Kehamilan adalah perjalanan yang penuh dengan perubahan dan tantangan. Namun, ada beberapa kondisi yang memerlukan perhatian khusus, salah satunya adalah perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum terjadi saat perdarahan vagina muncul pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Kondisi ini bisa menjadi tanda adanya komplikasi serius yang memengaruhi kesehatan Moms dan janin.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi dari saluran kelamin setelah usia kehamilan 20 minggu hingga sebelum persalinan. Perdarahan ini dapat berkisar dari ringan hingga berat, dan penyebabnya bisa bervariasi. Kondisi ini memengaruhi sekitar 2-5% kehamilan dan menjadi salah satu penyebab utama komplikasi kehamilan.
Baca juga: Perdarahan Postpartum: Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganannya
Penyebab Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum dapat dibagi menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya, perdarahan dari plasenta dan perdarahan non-plasenta.
1. Perdarahan Akibat Masalah Plasenta
- Plasenta Previa
Plasenta previa terjadi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (serviks). Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan tanpa rasa nyeri, terutama pada trimester ketiga. - Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah kondisi di mana plasenta terlepas sebagian atau seluruhnya dari dinding rahim sebelum bayi lahir. Gejalanya meliputi perdarahan disertai nyeri perut yang hebat dan kontraksi rahim. - Plasenta Akreta
Pada plasenta akreta, plasenta menempel terlalu dalam pada dinding rahim, sehingga sulit untuk terlepas selama persalinan. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat.
2. Perdarahan Non-Plasenta
- Robekan Serviks atau Vagina
Cedera pada serviks atau vagina akibat hubungan seksual atau pemeriksaan medis dapat menyebabkan perdarahan ringan. - Vasa Previa
Vasa previa adalah kondisi langka di mana pembuluh darah janin berada di dekat atau menutupi jalan lahir, sehingga mudah pecah saat persalinan. - Infeksi atau Polip Serviks
Infeksi atau adanya polip di serviks juga dapat memicu perdarahan, meskipun biasanya tidak disertai nyeri.
Gejala Perdarahan Antepartum
Gejala perdarahan antepartum dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya. Beberapa gejala yang perlu Moms perhatikan meliputi:
- Perdarahan vagina, yang bisa ringan atau berat.
- Nyeri atau kram perut (terutama pada solusio plasenta).
- Kontraksi rahim yang terasa tidak biasa.
- Denyut jantung janin yang abnormal.
- Pusing atau lemah (akibat kehilangan darah).
Jika Moms mengalami perdarahan selama kehamilan, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Baca juga: Mengapa Keguguran Bisa Terjadi? Ketahui Faktor Penyebab hingga Tindakan Terbaiknya
Risiko Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum dapat membawa risiko bagi Moms dan janin, terutama jika tidak ditangani dengan cepat. Berikut beberapa risikonya:
1. Risiko Untuk Ibu
- Kehilangan darah yang berlebihan.
- Syok akibat perdarahan berat.
- Risiko komplikasi persalinan seperti operasi caesar darurat.
2. Risiko Untuk Janin
- Prematuritas (kelahiran sebelum waktunya).
- Berat badan lahir rendah.
- Risiko kematian janin jika perdarahan tidak terkontrol.
Cara Mencegah Perdarahan Antepartum
Meskipun tidak semua kasus perdarahan antepartum dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya:
- Rutin Periksa Kehamilan: Kunjungan rutin ke dokter kandungan dapat membantu mendeteksi dini masalah pada plasenta atau kondisi lainnya.
- Hindari Aktivitas Berat: Batasi aktivitas fisik yang terlalu berat atau berisiko menyebabkan cedera pada perut.
- Hindari Hubungan Seksual Jika Disarankan Dokter: Jika dokter menyarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual (misalnya pada kasus plasenta previa), ikuti petunjuk ini untuk mencegah komplikasi.
- Konsumsi Nutrisi yang Cukup: Pastikan Moms mengonsumsi makanan bergizi untuk mendukung kesehatan rahim dan perkembangan janin.
Baca juga: Asupan Gizi Ibu Hamil: Panduan Nutrisi Lengkap untuk Kesehatan Ibu dan Janin
Kapan Harus ke Dokter?
Segera konsultasikan dengan dokter atau pergi ke rumah sakit jika Moms mengalami gejala berikut:
- Perdarahan berat yang tidak kunjung berhenti.
- Nyeri perut yang hebat atau kontraksi terus-menerus.
- Gerakan janin berkurang atau tidak terasa.
- Demam atau gejala infeksi lainnya.
Perdarahan antepartum adalah kondisi serius yang membutuhkan perhatian medis segera. Dengan mengenali gejalanya lebih awal, Moms dapat mendapatkan perawatan yang tepat untuk melindungi kesehatan diri sendiri dan janin. Jangan ragu untuk rutin berkonsultasi dengan dokter kandungan selama kehamilan dan segera laporkan jika ada tanda-tanda perdarahan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- RCOG. “Antepartum Haemorrhage”. Diakses pada 14 Januari 2025.
- PubMed Central. “Antepartum Haemorrhage: A Clinical Review”. Diakses pada 14 Januari 2025.
- ScienceDirect. “Antepartum Haemorrhage”. Diakses pada 14 Januari 2025.