Artikel ini telah direview secara medis oleh
dr. Wisnu Setyawan, SpOG, Subsp. FER (K)
Asfiksia neonatorum, atau birth asphyxia, adalah kondisi di mana bayi baru lahir tidak mendapatkan cukup oksigen sebelum, selama, atau setelah proses persalinan. Kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ vital, seperti otak, jantung, dan paru-paru, jika tidak segera ditangani.
Asfiksia neonatorum terjadi pada sekitar 1-6 bayi dari setiap 1000 kelahiran di negara maju. Angka ini bisa lebih tinggi di negara berkembang karena akses ke perawatan medis yang terbatas.
Penyebab Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah kondisi serius yang terjadi ketika bayi mengalami kekurangan oksigen saat proses persalinan atau sesaat setelah lahir. Penyebab kondisi ini dapat berasal dari berbagai faktor yang memengaruhi aliran oksigen ke bayi, baik sebelum, selama, maupun setelah proses kelahiran.
1. Masalah pada Plasenta atau Tali Pusat
Salah satu penyebab utama asfiksia neonatorum adalah masalah pada plasenta atau tali pusat. Contohnya adalah plasenta abruptio, di mana plasenta terlepas sebagian atau seluruhnya dari dinding rahim sebelum bayi lahir.
Kondisi ini mengganggu aliran oksigen dari ibu ke bayi melalui plasenta. Selain itu, kompresi tali pusat juga dapat menjadi penyebab, terutama jika tali pusat terjepit selama persalinan, sehingga aliran darah dan oksigen ke bayi menjadi terhambat.
Baca juga: Insufisiensi Plasenta: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
2. Masalah Pernapasan pada Bayi
Masalah pernapasan pada bayi juga menjadi faktor signifikan dalam terjadinya asfiksia neonatorum. Bayi yang mengalami kesulitan bernapas setelah lahir, misalnya karena cairan ketuban yang masuk ke saluran napas, berisiko tinggi mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, beberapa bayi mungkin tidak memiliki kemampuan untuk bernapas secara mandiri setelah lahir, yang memperburuk situasi.
3. Gangguan pada Proses Persalinan
Gangguan selama proses persalinan juga dapat memicu asfiksia neonatorum. Persalinan yang berlangsung terlalu lama atau terlalu cepat dapat menyebabkan stres pada bayi, sehingga mengurangi aliran oksigen.
Proses persalinan yang sulit, terutama yang memerlukan intervensi seperti penggunaan alat bantu persalinan seperti forsep atau vakum, juga meningkatkan risiko bayi mengalami kondisi ini.
Baca juga: Persiapan Sebelum Persalinan, Lakukan 9 Tips Ini!
4. Masalah Kesehatan pada Ibu
Masalah kesehatan pada ibu selama kehamilan juga berkontribusi pada terjadinya asfiksia neonatorum. Ibu dengan tekanan darah tinggi atau preeklampsia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan pada aliran oksigen ke bayi. Infeksi yang tidak terkontrol selama kehamilan juga dapat memengaruhi suplai oksigen ke janin dan meningkatkan risiko asfiksia.
5. Kondisi Medis pada Bayi
Kondisi medis pada bayi seperti anemia berat atau kelainan bawaan pada jantung dan paru-paru juga dapat menyebabkan asfiksia neonatorum. Anemia berat pada bayi dapat mengurangi pasokan oksigen ke organ vitalnya, sedangkan kelainan bawaan pada organ vital tersebut dapat menghambat kemampuan bayi untuk menerima dan menggunakan oksigen dengan optimal.
Gejala Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah kondisi serius yang memerlukan penanganan segera karena dapat menyebabkan komplikasi berbahaya pada bayi baru lahir. Gejalanya dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan waktu terjadinya kekurangan oksigen, baik selama persalinan maupun segera setelah bayi dilahirkan.
1. Segera Setelah Lahir
Salah satu tanda utama yang sering diamati segera setelah lahir adalah bayi tidak menangis atau tidak bernapas dengan normal. Ketidakmampuan bayi untuk segera bernapas dapat menjadi indikasi pertama dari asfiksia neonatorum, yang membutuhkan tindakan resusitasi segera.
Selain itu, warna kulit bayi dapat memberikan petunjuk penting. Bayi yang mengalami asfiksia sering menunjukkan warna kulit yang pucat atau kebiruan, kondisi ini dikenal sebagai sianosis, yang mengindikasikan kurangnya oksigen dalam darah.
Denyut jantung bayi juga mungkin lemah atau tidak stabil, menandakan adanya gangguan serius pada sirkulasi darah. Bayi dengan asfiksia neonatorum juga cenderung menunjukkan nada otot yang lemah, terlihat lesu, atau tidak merespons rangsangan seperti bayi yang sehat.
2. Gejala Lanjutan
Seiring waktu, gejala lanjutan dari asfiksia neonatorum dapat muncul, terutama jika kondisi ini tidak segera ditangani. Bayi mungkin mengalami kejang, yang merupakan indikasi adanya gangguan pada otak akibat kekurangan oksigen. Gangguan pada refleks dasar bayi, seperti mengisap atau menelan, juga dapat diamati, yang menunjukkan dampak dari asfiksia pada sistem saraf pusat.
Gejala lainnya termasuk penurunan kadar oksigen dalam darah yang terdeteksi melalui pemeriksaan medis. Kekurangan oksigen yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan kerusakan organ penting, seperti ginjal, jantung, atau otak, yang dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan bayi.
Penanganan Asfiksia Neonatorum
Penanganan asfiksia neonatorum harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan organ yang dapat bersifat permanen, terutama pada otak.
1. Resusitasi Neonatal
Langkah pertama yang paling krusial adalah resusitasi neonatal, yang bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi dan memastikan pasokan oksigen ke seluruh tubuh. Dalam proses ini, tim medis akan membersihkan saluran napas bayi dari cairan ketuban, lendir, atau sisa mekonium yang dapat menghalangi aliran udara.
Setelah saluran napas bersih, bayi diberikan oksigen menggunakan ventilasi tekanan positif atau alat bantu pernapasan lainnya. Langkah ini tidak hanya membantu bayi bernapas tetapi juga menstabilkan denyut jantung yang mungkin melemah akibat kekurangan oksigen.
2. Pengobatan Tambahan
Selain resusitasi, pengobatan tambahan sering kali diperlukan untuk mendukung stabilisasi kondisi bayi. Pemberian cairan melalui infus menjadi salah satu langkah penting untuk menjaga tekanan darah bayi tetap stabil dan memastikan aliran darah ke organ-organ vital, seperti otak, jantung, dan ginjal. Pada bayi yang mengalami asfiksia berat, terapi pendinginan atau hypothermia therapy dapat dilakukan.
Terapi ini bertujuan untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut dengan menurunkan suhu tubuh bayi secara terkendali. Penurunan suhu tubuh ini dapat mengurangi aktivitas metabolik otak, mengurangi risiko inflamasi, dan memberikan waktu bagi jaringan otak untuk pulih dari cedera akibat kekurangan oksigen.
3. Perawatan Intensif Neonatal
Bayi yang memerlukan perawatan lebih intensif akan dirawat di unit perawatan intensif neonatal (NICU). Di NICU, bayi berada di bawah pemantauan ketat dengan bantuan peralatan medis canggih untuk mengawasi fungsi vital, termasuk kadar oksigen dalam darah, aktivitas otak, serta fungsi organ lainnya.
Jika bayi menunjukkan gejala kejang atau komplikasi lainnya, dokter dapat memberikan obat-obatan khusus untuk mengatasinya. Tim medis di NICU juga akan terus mengoptimalkan perawatan untuk mendukung proses pemulihan bayi secara keseluruhan.
Cara Mencegah Asfiksia Neonatorum
Pencegahan asfiksia neonatorum dimulai dari kehamilan hingga proses persalinan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya:
- Pemeriksaan Kehamilan Rutin: Konsultasi rutin dengan dokter kandungan membantu mendeteksi masalah sejak dini, seperti komplikasi plasenta atau tekanan darah tinggi.
- Persalinan yang Aman: Pastikan persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan dengan peralatan yang memadai dan tenaga medis yang berpengalaman.
- Kendalikan Kondisi Medis: Jika Moms memiliki kondisi medis seperti diabetes atau hipertensi, pastikan untuk mengelolanya dengan baik selama kehamilan.
- Hindari Risiko Infeksi: Jagalah kebersihan dan segera tangani infeksi yang muncul selama kehamilan.
Asfiksia neonatorum adalah kondisi serius yang membutuhkan penanganan cepat untuk mencegah komplikasi pada bayi baru lahir. Melalui pemeriksaan kehamilan rutin, perencanaan persalinan yang aman, dan perhatian pada tanda-tanda bahaya, risiko asfiksia dapat diminimalkan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Anda dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Medical News Today. “Birth Asphyxia”. Diakses pada 21 Januari 2025.
- National Center for Biotechnology Information. “Birth Asphyxia”. Diakses pada 21 Januari 2025.
- Healthline. “Birth Asphyxia”. Diakses pada 21 Januari 2025.