Semua Artikel

Penyebab Kolik pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Hamzah
03 Jul 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Penyebab Kolik pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Kolik pada bayi bisa jadi pengalaman yang membingungkan dan melelahkan bagi Moms dan Dads. Tiba-tiba, si kecil menangis keras berjam-jam tanpa sebab yang jelas. Meski kolik bukan kondisi berbahaya, kondisi ini sering memicu kekhawatiran orang tua baru. Penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana meredakan ketidaknyamanan pada bayi. Apa Itu Kolik pada Bayi? […]

Kolik pada bayi bisa jadi pengalaman yang membingungkan dan melelahkan bagi Moms dan Dads. Tiba-tiba, si kecil menangis keras berjam-jam tanpa sebab yang jelas. Meski kolik bukan kondisi berbahaya, kondisi ini sering memicu kekhawatiran orang tua baru. Penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana meredakan ketidaknyamanan pada bayi.

Apa Itu Kolik pada Bayi?

Kolik adalah kondisi umum yang terjadi pada bayi sehat, ditandai dengan menangis berlebihan tanpa penyebab medis yang jelas. Biasanya muncul sejak usia 2 minggu dan mencapai puncaknya saat bayi berumur 6 minggu, lalu mereda secara perlahan pada usia 3-4 bulan. Kolik ditandai dengan tangisan intens selama lebih dari 3 jam sehari, lebih dari 3 hari dalam seminggu, selama setidaknya 3 minggu.

Gejala Kolik yang Perlu Moms dan Dads Ketahui

Gejala kolik bisa sangat khas dan berbeda dari tangisan biasa. Berikut tanda-tandanya:

  • Bayi menangis tanpa henti pada jam-jam tertentu (biasanya sore hingga malam)

  • Wajah memerah saat menangis

  • Mengepalkan tangan, menekuk kaki ke arah perut

  • Perut terasa keras atau kembung

  • Sulit ditenangkan meskipun sudah digendong atau disusui

Tangisan kolik seringkali terdengar lebih nyaring dan bernada tinggi, berbeda dari tangisan karena lapar atau popok basah.

Apa Penyebab Kolik?

Hingga saat ini, belum ada penyebab pasti kolik, tetapi beberapa teori medis menyebutkan faktor-faktor berikut bisa memengaruhinya:

1. Saluran Pencernaan Belum Matang

Salah satu teori paling umum menyebutkan bahwa kolik berkaitan erat dengan sistem pencernaan bayi yang masih dalam tahap perkembangan. Saluran cerna yang belum matang dapat memicu produksi gas berlebih, sehingga bayi merasa tidak nyaman dan akhirnya menangis dalam waktu lama. Ketika Moms atau Dads mendengar tangisan tersebut setiap malam, kemungkinan besar perut kembung menjadi salah satu penyebabnya.

2. Sensitivitas Terhadap Makanan

Bayi yang disusui bisa bereaksi terhadap makanan yang dikonsumsi oleh Moms, terutama produk berbahan dasar susu sapi. Protein dari makanan tersebut bisa masuk ke ASI dan memicu reaksi pada sistem pencernaan bayi yang sensitif. Bagi bayi yang menggunakan susu formula, kemungkinan lain adalah intoleransi terhadap jenis formula tertentu yang mengandung protein kompleks.

Baca juga: Rekomendasi Makanan Pelancar ASI untuk Ibu Menyusui

3. Alergi atau Refluks Ringan

Kolik juga bisa dipicu oleh reaksi alergi ringan atau refluks asam (GERD) pada bayi. Meski tidak selalu menunjukkan gejala jelas, beberapa bayi mengalami ketidaknyamanan akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan setelah menyusu. Ini bisa memicu tangisan terus-menerus, terutama setelah makan.

4. Stimulasi Berlebihan

Dunia luar penuh dengan suara, cahaya, dan gerakan yang bisa membingungkan bayi baru lahir. Ketika terlalu banyak stimulasi masuk sekaligus, bayi bisa merasa kewalahan dan mengekspresikannya melalui tangisan intens. Ini disebut sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan yang terlalu ramai atau terang.

Baca juga: Bonding Ibu dan Bayi: Membentuk Ikatan Batin yang Kuat

5. Perubahan Bakteri Usus

Keseimbangan bakteri baik di saluran pencernaan bayi juga diyakini memengaruhi risiko kolik. Beberapa penelitian menemukan bahwa bayi kolik memiliki komposisi mikrobiota usus yang berbeda dibanding bayi tanpa kolik. Ketidakseimbangan ini bisa memicu produksi gas berlebih dan mengganggu kenyamanan perut bayi.

Cara Mengatasi Kolik pada Bayi

kolik pada bayi

Sumber gambar: Freepik

Walaupun kolik akan mereda seiring waktu, ada beberapa cara yang bisa Moms dan Dads lakukan untuk membantu meredakan tangisan bayi:

1. Ciptakan Lingkungan Tenang

Bayi yang kolik cenderung lebih peka terhadap rangsangan dari lingkungan sekitarnya. Cahaya terang, suara keras, atau keramaian bisa memperparah tangisan mereka. Untuk itu, Moms bisa mencoba meredupkan lampu, meminimalkan suara bising, dan menciptakan suasana ruangan yang tenang. Menggendong bayi dalam pelukan hangat sambil memutar white noise seperti suara kipas atau ombak juga bisa membantu menenangkan mereka secara alami.

2. Posisi Menyusui yang Tepat

Cara Moms menyusui dapat memengaruhi jumlah udara yang tertelan oleh bayi. Posisi yang kurang tepat bisa membuat bayi menelan udara secara tidak sengaja, yang akhirnya memicu gas di perut dan menyebabkan rasa tidak nyaman. Pastikan kepala bayi lebih tinggi dari perutnya saat menyusu dan ciptakan posisi menyusui yang santai namun stabil.

Baca juga: Inilah 5 Posisi Menyusui yang Nyaman untuk Ibu

3. Pijat Perut dan Gerakan Kaki

Pijatan lembut di perut bayi dengan arah searah jarum jam bisa membantu melancarkan pencernaan dan mengurangi gas penyebab kolik. Moms dapat melakukan ini dalam suasana santai, seperti setelah mandi sore atau sebelum tidur malam, dengan tangan yang hangat agar bayi merasa nyaman.

4. Gendong atau Bedong

Beberapa bayi merasa lebih aman saat digendong dalam posisi tegak menempel ke dada Moms atau Dads. Posisi ini tidak hanya memberikan kehangatan, tetapi juga membantu gas keluar secara alami dari perut bayi. Selain itu, posisi tegak sangat ideal untuk mengurangi risiko refluks yang bisa memperburuk kolik.

5. Perhatikan Pola Makan Moms

Jika Moms sedang menyusui, penting untuk mengevaluasi pola makan harian. Beberapa makanan seperti produk olahan susu, kafein, brokoli, kol, atau makanan pedas bisa menyebabkan gas berlebih di sistem pencernaan bayi yang sensitif. Cobalah untuk menghindari makanan pemicu selama beberapa hari dan lihat apakah ada perubahan pada bayi.

Baca juga: Jadwal Menyusui Bayi Baru Lahir, Perlukah Diatur?

6. Gunakan Dot Khusus Anti-Kolik

Jika bayi menggunakan susu formula, jenis botol dan dot bisa sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pencernaannya. Pilih dot yang dirancang khusus untuk mengurangi masuknya udara ke dalam mulut bayi. Botol anti-kolik biasanya memiliki ventilasi yang membantu mengurangi gelembung udara selama menyusu.

Kolik pada bayi memang bisa membuat hari-hari terasa panjang dan melelahkan bagi Moms dan Dads. Tapi tenang, kondisi ini umumnya bersifat sementara dan akan membaik seiring bertambahnya usia bayi. Dengan pemahaman yang tepat, teknik menenangkan yang efektif, dan kesabaran ekstra, Moms dan Dads bisa melalui fase ini dengan lebih tenang.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi:

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Masa Menyusui Amankah Menggunakan KB Saat Menyusui?

Amankah Menggunakan KB Saat Menyusui?

Hamzah
22 Jul 2025

Bagi Moms yang sedang menyusui dan belum siap menambah momongan, pertanyaan tentang keamanan alat kontrasepsi pasti muncul. Kabar baiknya, banyak metode KB yang aman digunakan selama masa menyusui dengan catatan…

Selengkapnya
Masa Menyusui Hipotonia pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Hipotonia pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Hamzah
09 Jul 2025

Hipotonia atau kondisi otot lemah pada bayi bisa membuat Moms dan Dads khawatir, apalagi jika si kecil tampak lemas saat digendong atau mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik. Meski tidak selalu…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Risiko Ibu Hamil yang Jarang Bergerak

Risiko Ibu Hamil yang Jarang Bergerak

Hamzah
28 Jun 2025

Beristirahat saat hamil memang penting, tapi Moms, terlalu sering diam dan jarang bergerak justru bisa menimbulkan dampak negatif bagi tubuh dan perkembangan janin. Kurang aktivitas fisik selama kehamilan bukan hanya…

Selengkapnya