Ejakulasi dini seringkali jadi isu yang membuat Dads merasa cemas, malu, bahkan kehilangan kepercayaan diri. Tapi apakah Dads tahu bahwa salah satu penyebab utamanya bisa berasal dari stres yang tak disadari? Banyak pria mengalami ejakulasi lebih cepat saat menghadapi tekanan emosional, kelelahan, atau konflik pribadi. Dalam pembahasan ini, kita akan membahas secara komprehensif bagaimana stres […]
Ejakulasi dini seringkali jadi isu yang membuat Dads merasa cemas, malu, bahkan kehilangan kepercayaan diri. Tapi apakah Dads tahu bahwa salah satu penyebab utamanya bisa berasal dari stres yang tak disadari? Banyak pria mengalami ejakulasi lebih cepat saat menghadapi tekanan emosional, kelelahan, atau konflik pribadi. Dalam pembahasan ini, kita akan membahas secara komprehensif bagaimana stres bisa memicu ejakulasi dini, gejalanya, dan langkah penanganannya.
Apa Itu Ejakulasi Dini?
Ejakulasi dini adalah kondisi ketika pria mengalami orgasme dan mengeluarkan sperma lebih cepat dari yang diinginkan, biasanya dalam waktu satu menit setelah penetrasi atau bahkan sebelum aktivitas seksual dimulai. Kondisi ini bisa bersifat sesekali (situasional) atau menjadi masalah berkelanjutan.
Kondisi ini dialami oleh sekitar 1 dari 3 pria setidaknya sekali dalam hidup mereka. Meski tidak selalu menjadi masalah medis serius, dampaknya terhadap hubungan dan kepercayaan diri bisa sangat besar, terutama jika terjadi berulang kali.
Apa Hubungannya Stres dan Ejakulasi Dini?

Sumber gambar: iStock
Stres tidak hanya menyerang pikiran, tapi juga berdampak besar terhadap sistem hormon dan fungsi saraf yang berkaitan dengan seksualitas pria. Saat stres melanda, tubuh memproduksi lebih banyak hormon kortisol dan adrenalin, dua zat yang bisa mengganggu keseimbangan hormon seksual dan menyebabkan respon tubuh menjadi lebih cepat dari seharusnya.
Beberapa contoh stres yang dapat memicu ejakulasi dini:
-
Tekanan pekerjaan
-
Konflik rumah tangga
-
Ketakutan akan performa seksual (performance anxiety)
-
Kurang tidur dan kelelahan kronis
-
Kecemasan akan kehamilan pasangan
-
Pengalaman seksual traumatis sebelumnya
Stres juga membuat otak sulit fokus dan rileks saat berhubungan seksual, sehingga refleks ejakulasi bisa menjadi terlalu sensitif. Menurut Mayo Clinic, pria dengan kecemasan tinggi cenderung kurang mampu mengontrol waktu ejakulasinya karena tidak sepenuhnya fokus dan rileks selama hubungan intim.
Baca juga: Stress dan Gangguan Kesuburan: Apa yang Perlu Moms dan Dads Ketahui?
Ciri-Ciri dan Gejala Terkait
Meski setiap pria mungkin mengalami gejala berbeda, berikut beberapa tanda umum ejakulasi dini:
-
Ejakulasi terjadi kurang dari satu menit setelah penetrasi
-
Ketidakmampuan menunda ejakulasi dalam hampir semua aktivitas seksual
-
Perasaan frustrasi, malu, atau bersalah setelah hubungan intim
-
Penurunan kepuasan dalam hubungan seksual
Jika Dads atau pasangan merasa bahwa gejala tersebut muncul bersamaan dengan tekanan mental atau beban pikiran yang berat, bisa jadi stres adalah faktor utama di balik ejakulasi dini.
Dampak Jangka Panjang Jika Tidak Ditangani
Jika dibiarkan terus-menerus, ejakulasi dini bisa menimbulkan ketegangan hubungan, penurunan kepercayaan diri, hingga memicu disfungsi seksual lainnya seperti disfungsi ereksi. Selain itu, kondisi ini juga bisa menurunkan peluang keberhasilan program kehamilan karena penetrasi tidak optimal. Oleh karena itu, penting bagi Moms dan Dads untuk saling terbuka dan mencari solusi bersama, bukan saling menyalahkan.
Cara Mengatasi Ejakulasi Dini Akibat Stres

Sumber gambar: iStock
1. Teknik Relaksasi dan Manajemen Stres
Latihan pernapasan, meditasi, dan yoga terbukti membantu mengurangi tekanan psikologis. Bila dilakukan rutin, hal ini dapat menurunkan sensitivitas refleks ejakulasi.
2. Konseling atau Terapi Seksual
Terapi kognitif perilaku (CBT) atau terapi pasangan bisa sangat membantu, terutama jika ejakulasi dini disebabkan oleh trauma masa lalu, tekanan hubungan, atau kecemasan berlebih.
3. Latihan Teknik Stop-Start dan Squeeze
Dua teknik ini mengajarkan kontrol saat mendekati ejakulasi. Dads bisa mencoba menghentikan stimulasi atau memberikan tekanan ringan di bagian penis saat hampir mencapai orgasme, lalu melanjutkan kembali setelah dorongan menurun.
Baca juga: Teknik Squeeze untuk Mengontrol Ejakulasi
4. Konsultasi dengan Dokter Spesialis
Jika ejakulasi dini sudah berlangsung lama, dokter dapat menyarankan pengobatan seperti krim desensitisasi, antidepresan dosis rendah, atau obat tertentu yang memengaruhi refleks seksual.
5. Dukungan dari Pasangan
Bagi Moms, penting untuk memahami bahwa ejakulasi dini bukan semata-mata “kesalahan” pasangan. Pendekatan penuh empati justru akan membantu proses pemulihan lebih cepat dan mempererat hubungan.
Baca juga: Kenali Manfaat Senam Kegel untuk Pria dan Cara Melakukannya
Membedakan Masalah Fisik vs Psikologis
Ejakulasi dini akibat stres biasanya muncul dalam situasi tertentu saja, dan tidak terjadi saat masturbasi atau ketika suasana hati lebih tenang. Jika kondisi terjadi secara konsisten, tanpa pengaruh stres, maka perlu diperiksa kemungkinan faktor fisik seperti infeksi prostat atau gangguan hormon.
Stres adalah salah satu penyebab tersembunyi namun signifikan dari ejakulasi dini. Tidak hanya memengaruhi kondisi mental, stres juga bisa merusak mekanisme pengendalian ejakulasi secara biologis. Dengan pengelolaan stres yang baik, komunikasi terbuka dengan pasangan, dan dukungan medis saat dibutuhkan, ejakulasi dini bisa diatasi secara efektif. Jika Dads mengalami kondisi ini, jangan ragu untuk mencari bantuan—karena kualitas kehidupan seksual adalah bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Cleveland Clinic. “Premature Ejaculation”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.
- Mayo Clinic. “Premature ejaculation: Symptoms and causes”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.
- NCBI. “Premature Ejaculation: An Update on Definition, Pathophysiology, and Treatment”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.