Morula IVF

Kriptorkismus: Penyebab, Risiko, dan Penanganannya

February 3, 2025

Kriptorkismus: Penyebab, Risiko, dan Penanganannya

Kriptorkismus, atau testis tidak turun, merupakan kondisi di mana salah satu atau kedua testis tidak berpindah ke dalam skrotum sebagaimana mestinya sebelum bayi laki-laki lahir. Kondisi ini cukup umum terjadi pada bayi yang lahir prematur, tetapi juga bisa dialami oleh bayi cukup bulan.

Normalnya, testis terbentuk di dalam rongga perut janin dan secara bertahap turun ke dalam skrotum menjelang kelahiran. Jika salah satu atau kedua testis tetap berada di dalam perut atau selangkangan setelah bayi lahir, maka kondisi ini disebut sebagai testis tidak turun (undescended testicle).

Kriptorkismus dapat terjadi pada satu testis (unilateral) atau kedua testis (bilateral), dengan kasus unilateral lebih sering ditemukan.

Baca juga: Inilah 2 Fungsi Testis Pada Pria Secara Lengkap

Penyebab Kriptorkismus

Beberapa faktor diduga berkontribusi terhadap kondisi ini, baik dari segi hormonal, genetik, maupun lingkungan. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat berperan dalam terjadinya kriptorkismus:

1. Ketidakseimbangan Hormon

Proses turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum sangat bergantung pada keseimbangan hormon, terutama hormon testosteron dan hormon pelepas gonadotropin (GnRH). Jika terjadi gangguan dalam produksi atau sensitivitas tubuh terhadap hormon-hormon ini, testis mungkin tidak dapat turun dengan sempurna.

2. Faktor Genetik

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kriptorkismus bisa berhubungan dengan faktor keturunan. Mutasi atau kelainan pada gen yang mengontrol perkembangan dan pergerakan testis dapat memengaruhi proses turunnya testis ke dalam skrotum. Selain itu, anak yang memiliki riwayat keluarga dengan kriptorkismus berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama.

3. Kelahiran Prematur

Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih besar mengalami kriptorkismus. Hal ini karena testis biasanya turun ke dalam skrotum selama trimester ketiga kehamilan, sehingga bayi yang lahir sebelum waktunya mungkin belum mengalami proses ini secara sempurna.

Baca juga: Ketahui Ciri Bayi Prematur yang Sehat dan Cara Perawatannya

4. Masalah Fisik atau Anatomi

Gangguan struktural pada saluran inguinalis atau jaringan di sekitar testis juga dapat menghambat pergerakan testis menuju skrotum. Hal ini bisa berupa saluran inguinalis yang terlalu sempit atau adanya jaringan fibrosa yang menghalangi jalur turunnya testis.

Faktor Risiko Kriptorkismus

Beberapa kondisi dapat meningkatkan kemungkinan bayi mengalami kriptorkismus, antara lain:

  • Lahir prematur (sebelum usia kehamilan 37 minggu).
  • Riwayat keluarga dengan kasus kriptorkismus atau kelainan reproduksi lainnya.
  • Berat badan lahir rendah.
  • Paparan zat berbahaya seperti pestisida atau bahan kimia tertentu selama kehamilan.
  • Kondisi kesehatan ibu selama kehamilan, seperti diabetes gestasional atau penggunaan alkohol dan rokok.

Tanda-Tanda Kriptorkismus

Kriptorkismus
Sumber gambar: Freepik

1. Skrotum Terlihat Kosong atau Asimetris

Saat disentuh, skrotum terasa kosong atau tampak lebih kecil dari ukuran normal. Pada bayi laki-laki yang sehat, testis seharusnya sudah berada di dalam skrotum sejak lahir atau dalam beberapa bulan pertama setelah lahir.

2. Testis Teraba di Area Selangkangan

Pada beberapa kasus, testis yang tidak turun mungkin masih bisa dirasakan di area selangkangan (kanalis inguinalis). Ini disebut sebagai kriptorkismus palpatif, yang berarti testis dapat diraba tetapi belum berada di posisi yang seharusnya.

3. Testis Tidak Teraba Sama Sekali

Dalam beberapa kondisi, testis mungkin tidak dapat diraba sama sekali. Ini bisa terjadi jika testis tertahan di dalam rongga perut atau mengalami kelainan perkembangan. Jika testis sama sekali tidak ditemukan, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti USG atau MRI, untuk memastikan keberadaannya.

Apakah Kriptorkismus Bisa Hilang Sendiri?

Pada sebagian besar kasus, testis yang tidak turun akan turun dengan sendirinya dalam beberapa bulan pertama kehidupan bayi. Proses ini biasanya terjadi dalam enam bulan pertama setelah lahir, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Namun, jika setelah usia 6 bulan testis belum turun, kondisi ini biasanya tidak akan membaik dengan sendirinya dan membutuhkan tindakan medis. Dokter mungkin akan merekomendasikan pengobatan, seperti terapi hormon atau tindakan bedah (orkidopeksi), untuk menempatkan testis ke dalam skrotum dan mencegah komplikasi lebih lanjut, seperti gangguan kesuburan atau peningkatan risiko kanker testis di kemudian hari.

Risiko dan Komplikasi Jika Kriptorkismus Tidak Ditangani

Jika kriptorkismus tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kondisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang. Berikut adalah beberapa risiko dan komplikasi yang bisa terjadi:

1. Infertilitas

Testis yang tetap berada di dalam rongga perut atau selangkangan memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan testis yang berada di dalam skrotum. Suhu yang lebih tinggi ini dapat mengganggu produksi sperma, sehingga meningkatkan risiko infertilitas atau ketidakmampuan untuk memiliki keturunan di masa depan. Risiko ini terutama terjadi jika kedua testis tidak turun (kriptorkismus bilateral).

Baca juga: Infertilitas: Gangguan Kesuburan yang Perlu Anda Pahami!

2. Peningkatan Risiko Kanker Testis

Pria dengan riwayat kriptorkismus memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker testis dibandingkan dengan mereka yang memiliki testis normal. Testis yang tidak turun dapat mengalami gangguan perkembangan sel, yang dalam jangka panjang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal atau kanker testis. Risiko ini tetap ada bahkan setelah testis berhasil diposisikan kembali ke dalam skrotum, tetapi deteksi dini dapat membantu mengurangi kemungkinan komplikasi yang lebih serius.

3. Torsi Testis

Kriptorkismus juga meningkatkan risiko torsi testis, yaitu kondisi darurat medis di mana testis terpelintir di dalam skrotum atau saluran inguinal, menghambat aliran darah ke testis. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada testis dan bahkan kehilangan fungsi testis secara total. Torsi testis ditandai dengan nyeri hebat mendadak, bengkak, dan mual, sehingga membutuhkan tindakan medis segera.

4. Hernia Inguinalis

Bayi atau anak dengan kriptorkismus sering kali juga mengalami hernia inguinalis, yaitu kondisi di mana sebagian usus masuk ke dalam saluran inguinal yang seharusnya menutup setelah testis turun. Hernia ini bisa menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan dalam kasus yang parah dapat menyebabkan usus terjepit, sehingga memerlukan tindakan bedah untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.

Cara Diagnosis Kriptorkismus

Diagnosis kriptorkismus biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik oleh dokter. Jika testis tidak teraba dalam skrotum, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:

  • Ultrasonografi (USG) untuk mencari lokasi testis.
  • MRI atau CT Scan pada kasus yang lebih kompleks.
  • Pemeriksaan hormonal jika ada dugaan gangguan perkembangan seksual.

Penanganan Kriptorkismus

1. Operasi Orkidopeksi

Orkidopeksi adalah prosedur bedah yang paling umum dilakukan dan dianggap sebagai metode paling efektif dalam menangani kriptorkismus. Operasi ini bertujuan untuk memindahkan testis yang belum turun ke dalam skrotum dan menahannya agar tetap berada di posisi yang seharusnya.

Proses operasi ini dapat dilakukan melalui laparoskopi, yaitu metode bedah dengan sayatan kecil menggunakan bantuan kamera, atau melalui bedah terbuka, tergantung pada lokasi testis yang tidak turun. Selama prosedur, dokter akan memindahkan testis ke dalam skrotum dan menahannya dengan jahitan agar tetap berada di tempatnya.

Waktu yang direkomendasikan untuk melakukan operasi ini adalah sebelum anak berusia satu tahun. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko gangguan reproduksi dan memastikan perkembangan testis dapat berlangsung dengan optimal.

Orkidopeksi memiliki tingkat keberhasilan yang sangat tinggi dan telah terbukti dapat mengurangi risiko infertilitas serta menurunkan kemungkinan terjadinya kanker testis di masa depan. Oleh karena itu, prosedur ini sering menjadi pilihan utama dalam penanganan kriptorkismus, terutama jika testis tidak turun dengan sendirinya dalam beberapa bulan pertama kehidupan bayi.

2. Terapi Hormon

Selain operasi, terapi hormon juga dapat menjadi alternatif dalam beberapa kasus tertentu. Terapi ini menggunakan hormon human chorionic gonadotropin (hCG) atau gonadotropin-releasing hormone (GnRH) untuk merangsang testis agar turun secara alami ke dalam skrotum. Keunggulan utama dari terapi hormon adalah tidak memerlukan tindakan bedah, sehingga lebih minim risiko dibandingkan dengan operasi.

Namun, efektivitas terapi ini tidak setinggi operasi orkidopeksi. Tidak semua bayi merespons terapi ini dengan baik, terutama jika testis berada di dalam rongga perut atau terjebak dalam struktur tertentu yang menghambat pergerakannya.

Selain itu, terapi hormon juga memiliki beberapa efek samping, seperti perubahan hormon sementara yang dapat menyebabkan pembesaran sementara pada alat kelamin atau peningkatan pertumbuhan rambut.

Oleh karena itu, dokter biasanya mempertimbangkan terapi hormon hanya pada kasus-kasus tertentu dan akan mengevaluasi respons bayi terhadap pengobatan ini sebelum merekomendasikan langkah selanjutnya. Jika terapi hormon tidak berhasil, maka tindakan operasi tetap menjadi solusi utama untuk memastikan testis dapat berada di posisi yang seharusnya.

3. Pemantauan Berkala

Pada beberapa kasus, dokter mungkin menyarankan pemantauan berkala sebelum mengambil tindakan lebih lanjut, terutama jika masih ada kemungkinan testis akan turun secara alami. Pemantauan ini biasanya dilakukan hingga bayi berusia enam hingga dua belas bulan, karena sebagian besar kasus kriptorkismus yang tidak parah dapat membaik dengan sendirinya dalam rentang usia tersebut.

Namun, jika setelah usia enam bulan hingga satu tahun testis masih belum turun ke dalam skrotum, tindakan medis seperti operasi orkidopeksi sangat dianjurkan untuk mencegah komplikasi jangka panjang. Pemantauan berkala sangat penting untuk memastikan bahwa kondisi bayi tetap dalam pengawasan dokter, sehingga jika diperlukan tindakan lebih lanjut, dapat dilakukan pada waktu yang tepat tanpa menimbulkan risiko kesehatan yang lebih besar.

Apakah Kriptorkismus Dapat Dicegah?

Sayangnya, tidak ada cara pasti untuk mencegah kriptorkismus. Namun, beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi risiko bayi mengalami kondisi ini meliputi:

  • Menghindari paparan zat kimia berbahaya selama kehamilan.
  • Menjaga pola makan sehat dan gaya hidup aktif.
  • Tidak merokok atau mengonsumsi alkohol selama kehamilan.
  • Memeriksakan kesehatan secara rutin selama kehamilan untuk mendeteksi potensi gangguan perkembangan janin.

Kriptorkismus atau testis tidak turun adalah kondisi yang cukup umum terjadi pada bayi laki-laki, terutama yang lahir prematur. Meskipun dalam beberapa kasus testis dapat turun sendiri dalam enam bulan pertama, kondisi ini tetap perlu mendapat perhatian serius.

Jika testis tidak turun setelah enam bulan, sebaiknya Moms & Dads segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, seperti operasi orkidopeksi. Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu, komplikasi jangka panjang seperti infertilitas dan risiko kanker testis dapat diminimalkan.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung