Semua Artikel

Ikat Leher Rahim (Cervical Cerclage) untuk Menjaga Kehamilan

Hamzah
29 Apr 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Ikat Leher Rahim (Cervical Cerclage) untuk Menjaga Kehamilan

Bagi sebagian Moms, risiko persalinan prematur bisa meningkat karena kondisi serviks yang lemah. Salah satu metode yang disarankan dokter untuk mencegah hal ini adalah prosedur ikat leher rahim atau cervical cerclage. Prosedur ini sederhana namun sangat penting untuk menjaga agar kehamilan tetap bertahan hingga usia cukup bulan. Memahami kapan dan bagaimana prosedur ini dilakukan dapat […]

Bagi sebagian Moms, risiko persalinan prematur bisa meningkat karena kondisi serviks yang lemah. Salah satu metode yang disarankan dokter untuk mencegah hal ini adalah prosedur ikat leher rahim atau cervical cerclage. Prosedur ini sederhana namun sangat penting untuk menjaga agar kehamilan tetap bertahan hingga usia cukup bulan. Memahami kapan dan bagaimana prosedur ini dilakukan dapat membantu Moms dan Dads merasa lebih siap serta percaya diri dalam menjaga kehamilan.

Cervical cerclage adalah prosedur medis di mana dokter menjahit leher rahim (serviks) untuk mencegahnya terbuka terlalu awal selama kehamilan. Serviks yang lemah (insufisiensi serviks) bisa menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur tanpa tanda-tanda kontraksi sebelumnya. Prosedur ini biasanya dilakukan pada trimester kedua kehamilan, sekitar minggu ke-12 hingga ke-14, tergantung kondisi.

Siapa yang Membutuhkan Cervical Cerclage?

Tidak semua kehamilan memerlukan cerclage. Prosedur ini umumnya direkomendasikan untuk Moms yang memiliki:

  • Riwayat keguguran berulang pada trimester kedua
  • Serviks pendek berdasarkan hasil USG
  • Riwayat kelahiran prematur
  • Diagnosis insufisiensi serviks sebelumnya

Jenis-jenis Ikat Leher Rahim

Ikat Leher Rahim

Sumber gambar: Freepik

1. Cerclage Transvaginal

Cerclage transvaginal adalah jenis ikat leher rahim yang paling sering dilakukan dan biasanya menjadi pilihan pertama. Prosedur ini dilakukan melalui vagina, di mana jahitan ditempatkan di sekitar serviks untuk membantu menutup leher rahim dan mencegah persalinan prematur. Teknik ini relatif sederhana, minim invasif, dan Moms biasanya dapat melanjutkan aktivitas ringan setelah beberapa hari pemulihan.

Pemasangan dan pelepasan cerclage transvaginal umumnya tidak memerlukan operasi besar, sehingga risiko komplikasi lebih rendah dibanding metode lain. Biasanya, jahitan dilepas mendekati akhir kehamilan atau ketika Moms memasuki persalinan spontan. Pengawasan rutin sangat penting untuk memastikan kondisi serviks tetap stabil selama masa kehamilan.

2. Cerclage Transabdominal

Cerclage transabdominal dilakukan jika serviks terlalu pendek, rusak, atau tidak memungkinkan dilakukan pemasangan melalui vagina. Prosedur ini dilakukan melalui sayatan kecil di perut, sehingga lebih kompleks dan memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama dibandingkan cerclage transvaginal.

Karena cerclage ini tidak dapat dilepas melalui vagina, biasanya Moms yang menjalani prosedur ini akan melahirkan melalui operasi caesar. Meskipun lebih invasif, cerclage transabdominal sangat efektif untuk kasus-kasus serviks yang sulit ditangani, memberikan peluang lebih besar untuk mempertahankan kehamilan hingga usia cukup bulan.

Baca juga: Waspadai Inkompetensi Serviks Selama Kehamilan

Bagaimana Proses Pemasangan Cerclage?

  • Dilakukan dengan anestesi umum atau lokal.
  • Dokter menggunakan benang kuat untuk menjahit serviks dan menutupnya sebagian.
  • Prosedur biasanya selesai dalam waktu kurang dari satu jam.
  • Moms bisa pulang di hari yang sama atau setelah observasi singkat.

Setelah prosedur, Moms dianjurkan untuk beristirahat, membatasi aktivitas berat, dan rutin kontrol ke dokter.

Risiko dan Efek Samping

Ikat Leher Rahim

Sumber gambar: iStock

Seperti prosedur medis lainnya, cervical cerclage juga memiliki risiko, antara lain:

1. Infeksi pada Serviks atau Rahim

Salah satu risiko cervical cerclage yang perlu diwaspadai Moms adalah terjadinya infeksi pada serviks atau rahim. Infeksi ini dapat berkembang akibat pemasangan jahitan yang menjadi jalur masuk bakteri, sehingga menyebabkan peradangan di area reproduksi.

Jika infeksi tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berisiko menimbulkan komplikasi serius seperti kelahiran prematur atau infeksi janin. Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk memantau adanya gejala seperti demam, nyeri hebat, atau keputihan yang berbau tidak biasa setelah menjalani prosedur cerclage.

Baca juga: Jenis Infeksi Yang Bisa Terjadi Pada Ibu Hamil Dan Risikonya

2. Pecah Ketuban Dini

Risiko lain yang dapat terjadi setelah cervical cerclage adalah pecah ketuban dini. Tekanan dari prosedur atau infeksi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan ketuban robek lebih awal sebelum waktu persalinan seharusnya tiba.

Pecah ketuban dini tentu membawa konsekuensi serius, karena dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan infeksi janin. Jika Moms mengalami keluarnya cairan bening dari vagina sebelum waktunya, segera hubungi tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

3. Kontraksi Rahim

Pemasangan cerclage pada serviks juga dapat merangsang timbulnya kontraksi rahim, yang berpotensi mempercepat persalinan. Hal ini biasanya terjadi karena rahim menganggap adanya “benda asing” dan merespons dengan kontraksi.

Untuk itu, Moms perlu memerhatikan jika muncul rasa kencang atau mulas di perut setelah prosedur dilakukan. Dokter biasanya akan memberikan obat untuk meredam kontraksi serta menyarankan Moms untuk lebih banyak beristirahat guna menjaga kestabilan kehamilan.

Baca juga: Kontraksi Dini Saat Kehamilan, Waspadai Tanda-Tandanya!

4. Perdarahan Ringan

Setelah cervical cerclage, Moms juga mungkin mengalami perdarahan ringan sebagai efek samping yang cukup umum. Biasanya berupa bercak darah atau perdarahan ringan yang terjadi dalam beberapa hari setelah prosedur.

Namun, bila perdarahan semakin banyak atau disertai kram hebat, segera konsultasikan ke dokter. Pemantauan rutin dan komunikasi terbuka dengan tenaga medis menjadi kunci untuk menjaga kehamilan tetap sehat setelah menjalani cervical cerclage.

Baca juga: Mengenal Perdarahan Antepartum Saat Hamil, Berisiko Untuk Janin!

Kapan Cerclage Dilepas?

Pada umumnya, benang cerclage akan dilepas saat kehamilan memasuki usia 36 hingga 37 minggu, tepat sebelum tanda-tanda persalinan alami muncul. Pelepasan ini bertujuan untuk menghindari risiko robekan serviks saat kontraksi aktif terjadi. Proses melepas benang biasanya cepat dan dilakukan tanpa perlu rawat inap, memungkinkan Moms untuk bersiap menjalani persalinan secara normal.

Namun, jika Moms mengalami kontraksi prematur, ketuban pecah dini, atau tanda-tanda infeksi sebelum mencapai usia kehamilan tersebut, dokter akan memutuskan untuk melepas cerclage lebih awal. Keputusan ini penting untuk menjaga keselamatan Moms dan janin, serta mencegah komplikasi lebih lanjut selama kehamilan dan persalinan. Pemantauan ketat oleh tim medis menjadi kunci untuk menentukan waktu pelepasan yang paling tepat.

Tips Perawatan Pasca Cerclage untuk Moms

  • Hindari aktivitas berat, berhubungan seksual, atau berdiri terlalu lama selama beberapa minggu pertama.
  • Perbanyak istirahat dan minum cukup cairan.
  • Segera hubungi dokter jika mengalami nyeri hebat, kontraksi, pendarahan berat, atau demam.

Peran Dads juga sangat penting dalam mendukung Moms, mulai dari membantu aktivitas harian, memastikan Moms mengikuti jadwal kontrol, hingga memberikan dukungan emosional selama masa pemulihan.

Baca juga: Sistem Reproduksi Wanita: Panduan Lengkap untuk Kesehatan Reproduksi 

Ikat leher rahim atau cervical cerclage bisa menjadi langkah penyelamat bagi kehamilan berisiko tinggi. Dengan pemantauan medis ketat dan dukungan penuh dari Dads, prosedur ini dapat membantu Moms melewati masa kehamilan dengan lebih aman hingga waktunya melahirkan. Diskusi terbuka dengan dokter dan saling mendukung dalam keluarga menjadi kunci keberhasilan cerclage.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi:

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Masa Kehamilan Cara Membaca Hasil USG Kehamilan dengan Mudah dan Akurat

Cara Membaca Hasil USG Kehamilan dengan Mudah dan Akurat

Hamzah
12 Nov 2025

Hasil USG kehamilan adalah salah satu cara utama bagi Moms dan tenaga medis untuk memantau perkembangan janin dalam kandungan. Namun, bagi sebagian besar orang, memahami hasil USG bisa membingungkan karena…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Payudara Tidak Membesar Saat Hamil, Benarkah Tidak Normal?

Payudara Tidak Membesar Saat Hamil, Benarkah Tidak Normal?

Admin
07 Nov 2025

Payudara yang membesar saat hamil merupakan hal yang normal. Umumnya, ibu hamil akan merasakan perubahan payudara pada trimester ketiga kehamilan, atau menjelang masa menyusui. Namun bagaimana jika payudara tidak membesar…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Tes Genetik Bantu Deteksi Risiko Penyakit di Awal Kehamilan, Penting!

Tes Genetik Bantu Deteksi Risiko Penyakit di Awal Kehamilan, Penting!

Admin
06 Nov 2025

Apakah Anda sedang merencanakan kehamilan dalam waktu dekat? Tahukah Anda memeriksakan kesehatan sebelum memulai promil sangat penting dan berpengaruh pada calon bayi nantinya.  Salah satunya dengan melakukan tes genetik saat…

Selengkapnya