Saat Moms memutuskan tidak mengeluarkan ASI atau berhenti menyusui, pertanyaan yang sering muncul adalah: apakah aman jika ASI tidak diperah atau disusui? Jawabannya tergantung pada kondisi tubuh dan bagaimana proses penghentian dilakukan. Meski tubuh memiliki mekanisme alami untuk menghentikan produksi ASI, ada risiko kesehatan yang patut diwaspadai jika ASI yang terbentuk dibiarkan menumpuk terlalu lama. […]
Saat Moms memutuskan tidak mengeluarkan ASI atau berhenti menyusui, pertanyaan yang sering muncul adalah: apakah aman jika ASI tidak diperah atau disusui? Jawabannya tergantung pada kondisi tubuh dan bagaimana proses penghentian dilakukan. Meski tubuh memiliki mekanisme alami untuk menghentikan produksi ASI, ada risiko kesehatan yang patut diwaspadai jika ASI yang terbentuk dibiarkan menumpuk terlalu lama.
Apa yang Terjadi Saat ASI Tidak Dikeluarkan?
Setelah melahirkan, tubuh secara alami akan memproduksi ASI sebagai respons terhadap hormon prolaktin dan oksitosin. Saat ASI tidak dikeluarkan, baik melalui menyusui langsung maupun pompa, tubuh biasanya akan menyesuaikan dan menurunkan produksi secara bertahap.
Namun, pada fase awal menyusui (terutama minggu-minggu pertama), payudara bisa menjadi sangat penuh. Jika ASI tetap tidak dikeluarkan dalam kondisi produksi sedang tinggi, penumpukan ini bisa memicu masalah seperti:
-
Pembengkakan payudara (engorgement)
-
Mastitis (peradangan payudara)
-
Nyeri dan demam
Baca juga: Mastalgia, Nyeri Payudara dan Penanganannya
Apakah Aman Tidak Mengeluarkan ASI?
Secara umum, tidak mengeluarkan ASI bisa menjadi aman jika dilakukan secara bertahap dan dengan pengawasan. Namun jika tiba-tiba berhenti menyusui atau memompa ketika produksi ASI masih tinggi, maka risikonya justru bisa membahayakan Moms sendiri.
Risiko Jika ASI Tidak Dikeluarkan

Sumber gambar: iStock
1. Pembengkakan Payudara
Jika ASI tidak dikeluarkan secara rutin, salah satu risiko pertama yang muncul adalah pembengkakan payudara. Kondisi ini membuat payudara terasa keras, penuh, dan nyeri, bahkan bisa disertai dengan kemerahan serta sensasi panas. Pembengkakan ini bukan hanya membuat Moms tidak nyaman, tapi juga bisa memengaruhi kualitas tidur dan aktivitas sehari-hari. Dalam beberapa kasus, pembengkakan bisa menyebabkan demam ringan karena peradangan ringan pada jaringan payudara. Untuk mencegahnya, penting bagi Moms untuk tetap memompa atau menyusui secara teratur, terutama di awal-awal masa menyusui ketika produksi ASI masih menyesuaikan kebutuhan bayi.
2. Saluran ASI Tersumbat
Menumpuknya ASI di dalam payudara dapat menyumbat saluran susu. Hal ini menyebabkan terbentuknya benjolan kecil yang terasa nyeri saat ditekan, bahkan bisa menyebar ke area sekitarnya. Saluran ASI yang tersumbat bisa membuat proses menyusui menjadi sangat tidak nyaman bagi Moms. Jika tidak segera ditangani, sumbatan ini bisa berkembang menjadi infeksi atau mastitis. Maka dari itu, penting untuk terus merangsang aliran ASI, entah dengan menyusui langsung maupun dengan pompa ASI, agar saluran tetap lancar dan tidak mengalami penumpukan.
Baca juga: Rekomendasi Makanan Pelancar ASI untuk Ibu Menyusui
3. Mastitis
Mastitis merupakan infeksi pada jaringan payudara yang sering terjadi ketika ASI tidak dikeluarkan secara optimal. Kondisi ini menyebabkan nyeri hebat, pembengkakan, kemerahan pada payudara, serta gejala sistemik seperti demam tinggi dan tubuh lemas. Banyak Moms yang merasa sangat tidak nyaman hingga kesulitan menyusui atau beraktivitas. Infeksi ini bisa berkembang menjadi abses atau kantong nanah jika diabaikan. Untuk menghindari mastitis, penting bagi Moms untuk menjaga jadwal pengosongan ASI, serta segera berkonsultasi dengan dokter jika muncul gejala seperti demam disertai nyeri payudara yang menetap.
4. Produksi ASI Tetap Tinggi
Tidak semua tubuh merespons penghentian menyusui dengan cepat. Beberapa Moms justru tetap memproduksi ASI dalam jumlah banyak meskipun sudah tidak menyusui atau memompa. Tubuh membutuhkan sinyal konsisten bahwa ASI tidak lagi diperlukan agar produksi bisa berkurang secara alami. Ironisnya, jika ASI tidak dikeluarkan sama sekali, tekanan dalam payudara bisa meningkat dan memperburuk pembengkakan. Itulah mengapa penurunan produksi ASI sebaiknya dilakukan secara bertahap, bukan tiba-tiba menghentikan semua aktivitas menyusui.
Baca juga: Pompa ASI Elektrik, Manfaat dan Efek Sampingnya
5. Ketidaknyamanan Emosional
Selain dampak fisik, tidak mengeluarkan ASI juga bisa menimbulkan beban emosional. Beberapa Moms merasa bersalah, stres, atau tertekan, apalagi jika keputusan untuk tidak menyusui mendapat tekanan dari lingkungan atau keluarga. Perasaan ini bisa berdampak pada kesehatan mental secara keseluruhan. Dukungan emosional sangat penting dalam proses menyusui maupun berhenti menyusui. Moms perlu menyadari bahwa keputusan menyusui atau tidak sangat personal, dan yang terpenting adalah kesehatan ibu dan bayi secara keseluruhan.
Cara Menghentikan Produksi ASI Secara Aman
Jika Moms memang ingin atau perlu menghentikan produksi ASI, lakukan secara perlahan. Beberapa tips yang bisa dicoba:
-
Kurangi sesi menyusui atau memompa secara bertahap
-
Kompres dingin untuk meredakan nyeri
-
Gunakan bra pendukung yang tidak terlalu ketat
-
Hindari stimulasi puting
-
Konsultasi ke dokter jika ingin menggunakan obat penekan laktasi
Baca juga: Manfaat Pijat Laktasi untuk Ibu Menyusui
Tidak mengeluarkan ASI memang bisa dilakukan, namun harus disesuaikan dengan kondisi tubuh Moms. Jika prosesnya terlalu mendadak, risiko seperti bengkak, sumbatan, atau infeksi bisa muncul. Maka, sebaiknya lakukan dengan bertahap dan terarah. Jangan ragu berkonsultasi dengan bidan atau dokter laktasi agar proses ini aman, nyaman, dan bebas tekanan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Healthline. “No Breast Milk After Delivery: What to Do”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- NHS. “Breastfeeding: Challenges and Milk Supply”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- NHS UK. “Common Problems with Breastfeeding”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.