Pernahkah Anda mendengar istilah hamil kosong? Ya, hamil kosong atau dalam istilah medis disebut dengan blighted ovum adalah salah satu hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya keguguran di trimester pertama kehamilan. Lalu apa saja penyebab dari kondisi ini? Mari kita cari tahu pada uraian kali ini. Pengertian Blighted Ovum dan Penyebabnya Anembryonic gestation atau blighted […]
Pernahkah Anda mendengar istilah hamil kosong? Ya, hamil kosong atau dalam istilah medis disebut dengan blighted ovum adalah salah satu hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya keguguran di trimester pertama kehamilan. Lalu apa saja penyebab dari kondisi ini? Mari kita cari tahu pada uraian kali ini.
Pengertian Blighted Ovum dan Penyebabnya

Anembryonic gestation atau blighted ovum adalah keadaan hamil kosong yang banyak terjadi karena diakibatkan oleh kelainan kromosom. Kelainan itu pula dapat didorong oleh faktor kualitas sperma yang buruk sehingga pembelahan sel telurnya tidak sempurna. Pada kehamilan ini, pembuahan tetap terjadi, namun hasilnya tidak berkembang menjadi embrio.
Penyebab pasti dari kondisi ini sebetulnya belum dapat dipastikan secara spesifik. Yang jelas karena adanya kelainan kromosom tadi, yang menjadikan proses pembuahan telur tidak sempurna. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat menambah resiko hamil kosong ini. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
- Kualitas sel telur
- Kualitas sperma
- Genetik
Gejala Blighted Ovum
Di tahap awal, seseorang yang mengalami blighted ovum akan merasakan hal yang umum terjadi ketika masa kehamilan. Akan tetapi, setelah beberapa waktu kemudian, mereka biasanya akan merasakan beberapa gejala tertentu. Gejala blighted ovum adalah:
- Flek atau pendarahan yang keluar dari vagina
- Kram dan nyeri perut
- Volume darah semakin banyak keluar
Lalu, Kapan Harus ke Dokter?

Sebetulnya, ketika hamil kita disarankan untuk rutin memeriksakan kondisi kandungan pada dokter secara rutin, dengan jadwal yang disarankan adalah sebagai berikut:
- Trimester pertama, yaitu minggu 4-28: 1 bulan sekali
- Trimester kedua, yaitu minggu 28-36: 2 minggu sekali
- Trimester ketiga, yaitu minggu 36-40: 1 minggu sekali
Jika Anda merasakan gejala atau keadaan yang seperti dijelaskan di atas, maka segeralah berkonsultasi pada dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan mendapat penanganan yang tepat.
Diagnosis Blighted Ovum dan Pengobatannya
Untuk pemeriksaan dan diagnosisnya biasanya dokter akan melakukan serangkaian wawancara tentang keluhan dan kondisi yang dialami pasien, kemudian memeriksa perut dan melakukan USG, apakah kantong kehamilan telah berisi embrio atau belum pada kehamilan di atas 6 minggu.
Saat mengalami hamil kosong, maka kehamilan tersebut tak dapat dipertahankan. Kemudian, ada beberapa metode penanganan atau perawatan untuk pasien. Beberapa penanganan pada pasien blighted ovum adalah:
- Kuret atau diangkatnya kantong kehamilan yang kosong dari rahim
- Pemberian obat-obatan yang biasanya berupa misoprostol
- Dibiarkan gugur secara alami namun harus tetap dengan pengawasan dokter.
Pencegahan Blighted Ovum
Pada sebagian kasus, kondisi hamil kosong ini tidak dapat dicegah. Namun kita dapat melakukan serangkaian usaha dan melakukan yang terbaik guna mencegah terjadinya hamil kosong. Pencegahan blighted ovum adalah:
- Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk memantau kondisinya
- Pemeriksaan genetik pra-implantasi (PGT) guna pemeriksaan genetik embrio
- Analisis sperma, guna mengetahui kualitasnya
- Tes atau pemeriksaan hormon FSH (hormon perangsang folikel) maupun tes hormon AMH (anti-mullerian hormone), untuk mengetahui kadar keduanya dalam tubuh kita.
Demikian informasi tentang blighted ovum yang perlu diwaspadai ibu hamil. Perlu diingat, bahwa blighted ovum adalah kondisi yang wajib mendapatkan penanganan dari dokter. Selain itu, jika pernah mengalami riwayat ini, Anda tidak perlu kuatir karena kondisi ini jarang terulang pada kehamilan selanjutnya. Namun, tetap kita harus melakukan pemeriksaan jika merencanakan kehamilan tetapi sebelumnya pernah mengalami hamil kosong, guna mencegah kondisi serupa serta memantau kondisi kesehatan reproduksi Anda.