Dispareunia adalah istilah medis untuk menggambarkan rasa sakit yang terjadi selama atau setelah hubungan seksual. Kondisi ini dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, termasuk hubungan emosional dan keintiman.
Apa Itu Dispareunia?
Dispareunia adalah rasa sakit yang dialami seseorang selama atau setelah melakukan hubungan seksual. Rasa sakit ini bisa terjadi pada wanita maupun pria, tetapi lebih sering dialami oleh wanita. Gejala dan penyebabnya dapat bervariasi tergantung pada kondisi fisik maupun emosional.
- Pengertian Aspermia Beserta Gejala dan Penyebabnya
- Mengenal Vulvitis, Rasa Tidak Nyaman Pada Vulva
- Pelvic Inflammatory Disease (PID): Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya
- Plantar Fasciitis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan yang Efektif Terutama Saat Kehamilan
- Mengupas Tuntas Sistem Reproduksi Pria: Dari Fungsi hingga Penyakit Umum
Ciri-Ciri Dispareunia
Berikut adalah beberapa ciri yang menunjukkan seseorang mungkin mengalami dispareunia:
- Rasa sakit pada area vagina, labia, atau perut bagian bawah selama penetrasi.
- Rasa terbakar, perih, atau seperti ditusuk pada vagina.
- Ketidaknyamanan yang muncul setelah berhubungan seksual.
- Nyeri mendalam yang terasa hingga bagian panggul.

Penyebab Dispareunia
1. Penyebab Fisik
Penyebab fisik dispareunia sering kali terkait dengan gangguan pada organ reproduksi atau kondisi medis tertentu. Beberapa di antaranya adalah:
- Kekeringan Vagina: Kekurangan pelumas alami, terutama setelah menopause, saat menyusui, atau akibat efek samping obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan, dapat menyebabkan gesekan berlebihan saat hubungan intim. Faktanya, kekeringan vagina adalah salah satu penyebab dispareunia yang paling umum pada wanita menopause.
- Infeksi atau Radang pada Vagina: Infeksi jamur, vaginitis, atau infeksi saluran kemih dapat menyebabkan rasa terbakar dan nyeri selama penetrasi.
- Endometriosis: Kondisi ini terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, yang dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, termasuk saat berhubungan intim.
- Mioma Uteri atau Kista Ovarium: Mioma uteri atau kista ovarium dapat menimbulkan tekanan dan nyeri pada panggul selama penetrasi.
- Luka atau Trauma pada Vagina: Luka akibat melahirkan, operasi, atau penggunaan tampon dapat menyebabkan rasa sakit yang intens saat hubungan seksual.
- Vaginismus: Vaginismus Ini adalah kondisi di mana otot-otot di sekitar vagina berkontraksi secara tidak sadar, sehingga menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan selama penetrasi.
2. Faktor Hormonal
Perubahan hormonal dapat memengaruhi elastisitas dan kelembapan jaringan vagina, sehingga menyebabkan dispareunia. Beberapa kondisi yang memengaruhi hormon meliputi:
- Menopause: Penurunan kadar estrogen membuat dinding vagina lebih tipis, kurang elastis, dan lebih mudah iritasi.
- Pasca-Melahirkan atau Menyusui: Penurunan kadar hormon estrogen selama periode ini juga dapat menyebabkan kekeringan vagina.
- Penggunaan Kontrasepsi Hormonal: Beberapa jenis pil KB dapat menurunkan libido dan produksi pelumas alami.
3. Kondisi Medis Tertentu
Beberapa kondisi kesehatan lain yang dapat menyebabkan dispareunia meliputi:
- Penyakit Radang Panggul (PID): Infeksi pada organ reproduksi yang dapat menyebabkan nyeri kronis saat berhubungan seksual.
- Sindrom Iritasi Usus (IBS): Kondisi ini dapat menyebabkan ketegangan pada otot panggul, memicu rasa sakit selama penetrasi.
- Penyakit Kulit: Kondisi seperti lichen sclerosus atau eksim pada area genital dapat menyebabkan iritasi dan nyeri.
4. Penyebab Psikologis dan Emosional
Faktor psikologis sering kali berkontribusi pada dispareunia. Beberapa penyebab emosional yang dapat memengaruhi adalah:
- Stres atau Kecemasan: Stres berlebihan dapat menyebabkan otot-otot tubuh tegang, termasuk di sekitar vagina.
- Trauma Seksual: Pengalaman traumatis di masa lalu dapat memengaruhi kenyamanan selama hubungan intim.
- Citra Tubuh yang Negatif: Ketidakpercayaan diri terhadap tubuh sendiri dapat memengaruhi kenyamanan dan kepuasan seksual.
- Depresi: Kondisi ini dapat menurunkan gairah seksual dan sensitivitas terhadap rasa sakit.
5. Pengaruh Gaya Hidup
Beberapa kebiasaan atau kondisi gaya hidup juga dapat memperburuk dispareunia, seperti:
- Kurangnya Foreplay: Foreplay yang tidak memadai dapat menyebabkan kurangnya pelumasan alami, sehingga meningkatkan risiko rasa sakit.
- Aktivitas Seksual yang Kasar: Hubungan seksual yang tidak dilakukan dengan lembut dapat menyebabkan trauma pada jaringan vagina.
- Kelelahan atau Kurang Tidur: Kelelahan dapat menurunkan toleransi terhadap rasa sakit.
6. Pengaruh Pengobatan atau Terapi
Beberapa obat-obatan atau terapi medis dapat menyebabkan efek samping yang memicu dispareunia, termasuk:
- Obat antidepresan dan antihistamin yang menyebabkan kekeringan pada jaringan vagina.
- Terapi kanker seperti kemoterapi atau radiasi pada area panggul yang memengaruhi kesehatan jaringan genital.

Cara Mengatasi Dispareunia
1. Identifikasi dan Atasi Penyebab Dasar
Langkah pertama untuk mengatasi dispareunia adalah memahami apa yang menyebabkannya. Konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis yang akurat melalui pemeriksaan fisik, wawancara medis, atau tes lanjutan seperti:
- Tes darah untuk memeriksa kadar hormon.
- USG panggul untuk mendeteksi gangguan seperti endometriosis atau kista ovarium.
- Kultur cairan vagina untuk mendeteksi infeksi.
Dokter akan meresepkan pengobatan spesifik berdasarkan penyebabnya, misalnya antibiotik untuk infeksi atau terapi hormon untuk kekeringan vagina akibat menopause.
2. Gunakan Pelumas
Kekeringan vagina adalah salah satu penyebab umum dispareunia, terutama pada wanita pasca-menopause atau setelah melahirkan. Penggunaan pelumas berbasis air dapat mengurangi gesekan dan rasa sakit selama hubungan intim.
- Pilih pelumas yang bebas pewangi untuk menghindari iritasi.
- Gunakan secara merata sebelum dan selama aktivitas seksual.
3. Latihan Otot Panggul (Senam Kegel)
Latihan Kegel dapat memperkuat otot-otot dasar panggul dan meningkatkan aliran darah ke area vagina. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kenyamanan selama hubungan seksual. Cara melakukannya:
- Tegangkan otot dasar panggul seperti menahan buang air kecil.
- Tahan selama 5 detik, lalu rileks selama 5 detik.
- Ulangi 10-15 kali per sesi, dan lakukan 3 sesi sehari.
4. Lakukan Terapi Psikologis
Jika penyebab dispareunia terkait dengan faktor emosional atau trauma, terapi psikologis seperti konseling atau terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu. Terapi ini bertujuan untuk:
- Mengatasi kecemasan atau ketakutan terkait hubungan seksual.
- Mengidentifikasi dan mengelola stres yang memperburuk kondisi.
- Memperbaiki komunikasi dengan pasangan untuk meningkatkan keintiman.
5. Ubah Pola Hidup
Perubahan kecil dalam gaya hidup juga dapat membantu mengurangi gejala dispareunia:
- Perbaiki posisi seksual: Eksperimen dengan posisi yang lebih nyaman dan mengurangi tekanan pada area yang nyeri.
- Istirahat yang cukup: Kelelahan dapat meningkatkan sensitivitas terhadap rasa sakit.
- Kurangi stres: Lakukan aktivitas relaksasi seperti yoga atau meditasi.
6. Dukungan dari Pasangan
Komunikasi yang baik dengan pasangan sangat penting dalam mengatasi dispareunia. Berikut beberapa tips:
- Diskusikan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dialami secara terbuka.
- Hindari tekanan untuk melakukan hubungan seksual jika Moms merasa tidak nyaman.
- Fokus pada keintiman non-fisik untuk memperkuat hubungan emosional.

Kapan Harus ke Dokter?
Dispareunia bukanlah kondisi yang harus dianggap sepele, terutama jika rasa sakit berlangsung terus-menerus atau semakin parah. Segera konsultasikan dengan dokter jika:
- Rasa sakit tidak hilang meskipun sudah menggunakan pelumas atau mencoba perawatan mandiri.
- Muncul gejala tambahan seperti perdarahan atau keputihan yang tidak normal.
- Nyeri terasa mendalam hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pentingnya Dukungan Pasangan
Jika Moms mengalami dispareunia, dukungan dari pasangan sangat penting untuk membantu mengatasi masalah ini. Komunikasikan apa yang dirasakan secara terbuka agar pasangan dapat memahami dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan.
Dispareunia adalah kondisi yang dapat diatasi dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, Moms dapat meningkatkan kualitas dan menjaga hubungan intim tetap harmonis. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang terbaik.
Apakah Moms mencari solusi untuk kesehatan reproduksi atau program kehamilan? Morula IVF Indonesia dapat membantu Moms dengan layanan konsultasi yang mendalam dan profesional. Dengan lebih dari 26 tahun pengalaman, Morula IVF Indonesia memiliki tim dokter spesialis yang terampil dan berkomitmen untuk mendukung Moms dalam perjalanan menuju kehamilan yang sehat. Morula IVF menawarkan pendekatan yang menyeluruh dan penuh perhatian. Untuk mengetahui lebih lanjut dan merencanakan konsultasi, Moms dapat mengunjungi situs web resmi Morula IVF atau menghubungi mereka langsung.
Referensi
- Mayo Clinic.“Painful Intercourse (Dyspareunia)”. (Tanggal Akses 13 Desember 2024).
- Cleveland Clinic.“Dyspareunia (Painful Intercourse)”. (Tanggal Akses 13 Desember 2024).
- Healthline.“Dyspareunia”. (Tanggal Akses 13 Desember 2024).
- News Medical.“What is Dyspareunia?”. (Tanggal Akses 13 Desember 2024).
- PubMed Central.“Psychological and Physical Aspects of Dyspareunia”. (Tanggal Akses 13 Desember 2024).