Saluran ASI yang tersumbat bisa menjadi salah satu tantangan menyusui yang membuat Moms merasa tidak nyaman, nyeri, bahkan stres. Meski tampak sepele, sumbatan yang tidak ditangani bisa berkembang menjadi mastitis atau infeksi payudara. Supaya tidak berujung serius, penting memahami apa saja penyebab umum saluran ASI tersumbat, agar bisa dicegah dan ditangani sedini mungkin. Apa Itu […]
Saluran ASI yang tersumbat bisa menjadi salah satu tantangan menyusui yang membuat Moms merasa tidak nyaman, nyeri, bahkan stres. Meski tampak sepele, sumbatan yang tidak ditangani bisa berkembang menjadi mastitis atau infeksi payudara. Supaya tidak berujung serius, penting memahami apa saja penyebab umum saluran ASI tersumbat, agar bisa dicegah dan ditangani sedini mungkin.
Apa Itu Saluran ASI Tersumbat?
Saluran ASI tersumbat atau clogged milk duct terjadi ketika aliran ASI dari salah satu saluran di payudara tidak mengalir lancar, menyebabkan penumpukan. Akibatnya, muncul benjolan kecil yang terasa nyeri, keras, dan biasanya disertai rasa tidak nyaman saat menyusui. Kondisi ini umum terjadi pada minggu-minggu awal menyusui, terutama jika payudara tidak dikosongkan dengan benar atau frekuensi menyusui tidak konsisten.
Baca juga:
Gejala Umum Saluran ASI Tersumbat
Sebelum masuk ke penyebab, Moms perlu mengenali tanda-tanda saluran ASI yang mulai tersumbat:
-
Benjolan keras di satu bagian payudara
-
Rasa nyeri atau sensasi panas di area tertentu
-
Area payudara tampak merah dan bengkak
-
Penurunan aliran ASI dari sisi yang terkena
-
Tidak disertai demam (jika sudah disertai demam, bisa jadi berkembang jadi mastitis)
Penyebab Saluran ASI Tersumbat

Sumber gambar: Freepik
1. Tidak Mengosongkan Payudara Secara Optimal
Salah satu penyebab tersering dari saluran ASI tersumbat adalah payudara yang tidak dikosongkan secara tuntas. Hal ini bisa terjadi ketika sesi menyusui berlangsung terlalu singkat atau bayi tidak mengisap dengan teknik yang benar. Ketika ASI tertinggal dan tidak dikeluarkan sepenuhnya, maka akan terjadi penumpukan di dalam saluran susu. Kondisi ini menjadi awal dari sumbatan yang bisa terasa sebagai benjolan keras dan nyeri. Oleh karena itu, Moms perlu memastikan bahwa payudara dikosongkan dengan baik setiap kali menyusui atau memompa.
Baca juga: Power Pumping: Teknik Efektif untuk Meningkatkan Produksi ASI
2. Frekuensi Menyusui Tidak Teratur
Melewatkan waktu menyusui atau menunda sesi memompa terlalu lama juga menjadi penyebab umum saluran tersumbat. ASI yang tidak dikeluarkan secara rutin akan menimbulkan tekanan di dalam jaringan payudara. Tekanan ini membuat ASI menggumpal di saluran tertentu dan menyulitkan alirannya ke puting. Maka dari itu, sangat penting bagi Moms untuk menjaga konsistensi jadwal menyusui agar sirkulasi ASI tetap lancar sepanjang hari.
3. Posisi Menyusui yang Kurang Optimal
Menyusui dalam posisi yang tidak merata atau tidak mendukung pengosongan seluruh bagian payudara bisa menyebabkan bagian tertentu tidak terstimulasi. Akibatnya, saluran ASI di area tersebut menjadi rentan tersumbat. Selain itu, jika bayi tidak melekat dengan benar pada puting, maka hisapan ASI akan tidak efektif. Moms disarankan untuk mencoba berbagai posisi menyusui agar seluruh jaringan payudara teraktivasi dan ASI bisa keluar secara menyeluruh.
Baca juga: Inilah 5 Posisi Menyusui yang Nyaman untuk Ibu
4. Bra atau Pakaian Terlalu Ketat
Tekanan dari bra yang terlalu sempit atau pakaian yang menekan area payudara bisa menghambat aliran ASI. Bahkan posisi tidur menyamping dalam waktu lama juga dapat memberikan tekanan yang tidak disadari. Area yang tertekan akan mengalami hambatan aliran, sehingga ASI sulit keluar dan akhirnya tersumbat. Oleh karena itu, Moms sebaiknya memilih bra menyusui yang nyaman dan longgar untuk menjaga sirkulasi ASI tetap optimal.
5. Stres dan Kelelahan
Kondisi emosional yang terganggu dapat menurunkan refleks let-down atau refleks pengeluaran ASI. Ketika Moms merasa stres, cemas, atau terlalu lelah, tubuh cenderung tidak merespons dengan baik saat menyusui. Akibatnya, aliran ASI menjadi lambat dan sebagian bisa tertahan di dalam saluran. Menjaga kesehatan mental dan cukup istirahat sangat penting agar refleks menyusui berjalan normal dan risiko penyumbatan bisa diminimalkan.
6. Produksi ASI Berlebih (Oversupply)
Bagi sebagian Moms, tubuh memproduksi ASI lebih banyak dari yang dibutuhkan bayi. Keadaan ini disebut oversupply dan dapat menyebabkan saluran ASI cepat penuh, apalagi jika bayi tidak mengisap secara maksimal. Jika tidak segera dikosongkan, ASI akan menumpuk dan meningkatkan potensi tersumbat. Hal ini umum terjadi pada ibu baru yang masih menyesuaikan ritme menyusui. Mengatur frekuensi dan durasi menyusui bisa membantu mengontrol produksi agar tetap seimbang.
Baca juga: Menyusui Dua Anak Sekaligus dengan Tandem Nursing, Ini Tipsnya!
7. Infeksi atau Trauma Ringan pada Payudara
Cedera ringan seperti benturan, goresan, atau lecet pada area payudara bisa menyebabkan peradangan lokal. Saat terjadi peradangan, saluran susu bisa terhambat dan menyebabkan aliran ASI terganggu. Bakteri juga lebih mudah masuk melalui luka, meningkatkan risiko infeksi dan sumbatan. Moms sebaiknya merawat payudara dengan hati-hati, menjaga kebersihannya, serta segera menangani luka kecil agar tidak berkembang menjadi masalah yang lebih serius.
8. Tidak Mengganti Posisi Menyusui
Menyusui dengan posisi yang sama secara terus-menerus menyebabkan beberapa bagian payudara tidak terangsang untuk mengalirkan ASI. Hal ini membuat saluran susu di area tertentu lebih rentan tersumbat. Dengan mengganti posisi menyusui secara rutin, Moms bisa membantu mengosongkan seluruh jaringan payudara. Variasi posisi tidak hanya bermanfaat untuk aliran ASI, tetapi juga membuat proses menyusui lebih nyaman bagi ibu dan bayi.
9. Pelekatan Bayi yang Buruk
Jika pelekatan bayi tidak tepat, hisapan yang dihasilkan menjadi tidak efisien. Ini berarti ASI tidak akan keluar dengan lancar dan sebagian akan tertinggal di saluran, menyebabkan penyumbatan. Penting bagi Moms untuk memahami cara pelekatan yang baik, mulai dari mulut bayi yang membuka lebar, hingga bagian areola yang ikut masuk ke dalam mulut. Konsultasi dengan konselor laktasi bisa sangat membantu untuk memastikan proses menyusui berjalan optimal.
Baca juga: Payudara Sakit Saat Menyusui? Yuk, Ketahui Apa Penyebabnya!
Tips Mencegah Saluran ASI Tersumbat
-
Susui bayi sesering mungkin, minimal 8–12 kali per hari
-
Pastikan bayi melekat dengan benar
-
Variasikan posisi menyusui
-
Gunakan bra menyusui yang tidak terlalu ketat
-
Jangan menunda waktu menyusui atau memompa terlalu lama
-
Minum cukup air dan konsumsi makanan bergizi
-
Kompres hangat payudara sebelum menyusui untuk membantu aliran ASI
Baca juga: Rekomendasi Makanan Pelancar ASI untuk Ibu Menyusui
Saluran ASI tersumbat bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari teknik menyusui yang kurang optimal, jadwal menyusui yang tidak teratur, hingga tekanan dari pakaian yang terlalu ketat. Mengenali penyebabnya sejak awal sangat penting agar tidak berkembang menjadi mastitis atau infeksi serius. Dengan menjaga jadwal menyusui tetap konsisten dan mendengarkan sinyal dari tubuh, Moms bisa mencegah sumbatan dan menjaga kenyamanan selama masa menyusui.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Cleveland Clinic. “Clogged Milk Duct”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- NCT UK. “Blocked ducts and mastitis”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Children’s Health Queensland. “Blocked milk ducts and mastitis”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Mayo Clinic Health System. “Managing plugged ducts and mastitis when breastfeeding”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.