisional, orang tua cenderung mengandalkan hukuman untuk mengontrol perilaku anak. Fokus utamanya adalah pada kepatuhan tanpa banyak ruang untuk mempertanyakan aturan yang berlaku. Emosi anak sering kali ditekan atau diabaikan, dan komunikasi bersifat satu arah tanpa banyak ruang untuk diskusi. Hal ini membuat anak lebih patuh, tetapi kurang memahami alasan di balik suatu aturan.
Sebaliknya, gentle parenting menekankan pentingnya hubungan emosional dan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. Pendekatan ini tidak mengabaikan batasan, justru sebaliknya, Moms dan Dads diajak untuk menetapkan batas secara empatik dan konsisten. Anak didorong untuk memahami alasan di balik aturan dan belajar mengelola emosi mereka dengan sehat. Emosi anak tidak ditekan, tapi diakui dan diarahkan. Gentle parenting tidak berarti membiarkan anak tanpa kendali, melainkan membimbing mereka dengan kasih sayang, dialog terbuka, dan contoh yang positif agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang berempati dan bertanggung jawab.
Baca juga: Berikut 6 Jenis Pola Asuh Anak yang Dapat Anda Terapkan
Tips Menerapkan Gentle Parenting di Rumah

Sumber gambar: iStock
1. Tunjukkan Empati pada Setiap Situasi
Saat anak marah atau rewel, coba pahami dulu penyebabnya. Ucapkan kalimat seperti, “Kamu kecewa ya karena mainannya rusak? Mama mengerti.” Ini akan membuat anak merasa didengar.
2. Gunakan Bahasa yang Positif dan Terbuka
Alih-alih berkata “jangan ribut!”, coba ucapkan “Ayo bicara pelan, kita sedang di tempat umum.” Bahasa yang membangun membantu anak memahami tanpa merasa disalahkan.
3. Tetapkan Batasan dengan Konsisten
Bukan berarti semua keinginan anak harus dituruti. Tetapkan batas dengan tenang dan tegas, contohnya: “Kamu boleh bermain lagi nanti, sekarang waktunya tidur.”
4. Berlatih Menjadi Teladan Emosi
Jika Dads atau Moms marah, berhenti sejenak, tarik napas, lalu beri tahu anak, “Ayah sedang kesal sekarang, ayah perlu waktu sebentar.” Ini mengajarkan anak bahwa emosi bisa diatur tanpa ledakan.
Baca juga: Bonding Ayah dan Bayi: Panduan Penting untuk Membangun Hubungan Sejak Dini
5. Fokus pada Solusi, Bukan Hukuman
Jika anak menumpahkan minuman, daripada memarahi, arahkan untuk membersihkannya bersama. Ini mengajarkan tanggung jawab tanpa rasa malu.
6. Luangkan Waktu Berkualitas
Hubungan yang hangat dibangun lewat waktu bersama yang bermakna. Main bareng, membaca buku, atau sekadar mendengarkan cerita anak bisa mempererat ikatan emosional.
Tantangan Gentle Parenting dan Cara Menghadapinya
Mengasuh dengan pendekatan lembut tidak selalu mudah, apalagi jika Moms dan Dads dibesarkan dengan pola asuh yang keras. Tantangan yang sering muncul:
-
Butuh kesabaran ekstra
Anak tidak selalu langsung kooperatif. Tapi dengan konsistensi, hasil jangka panjangnya jauh lebih baik. -
Lingkungan sekitar tidak selalu mendukung
Komentar seperti “anakmu terlalu dimanja” bisa datang dari keluarga atau orang lain. Fokuslah pada nilai yang ingin dibangun, bukan ekspektasi luar. -
Merasa gagal saat kehilangan kesabaran
Gentle parenting bukan tentang menjadi sempurna. Yang penting adalah mampu memperbaiki hubungan setelahnya dengan meminta maaf dan terus belajar.
Gentle parenting bukan metode ajaib yang membuat anak langsung patuh, tapi pendekatan sadar yang membentuk anak menjadi pribadi yang tangguh secara emosional, penuh empati, dan percaya diri. Dengan mengedepankan koneksi, empati, dan komunikasi yang positif, Moms dan Dads bisa membesarkan anak yang tidak hanya baik perilakunya, tapi juga memiliki hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Butuh kesabaran dan konsistensi, tapi hasil jangka panjangnya sepadan dengan usaha yang diberikan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Cleveland Clinic. “What Is Gentle Parenting?”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Positive Psychology. “Gentle Parenting: Definition & Tips”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Parents. “What Is Gentle Parenting?”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.