Artikel ini telah direview secara medis oleh dr. RA Sita Daniswati Utari, Sp.OG Preeklamsia berat atau PEB (Preeklamsia Berat) adalah salah satu kondisi medis yang bisa terjadi pada masa kehamilan, yang sangat penting untuk Moms pahami. PEB adalah bentuk yang lebih serius dari preeklamsia yang biasa ditemukan pada kehamilan, dengan peningkatan tekanan darah yang sangat […]
Artikel ini telah direview secara medis oleh
dr. RA Sita Daniswati Utari, Sp.OG
![]()
Preeklamsia berat atau PEB (Preeklamsia Berat) adalah salah satu kondisi medis yang bisa terjadi pada masa kehamilan, yang sangat penting untuk Moms pahami. PEB adalah bentuk yang lebih serius dari preeklamsia yang biasa ditemukan pada kehamilan, dengan peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi dan adanya kerusakan pada organ-organ vital seperti ginjal dan hati.
Karena itu, penting bagi Moms untuk mengenali tanda-tanda, penyebab, serta langkah-langkah penanganan preeklamsia berat, sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan menjaga kesehatan Moms dan bayi dalam kandungan.
Apa Itu Preeklamsia Berat (PEB)?
Preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai oleh dua gejala utama: hipertensi (tekanan darah tinggi) dan adanya protein dalam urine, yang mengindikasikan masalah pada fungsi ginjal. Preeklamsia dapat berkembang menjadi lebih parah, yakni preeklamsia berat (PEB), yang berpotensi menimbulkan komplikasi serius jika tidak segera diatasi.
Preeklamsia berat sering kali mempengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk ginjal, hati, dan otak. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa berkembang menjadi eklampsia (kejang), yang bisa membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Oleh karena itu, penanganan yang tepat sangat penting untuk memastikan kehamilan tetap sehat dan aman.

Sumber gambar: iStock
Gejala Preeklamsia Berat (PEB) yang Harus Diperhatikan
Untuk Moms, mengenali gejala preeklamsia berat sejak dini sangat penting. Beberapa gejala yang mungkin muncul, antara lain:
1. Tekanan Darah Tinggi
Salah satu tanda utama dari preeklamsia berat adalah tekanan darah yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg). Pemeriksaan tekanan darah secara rutin selama kehamilan sangat penting untuk mendeteksi kondisi ini.
2. Pembengkakan Tak Wajar
Meskipun pembengkakan kaki adalah hal yang biasa terjadi selama kehamilan, pembengkakan yang berlebihan, terutama pada wajah dan tangan, bisa menjadi tanda adanya masalah dengan fungsi ginjal atau organ lainnya.
3. Protein dalam Urine
Salah satu cara untuk mendeteksi preeklamsia adalah melalui tes urine. Kehadiran protein dalam urine menunjukkan bahwa ginjal mungkin sudah mengalami kerusakan.
4. Sakit Kepala Parah
Sakit kepala yang sangat hebat dan tidak bisa hilang, terutama yang disertai dengan gangguan penglihatan, bisa menjadi tanda dari gangguan pembuluh darah di otak yang berhubungan dengan preeklamsia.
5. Gangguan Penglihatan
Moms mungkin merasakan penglihatan kabur, melihat titik-titik atau cahaya berkelap-kelip, bahkan kehilangan penglihatan secara sementara. Ini merupakan gejala serius yang harus segera ditangani.
6. Nyeri Perut Bagian Atas
Terutama di sisi kanan atas, tepat di bawah tulang rusuk, yang bisa mengindikasikan masalah pada hati atau organ lainnya.
Jika Moms merasakan gejala-gejala ini, segera berkonsultasilah dengan dokter kandungan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan diagnosis yang akurat.

Sumber gambar: iStock
Penyebab dan Faktor Risiko Preeklamsia Berat (PEB)
Meskipun penyebab pasti dari preeklamsia berat belum diketahui, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Moms mengalaminya:
1. Kehamilan Pertama
Kehamilan pertama memiliki risiko lebih tinggi terhadap terjadinya preeklamsia. Selain itu, kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat antar kehamilan juga meningkatkan risiko.
2. Usia
Moms yang hamil di usia yang sangat muda (di bawah 18 tahun) atau usia lebih tua (di atas 35 tahun) berisiko lebih tinggi mengalami preeklamsia.
3. Riwayat Keluarga
Jika ada riwayat preeklamsia dalam keluarga, Moms lebih mungkin untuk mengalaminya.
4. Kehamilan Ganda (Kembar)
Kehamilan dengan dua bayi atau lebih (kembar) meningkatkan risiko terkena preeklamsia berat.
5. Penyakit Tertentu
Moms yang memiliki kondisi medis seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan ginjal lebih rentan untuk mengalami preeklamsia.
6. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas juga menjadi faktor risiko utama yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia.
7. Faktor Genetik dan Imunologis
Sistem imun tubuh Moms mungkin bereaksi secara abnormal terhadap janin yang sedang berkembang, yang dapat memicu peningkatan tekanan darah dan kerusakan organ.
Baca juga: Inilah 5 Larangan yang Perlu Dihindari Saat Trimester Kedua
Cara Diagnosa Preeklamsia Berat (PEB)
Untuk mendiagnosis preeklamsia berat, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, termasuk:
1. Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah Moms akan diperiksa secara berkala. Jika tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg, itu bisa menjadi indikasi awal preeklamsia.
2. Tes Urine
Tes urine untuk mendeteksi keberadaan protein akan dilakukan untuk mengevaluasi fungsi ginjal Moms.
3. Tes Darah
Tes darah digunakan untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan sistem pembekuan darah Moms, serta untuk mengevaluasi apakah ada kerusakan organ.
4. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa pembengkakan yang tidak normal, serta gejala-gejala lainnya yang dapat mengindikasikan preeklamsia berat.
5. USG dan Pemantauan Bayi
Pemantauan janin melalui USG atau pemeriksaan detak jantung bayi dilakukan untuk memastikan bahwa bayi tidak terpengaruh oleh kondisi ini.

Sumber gambar: iStock
Penanganan Preeklamsia Berat (PEB)
Penanganan preeklamsia berat memerlukan perhatian medis yang intensif. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah:
1. Pemantauan Ketat di Rumah Sakit
Moms yang mengalami preeklamsia berat mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk pemantauan tekanan darah, fungsi ginjal, dan kondisi janin.
2. Obat-obatan
Beberapa obat dapat diberikan untuk menurunkan tekanan darah, seperti obat antihipertensi. Selain itu, magnesium sulfat mungkin diberikan untuk mencegah kejang (eclampsia).
3. Induksi Persalinan
Jika usia kehamilan sudah cukup matang (lebih dari 37 minggu), dokter akan menyarankan untuk segera melakukan persalinan untuk melindungi kesehatan Moms dan bayi.
4. Cesar (Operasi)
Dalam beberapa kasus yang lebih parah, terutama jika bayi belum cukup matang atau terdapat gangguan pada kesehatan Moms, persalinan melalui caesar mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
5. Pemberian Obat untuk Mengatur Tekanan Darah
Untuk Moms dengan tekanan darah tinggi, pemberian obat antihipertensi sangat penting untuk menjaga tekanan darah tetap stabil dan menghindari risiko komplikasi.
Baca juga: Intrauterine Growth Restriction (IUGR), Kondisi Pertumbuhan Janin yang Terhambat
Komplikasi yang Dapat Muncul Akibat Preeklamsia Berat
Jika preeklamsia berat tidak segera ditangani, bisa muncul berbagai komplikasi yang berbahaya, antara lain:
- Eklampsia: Kejang yang terjadi akibat preeklamsia, yang dapat mengancam keselamatan Moms dan bayi.
- Sindrom HELLP: Kondisi yang mencakup kerusakan sel darah merah, penurunan trombosit, dan gangguan fungsi hati.
- Kelahiran Prematur: Untuk melindungi bayi, proses persalinan mungkin perlu dipercepat, yang dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan memerlukan perawatan khusus.
- Kerusakan Organ Vital: Preeklamsia berat dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, dan bahkan otak.

Sumber gambar: iStock
Pencegahan Preeklamsia Berat
Walaupun tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia, ada beberapa langkah yang bisa Moms lakukan untuk mengurangi risikonya:
- Pemeriksaan Rutin: Rajin melakukan pemeriksaan kehamilan untuk mendeteksi tekanan darah tinggi dan gejala lainnya.
- Menerapkan Pola Hidup Sehat: Mengelola berat badan, mengonsumsi makanan sehat, dan berolahraga secara teratur selama kehamilan.
- Mengkonsumsi Suplemen: Dalam beberapa kasus, dokter dapat merekomendasikan suplemen tertentu seperti kalsium atau aspirin dosis rendah untuk mengurangi risiko preeklamsia.
- Kontrol Penyakit Tertentu: Jika Moms memiliki kondisi medis seperti hipertensi atau diabetes, pastikan kondisi tersebut tetap terkontrol dengan baik.
Baca juga: Tanda Kehamilan yang Jarang Terjadi, Apa Saja?
Preeklamsia berat (PEB) adalah kondisi yang dapat membahayakan kesehatan Moms dan bayi jika tidak segera ditangani dengan tepat. Mengenali gejala, mengetahui faktor risiko, dan menjalani pemeriksaan secara rutin selama kehamilan adalah langkah penting untuk mencegah dan menangani preeklamsia berat dengan baik.
Jika Moms khawatir atau memiliki riwayat preeklamsia, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan di Morula IVF Indonesia, klinik fertilitas dengan lebih dari 26 tahun pengalaman dalam membantu masalah infertilitas dan program kehamilan. Dengan pendekatan medis yang holistik dan perawatan berkualitas tinggi, kami siap mendampingi Moms dalam perjalanan menuju kehamilan yang sehat dan sukses.
Untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi, silakan hubungi Morula IVF Indonesia hari ini.
Referensi:
- Medical News Today. (n.d.). Preeclampsia with severe features. Diakses pada April 2025.
- American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (n.d.). Preeclampsia and High Blood Pressure During Pregnancy. Diakses pada April 2025.
- Harvard Health Publishing. (n.d.). Preeclampsia and eclampsia. Diakses pada April 2025.
- American Journal of Obstetrics & Gynecology. (n.d.). Preeclampsia: Pathophysiology and Clinical Management. Diakses pada April 2025.
