Semua Artikel

Penyebab dan Cara Mengatasi Hiperlaktasi

Hamzah
27 Jun 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Penyebab dan Cara Mengatasi Hiperlaktasi

Bagi sebagian Moms, menyusui jadi tantangan karena produksi ASI terlalu sedikit. Namun, ada juga kondisi sebaliknya: ASI keluar terlalu banyak hingga membuat bayi tersedak atau ibu merasa nyeri. Kondisi ini dikenal sebagai hiperlaktasi atau oversupply. Meski tampak “beruntung”, hiperlaktasi justru bisa menyebabkan masalah baik bagi ibu maupun bayi. Yuk, pahami penyebab dan cara mengatasinya agar […]

Bagi sebagian Moms, menyusui jadi tantangan karena produksi ASI terlalu sedikit. Namun, ada juga kondisi sebaliknya: ASI keluar terlalu banyak hingga membuat bayi tersedak atau ibu merasa nyeri. Kondisi ini dikenal sebagai hiperlaktasi atau oversupply. Meski tampak “beruntung”, hiperlaktasi justru bisa menyebabkan masalah baik bagi ibu maupun bayi. Yuk, pahami penyebab dan cara mengatasinya agar proses menyusui tetap nyaman dan sehat.

Apa Itu Hiperlaktasi?

Hiperlaktasi adalah kondisi saat tubuh memproduksi lebih banyak ASI dari yang dibutuhkan bayi. Moms mungkin merasa payudara selalu penuh, bahkan bisa mengeluarkan ASI saat tidak sedang menyusui. Bayi yang menyusu dari payudara dengan aliran terlalu deras juga bisa jadi rewel, mudah tersedak, atau muntah.

Penyebab Hiperlaktasi

Hiperlaktasi

Sumber gambar: iStock

1. Stimulasi Berlebihan

Salah satu penyebab utama hiperlaktasi adalah stimulasi berlebihan pada payudara. Ketika Moms terlalu sering menyusui atau memompa ASI, tubuh akan mengira kebutuhan bayi lebih besar dari kenyataannya. Akibatnya, produksi hormon prolaktin meningkat dan mendorong tubuh untuk terus memproduksi ASI dalam jumlah banyak.

Proses ini bisa menjadi lingkaran yang sulit diputus jika tidak dikendalikan dengan benar. Semakin sering payudara dikosongkan tanpa jeda yang cukup, semakin kuat sinyal yang dikirim ke otak untuk memperbanyak pasokan ASI, sehingga memicu kondisi hiperlaktasi yang tidak nyaman bagi Moms maupun bayi.

Baca juga: Jadwal Menyusui Bayi Baru Lahir, Perlukah Diatur?

2. Refleks Let-Down yang Kuat

Refleks let-down adalah mekanisme alami tubuh yang membantu mendorong ASI keluar saat menyusui. Pada beberapa Moms, refleks ini bisa terlalu kuat, menyebabkan ASI memancar deras dalam waktu singkat. Hal ini sering membuat bayi tersedak atau menolak menyusu lama karena aliran terlalu cepat.

Karena ASI cepat dikeluarkan, tubuh menafsirkannya sebagai tanda bahwa bayi membutuhkan lebih banyak lagi. Akibatnya, produksi ASI terus meningkat, padahal penyebabnya bukan permintaan bayi melainkan kekuatan refleks itu sendiri.

3. Gangguan Regulasi Hormon

Beberapa perempuan memiliki kecenderungan alami untuk memproduksi hormon prolaktin dalam kadar yang lebih tinggi. Kelebihan prolaktin inilah yang bisa menyebabkan tubuh memproduksi ASI lebih dari kebutuhan bayi, bahkan tanpa stimulasi yang berlebihan.

Kondisi ini biasanya terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, dan bisa berlangsung cukup lama jika tidak dikonsultasikan dengan tenaga medis. Bila Moms merasa produksi ASI selalu berlebihan meskipun pola menyusu sudah teratur, ada baiknya melakukan pemeriksaan hormon sebagai langkah antisipasi.

4. Riwayat Kelahiran Ganda

Bagi Moms yang sebelumnya melahirkan bayi kembar atau menyusui lebih dari satu anak sekaligus, tubuh sudah terbiasa memproduksi ASI dalam jumlah besar. Kebiasaan ini bisa terbawa hingga ke masa menyusui berikutnya, meskipun hanya menyusui satu bayi.

Dads dan Moms dengan pengalaman menyusui anak kembar biasanya tidak sadar bahwa tubuhnya telah “terprogram” untuk menyediakan pasokan ganda. Tanpa penyesuaian, produksi ASI bisa tetap tinggi dan menyebabkan hiperlaktasi meskipun kebutuhan bayi tidak sebesar sebelumnya.

Baca juga: Menyusui Dua Anak Sekaligus dengan Tandem Nursing, Ini Tipsnya!

5. Pemakaian Obat

Beberapa jenis obat tertentu, seperti domperidone atau metoclopramide, diketahui dapat merangsang produksi ASI dengan cara meningkatkan kadar prolaktin. Obat ini biasanya diresepkan saat Moms mengalami kesulitan menyusui, namun jika penggunaannya tidak terpantau dengan baik, justru bisa menimbulkan hiperlaktasi.

Jika Moms merasa produksi ASI menjadi berlebihan setelah mengonsumsi suplemen laktasi atau obat dari dokter, penting untuk segera berkonsultasi ulang. Penyesuaian dosis atau penghentian obat bisa membantu mengembalikan keseimbangan produksi ASI agar tidak mengganggu kenyamanan selama menyusui.

Gejala Hiperlaktasi

Moms yang mengalami hiperlaktasi biasanya akan merasakan gejala berikut:

  • Payudara sering terasa penuh atau bengkak

  • ASI menetes atau menyemprot tanpa rangsangan

  • Nyeri di payudara karena saluran susu tersumbat

  • Bayi tersedak atau berhenti menyusu tiba-tiba

  • Bayi rewel dan kolik setelah menyusu

  • Feses bayi sering berbusa, hijau, dan berbau asam (karena ketidakseimbangan foremilk-hindmilk)

Dampak Hiperlaktasi pada Bayi dan Ibu

Dampak pada Bayi:

  • Bayi bisa sulit menyusu karena ASI terlalu deras

  • Risiko kolik meningkat

  • Berat badan bisa naik cepat, namun tidak selalu sehat karena tidak mendapat hindmilk yang cukup

Dampak pada Moms:

  • Rasa nyeri atau bengkak di payudara

  • Saluran ASI mudah tersumbat

  • Rentan mastitis

  • Perasaan frustrasi karena menyusui jadi kurang nyaman

Cara Mengatasi Hiperlaktasi

Hiperlaktasi

Sumber gambar: iStock

1. Pola Menyusui Satu Payudara (Block Feeding)

Teknik block feeding merupakan salah satu metode paling efektif dalam mengatur produksi ASI. Moms dianjurkan untuk menyusui dari satu sisi payudara saja selama 3–4 jam sebelum berpindah ke sisi lainnya. Tujuannya adalah memberikan waktu bagi payudara untuk secara alami memperlambat produksi ASI yang berlebihan.

Dengan membatasi stimulasi hanya di satu sisi, tubuh akan menyesuaikan permintaan dan mulai mengurangi pasokan ASI sesuai kebutuhan bayi. Teknik ini juga membantu menghindari ketidakseimbangan antara ASI depan dan belakang, sehingga bayi mendapatkan nutrisi yang lebih optimal tanpa merasa kewalahan oleh aliran ASI yang terlalu deras.

2. Pijat Lembut atau Kompres Dingin

Untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan akibat kelebihan ASI, Moms dapat menggunakan kompres dingin pada payudara setelah menyusui. Kompres ini membantu mengecilkan pembuluh darah dan mengurangi inflamasi secara alami tanpa merangsang produksi ASI lebih lanjut.

Penting untuk menghindari pijatan keras karena tekanan berlebih justru bisa mengirim sinyal ke tubuh untuk memproduksi lebih banyak ASI. Pijatlah dengan lembut hanya jika diperlukan untuk meredakan sumbatan ringan, dan selalu ikuti dengan kompres dingin agar prosesnya seimbang.

Baca juga: Manfaat Pijat Laktasi untuk Ibu Menyusui

3. Pumping Secukupnya

Memompa ASI memang berguna untuk mengosongkan payudara, namun dalam kasus hiperlaktasi, pumping berlebihan justru bisa memperburuk kondisi. Moms sebaiknya hanya memompa saat payudara terasa sangat penuh atau nyeri, dan cukup lakukan sekadar untuk mengurangi tekanan.

Mengosongkan payudara secara total terlalu sering akan membuat tubuh mengira kebutuhan bayi meningkat, sehingga produksi ASI tetap tinggi. Maka, pumping harus dilakukan secara bijak dan hanya saat benar-benar dibutuhkan untuk menjaga kenyamanan tanpa menambah pasokan secara berlebihan.

Baca juga: Pompa ASI Elektrik, Manfaat dan Efek Sampingnya

4. Atur Posisi Menyusui

Posisi menyusui juga memainkan peran penting dalam mengatasi hiperlaktasi. Salah satu posisi yang direkomendasikan adalah “laid-back breastfeeding” atau menyusui sambil setengah berbaring. Posisi ini memungkinkan aliran ASI melawan gravitasi, sehingga tidak terlalu deras ke mulut bayi.

Dengan aliran yang lebih tenang, bayi dapat mengisap ASI lebih nyaman tanpa tersedak. Ini juga membantu Moms mengontrol refleks let-down yang kuat, sekaligus mengurangi stres selama sesi menyusui.

Baca juga: Inilah 5 Posisi Menyusui yang Nyaman untuk Ibu

5. Hindari Stimulasi Berlebihan

Pakaian ketat atau bra dengan tekanan langsung pada payudara bisa secara tidak sadar memberikan stimulasi tambahan yang memicu produksi ASI. Moms sebaiknya mengenakan bra menyusui yang nyaman dan tidak menekan puting terlalu kuat agar produksi ASI tetap terkendali.

Selain itu, hindari aktivitas seperti menggosok atau menyentuh payudara terlalu sering, termasuk saat mandi. Semakin sedikit stimulasi yang terjadi di luar sesi menyusui, semakin besar kemungkinan tubuh akan menyesuaikan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi.

Hiperlaktasi memang terdengar seperti “berkah berlebih”, tapi bisa jadi tantangan tersendiri bagi Moms dalam menyusui. Dengan mengenali gejala, memahami penyebab, dan melakukan manajemen ASI yang tepat, Moms tetap bisa memberikan ASI eksklusif dengan nyaman dan aman. Jangan ragu minta bantuan profesional saat dibutuhkan, karena setiap perjalanan menyusui itu unik.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi:

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Masa Kehamilan Cara Membaca Hasil USG Kehamilan dengan Mudah dan Akurat

Cara Membaca Hasil USG Kehamilan dengan Mudah dan Akurat

Hamzah
12 Nov 2025

Hasil USG kehamilan adalah salah satu cara utama bagi Moms dan tenaga medis untuk memantau perkembangan janin dalam kandungan. Namun, bagi sebagian besar orang, memahami hasil USG bisa membingungkan karena…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Payudara Tidak Membesar Saat Hamil, Benarkah Tidak Normal?

Payudara Tidak Membesar Saat Hamil, Benarkah Tidak Normal?

Admin
07 Nov 2025

Payudara yang membesar saat hamil merupakan hal yang normal. Umumnya, ibu hamil akan merasakan perubahan payudara pada trimester ketiga kehamilan, atau menjelang masa menyusui. Namun bagaimana jika payudara tidak membesar…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Tes Genetik Bantu Deteksi Risiko Penyakit di Awal Kehamilan, Penting!

Tes Genetik Bantu Deteksi Risiko Penyakit di Awal Kehamilan, Penting!

Admin
06 Nov 2025

Apakah Anda sedang merencanakan kehamilan dalam waktu dekat? Tahukah Anda memeriksakan kesehatan sebelum memulai promil sangat penting dan berpengaruh pada calon bayi nantinya.  Salah satunya dengan melakukan tes genetik saat…

Selengkapnya