Bagi banyak Dads, kesehatan reproduksi adalah aspek penting yang sering kali luput dari perhatian, terutama jika tidak ada gejala yang jelas. Salah satu kondisi yang mungkin jarang didengar tetapi memiliki dampak signifikan pada kesuburan dan kehidupan seksual adalah ejakulasi retrograde. Kondisi ini terjadi ketika air mani yang seharusnya dikeluarkan melalui penis saat orgasme justru mengalir balik ke kandung kemih. Meski tidak menimbulkan rasa sakit, ejakulasi retrograde bisa menjadi sumber kekhawatiran, terutama bagi Dads yang sedang merencanakan kehamilan.
Apa Itu Ejakulasi Retrograde?
Ejakulasi retrograde adalah kondisi di mana air mani mengalir ke kandung kemih alih-alih keluar melalui penis saat orgasme. Ini menyebabkan sedikit atau tidak adanya cairan semen yang keluar saat ejakulasi. Meskipun kondisi ini tidak berbahaya secara fisik, ejakulasi retrograde dapat memengaruhi kesuburan dan menimbulkan kekhawatiran terkait performa seksual.
Menurut Harvard Health Publishing, kondisi ini sering dikaitkan dengan masalah pada otot leher kandung kemih yang tidak menutup dengan benar selama ejakulasi. Akibatnya, sperma masuk ke kandung kemih dan keluar bersama urin saat buang air kecil berikutnya.

Bagaimana Proses Normal Ejakulasi Bekerja?
Pada kondisi normal, otot leher kandung kemih akan menutup selama ejakulasi untuk mencegah air mani mengalir ke kandung kemih. Proses ini diatur oleh sistem saraf yang mengoordinasikan kontraksi otot-otot reproduksi. Pada ejakulasi retrograde, mekanisme ini terganggu sehingga sperma kembali ke kandung kemih.
Baca juga: Mengenal Jenis-Jenis Penyakit Prostat yang Paling Umum Terjadi
Gejala Ejakulasi Retrograde
Dads mungkin mengalami beberapa gejala yang dapat dikenali, di antaranya:
- Volume ejakulasi yang sangat sedikit atau bahkan tidak ada.
- Urin yang keruh setelah orgasme akibat bercampurnya sperma.
- Kesulitan dalam mencapai kehamilan bersama pasangan.
- Sensasi orgasme yang terasa normal, tetapi tanpa keluarnya air mani.
Gejala ini bisa membingungkan dan menimbulkan kecemasan bagi Dads. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami tanda-tanda ini.

Penyebab Ejakulasi Retrograde
Dilansir dari WebMD dan Yale Medicine, beberapa penyebab umum ejakulasi retrograde meliputi:
1. Efek Samping Obat
Obat-obatan tertentu dapat mengganggu fungsi saraf dan otot leher kandung kemih. Contohnya:
- Obat tekanan darah tinggi (alpha-blocker).
- Antidepresan.
- Obat untuk pembesaran prostat seperti tamsulosin.
2. Operasi Prostat atau Kandung Kemih
Prosedur medis yang melibatkan prostat, kandung kemih, atau uretra bisa merusak saraf dan otot yang mengontrol ejakulasi. Operasi TURP (Transurethral Resection of the Prostate) sering dikaitkan dengan kondisi ini.
3. Diabetes dan Neuropati
Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan saraf (neuropati) yang memengaruhi fungsi otot kandung kemih. Hal ini umum terjadi pada pria dengan diabetes jangka panjang.
4. Gangguan Saraf dan Cedera Tulang Belakang
Gangguan neurologis seperti multiple sclerosis, cedera tulang belakang, atau penyakit Parkinson juga bisa menyebabkan ejakulasi retrograde karena merusak kontrol saraf di area tersebut.
Baca juga: Memahami Aglutinasi Sperma: Penyebab dan Dampaknya terhadap Kesuburan Pria
Diagnosa dan Tes Medis
Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter akan:
- Melakukan wawancara medis dan pemeriksaan fisik.
- Mengambil sampel urin setelah orgasme untuk memeriksa adanya sperma di dalamnya.
- Melakukan tes fungsi saraf jika dicurigai adanya gangguan neurologis.
Tes ini penting untuk memastikan diagnosis yang akurat sebelum memberikan pengobatan.

Pengobatan dan Solusi
1. Perubahan Pengobatan
Jika ejakulasi retrograde disebabkan oleh efek samping obat, dokter dapat mengubah atau menyesuaikan dosis obat yang digunakan. Evaluasi menyeluruh terhadap riwayat medis dan pengobatan yang sedang dikonsumsi akan membantu dokter menentukan pendekatan terbaik tanpa mengganggu kondisi kesehatan lainnya.
2. Terapi Obat
Beberapa obat yang dapat membantu meningkatkan tonus otot leher kandung kemih meliputi:
- Pseudoephedrine: Digunakan terutama untuk mengatasi hidung tersumbat, obat ini juga memiliki efek memperkuat kontraksi otot di sekitar leher kandung kemih, membantu mencegah aliran sperma kembali ke kandung kemih.
- Imipramine: Sebagai antidepresan trisiklik, obat ini tidak hanya berfungsi mengatur suasana hati tetapi juga memperbaiki fungsi otot kandung kemih dengan memperkuat kontraksi yang diperlukan untuk ejakulasi normal.
Penting untuk menggunakan obat-obatan ini di bawah pengawasan medis, karena dapat menimbulkan efek samping seperti tekanan darah tinggi atau gangguan detak jantung.
3. Prosedur Medis dan Bedah
Dalam kasus yang lebih parah, operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki fungsi otot atau saraf yang terganggu. Prosedur ini sering kali direkomendasikan jika terapi obat tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Operasi melibatkan perbaikan jaringan atau saraf yang rusak untuk mengembalikan fungsi ejakulasi yang normal.
4. Pengobatan Kesuburan
Untuk Dads yang mengalami masalah kesuburan, prosedur khusus seperti ekstraksi sperma dari urin dapat membantu dalam proses inseminasi buatan atau fertilisasi in vitro (IVF). Metode ini memungkinkan pasangan tetap memiliki peluang untuk memiliki keturunan meskipun ejakulasi retrograde terjadi. Proses ini memerlukan koordinasi dengan spesialis fertilitas untuk memastikan keberhasilan prosedur.
Baca juga: Apa Itu Andropause? Gejala, Penyebab, dan Penanganannya
Apakah Ejakulasi Retrograde Bisa Dicegah?
Meskipun tidak semua kasus dapat dicegah, beberapa langkah berikut dapat membantu mengurangi risiko:
- Mengontrol kadar gula darah untuk mencegah diabetes yang dapat merusak saraf dan otot yang terlibat dalam ejakulasi.
- Menghindari penggunaan obat-obatan yang memengaruhi saraf tanpa konsultasi dokter terlebih dahulu untuk menghindari efek samping yang merugikan.
- Memantau kesehatan prostat secara rutin, terutama bagi Dads yang memiliki riwayat masalah prostat atau telah menjalani prosedur medis di area tersebut.
- Menghindari cedera pada saraf panggul atau tulang belakang dengan memperhatikan postur tubuh, menggunakan perlindungan saat berolahraga, dan berhati-hati dalam aktivitas yang berisiko tinggi.
Baca juga: Apa itu Ejakulasi Dini? Gejala & Penyebab
Ejakulasi retrograde mungkin terdengar rumit, tetapi dengan pemahaman yang lebih baik, Dads bisa menghadapinya dengan percaya diri. Kondisi ini jarang membahayakan secara fisik, namun bisa memengaruhi kesuburan dan kualitas hidup. Diagnosis dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk memastikan hasil terbaik.
Jika Dads mengalami gejala yang mencurigakan, berkonsultasilah dengan dokter spesialis. Jangan biarkan kekhawatiran menghalangi langkah untuk mendapatkan solusi yang tepat. Ingat, kesehatan reproduksi yang terjaga adalah investasi jangka panjang untuk kebahagiaan keluarga.
Untuk Dads yang masih dalam program kehamilan ataupun tengah mengalami permasalahan infertilitas, Dads bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Dads dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi
- Harvard Health Publishing. “Retrograde Ejaculation.” Diakses pada 23 Desember 2024.
- WebMD. “What Is Retrograde Ejaculation?” Diakses pada 23 Desember 2024.
- ScienceDirect. “Retrograde Ejaculation and Fertility Treatments.” Diakses pada 23 Desember 2024.
- Yale Medicine. “Retrograde Ejaculation.” Diakses pada 23 Desember 2024.