Semua Artikel

Inkontinensia Urine: Gejala, Penyebab & Solusinya

Hamzah
07 Jun 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Inkontinensia Urine: Gejala, Penyebab & Solusinya

Inkontinensia urine bisa mengganggu aktivitas harian, menurunkan rasa percaya diri, dan membuat Moms atau Dads merasa cemas dalam situasi sosial. Kondisi ini bukan sekadar “sering pipis”, tapi benar-benar terjadi saat seseorang tidak bisa mengontrol keluarnya urine, entah sedikit maupun banyak. Supaya tidak berlarut dan mengganggu kualitas hidup, penting untuk mengenali gejalanya, memahami penyebabnya, dan mengetahui […]

Inkontinensia urine bisa mengganggu aktivitas harian, menurunkan rasa percaya diri, dan membuat Moms atau Dads merasa cemas dalam situasi sosial. Kondisi ini bukan sekadar “sering pipis”, tapi benar-benar terjadi saat seseorang tidak bisa mengontrol keluarnya urine, entah sedikit maupun banyak. Supaya tidak berlarut dan mengganggu kualitas hidup, penting untuk mengenali gejalanya, memahami penyebabnya, dan mengetahui langkah penanganan yang tersedia.

Apa Itu Inkontinensia Urine?

Inkontinensia urine adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu menahan keluarnya urine dari kandung kemih. Dalam kasus ringan, hanya tetesan kecil yang keluar. Namun pada kasus berat, bisa menyebabkan basah total dan membutuhkan perlindungan ekstra. Kondisi ini umum terjadi pada wanita setelah melahirkan, pria dengan gangguan prostat, dan juga pada orang lanjut usia. Tapi, inkontinensia bukan bagian “normal” dari penuaan dan bisa ditangani dengan terapi medis, gaya hidup, atau kombinasi keduanya.

Gejala Inkontinensia Urine

Gejalanya bervariasi tergantung jenis inkontinensia yang dialami. Berikut beberapa gejala umum:

  • Sering buang air kecil tanpa kontrol

  • Keluarnya urine saat batuk, bersin, tertawa, atau mengangkat beban

  • Dorongan tiba-tiba untuk buang air kecil, sulit ditahan

  • Sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil

  • Urine menetes atau bocor setelah buang air

  • Tidak merasa bahwa kandung kemih sudah penuh tapi urine keluar tanpa sadar

Baca juga: Kanker Kandung Kemih: Penyebab, Gejala dan Pengobatan

Jenis-Jenis Inkontinensia Urine

Inkontinensia Urine

Sumber gambar: iStock

1. Stress Incontinence

Stress incontinence terjadi ketika urine keluar secara tidak sengaja akibat adanya tekanan pada perut, seperti saat tertawa, batuk, bersin, atau berolahraga. Kondisi ini paling umum dialami oleh Moms setelah melahirkan atau saat memasuki masa menopause, di mana otot dasar panggul mulai melemah.

2. Urge Incontinence

Urge incontinence ditandai dengan dorongan kuat dan mendadak untuk buang air kecil yang sulit dikendalikan. Seseorang sering kali tidak sempat mencapai toilet sebelum urine keluar, bahkan meski kandung kemih belum terlalu penuh.

Baca juga: Mengenal Prostatitis, Penyakit Prostat yang Rawan Pada Pria

3. Overflow Incontinence

Overflow incontinence terjadi ketika kandung kemih tidak bisa mengosongkan isinya secara sempurna, sehingga urine menumpuk dan bocor sedikit demi sedikit. Kondisi ini umum terjadi pada Dads, terutama yang memiliki pembesaran prostat atau gangguan saraf yang mengontrol fungsi kandung kemih.

4. Functional Incontinence

Functional incontinence bukan disebabkan oleh masalah kandung kemih itu sendiri, melainkan karena adanya keterbatasan fisik atau mental yang membuat seseorang tidak bisa mencapai toilet tepat waktu. Kondisi ini umum dialami oleh lansia dengan demensia, stroke, atau gangguan mobilitas lainnya.

Baca juga: Sering Buang Air Kecil Tanda Hamil? Intip Fakta Menariknya!

5. Mixed Incontinence

Mixed incontinence adalah kombinasi dari dua jenis inkontinensia atau lebih, yang paling sering adalah stress incontinence dan urge incontinence. Artinya, seseorang mengalami kebocoran urine saat batuk atau tertawa, sekaligus juga tidak dapat menahan dorongan buang air yang datang mendadak.

Penyebab Inkontinensia Urine

Inkontinensia Urine

Sumber gambar: iStock

Penyebab Sementara:

  • Infeksi saluran kemih (ISK)

  • Konstipasi (tekanan usus ke kandung kemih)

  • Konsumsi kafein, alkohol, atau obat diuretik

  • Obat penenang atau antidepresan

Penyebab Jangka Panjang:

  • Kehamilan dan persalinan

  • Menopause (penurunan estrogen melemahkan jaringan otot)

  • Pembesaran prostat atau operasi prostat (Dads)

  • Gangguan saraf seperti stroke, Parkinson, atau multiple sclerosis

  • Kelebihan berat badan (meningkatkan tekanan pada kandung kemih)

  • Penuaan otot dasar panggul

Wanita dua kali lebih mungkin mengalami inkontinensia dibanding pria, terutama setelah kehamilan dan menopause.

Pengobatan dan Penanganan Inkontinensia Urine

Inkontinensia Urine

Sumber gambar: iStock

Penanganan bergantung pada jenis dan tingkat keparahan inkontinensia. Kombinasi pendekatan medis dan perubahan gaya hidup sering kali memberikan hasil terbaik.

1. Latihan Otot Dasar Panggul (Senam Kegel)

Latihan ini membantu memperkuat otot yang mengontrol buang air kecil. Sangat efektif untuk stress incontinence, terutama bagi Moms pasca melahirkan.

Baca juga: 8 Gerakan Senam Hamil Guna Memudahkan Persalinan

2. Pelatihan Kandung Kemih

Melatih diri untuk menunda buang air kecil dalam interval waktu tertentu. Biasanya dibantu dengan jurnal harian dan supervisi tenaga kesehatan.

3. Perubahan Gaya Hidup

  • Kurangi konsumsi kafein, alkohol, dan makanan pemicu (pedas, asam)

  • Turunkan berat badan jika berlebih

  • Hindari merokok

  • Konsumsi serat cukup untuk mencegah sembelit

4. Obat-obatan

Dokter mungkin meresepkan obat antikolinergik untuk urge incontinence, atau alpha-blockers untuk Dads dengan pembesaran prostat.

5. Terapi Estrogen Lokal

Untuk Moms pascamenopause, estrogen dalam bentuk krim atau cincin vagina bisa membantu memperkuat jaringan uretra dan kandung kemih.

6. Operasi

Jika metode lain tidak efektif, prosedur bedah seperti sling uretra atau implan artifisial bisa menjadi pilihan, terutama pada kasus berat.

Inkontinensia urine bukan masalah yang harus ditanggung diam-diam. Kondisi ini bisa diatasi dan dikendalikan dengan strategi yang tepat, baik melalui terapi fisik, obat, maupun perubahan gaya hidup. Mengenali gejalanya sejak dini dan mencari bantuan medis adalah langkah penting untuk memperbaiki kualitas hidup, menjaga kepercayaan diri, dan kembali aktif seperti biasa.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi:

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Kesehatan 5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

Admin
14 Nov 2025

Keputihan adalah cairan yang diproduksi secara alami oleh kelenjar di vagina dan serviks. Fungsi utamanya adalah menjaga kesehatan dengan membersihkan sel-sel mati dan bakteri dari area vagina. Namun, perubahan pada…

Selengkapnya
Kesehatan Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Hamzah
13 Nov 2025

Konsumsi gula berlebih dapat berdampak negatif pada kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Gula dalam jumlah tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormon, meningkatkan risiko resistensi insulin, serta berkontribusi terhadap peradangan dalam…

Selengkapnya
Kesehatan 5 Dampak Kekurangan Hormon Estrogen pada Kesehatan Wanita

5 Dampak Kekurangan Hormon Estrogen pada Kesehatan Wanita

Admin
08 Nov 2025

Kekurangan hormon estrogen bisa menimbulkan berbagai keluhan fisik dan emosional yang sering kali tidak disadari sejak awal. Baik Moms maupun Dads, penting untuk memahami bagaimana penurunan hormon ini bisa memengaruhi…

Selengkapnya