Semua Artikel

Ruptur Perineum: Penyebab, Tingkatan, dan Cara Mengatasinya

Hamzah
02 Apr 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Ruptur Perineum: Penyebab, Tingkatan, dan Cara Mengatasinya

Ruptur perineum atau robekan perineum adalah kondisi yang umum terjadi saat persalinan, terutama bagi Moms yang melahirkan secara normal untuk pertama kalinya. Robekan ini terjadi di area antara vagina dan anus akibat tekanan yang besar saat bayi keluar. Meskipun umum terjadi, ruptur perineum bisa menimbulkan ketidaknyamanan dan membutuhkan perawatan yang tepat agar proses pemulihan berjalan […]

Ruptur perineum atau robekan perineum adalah kondisi yang umum terjadi saat persalinan, terutama bagi Moms yang melahirkan secara normal untuk pertama kalinya. Robekan ini terjadi di area antara vagina dan anus akibat tekanan yang besar saat bayi keluar. Meskipun umum terjadi, ruptur perineum bisa menimbulkan ketidaknyamanan dan membutuhkan perawatan yang tepat agar proses pemulihan berjalan optimal.

Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi di area perineum, yakni jaringan yang terletak di antara vagina dan anus. Robekan ini terjadi karena tekanan yang kuat saat persalinan, terutama ketika kepala bayi keluar. Tingkat keparahan robekan ini dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut.

Sekitar 90% wanita yang melahirkan secara pervaginam mengalami beberapa bentuk robekan perineum, meskipun tidak semuanya memerlukan jahitan atau perawatan khusus.

Penyebab Ruptur Perineum

persalinan

Sumber gambar: Freepik

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum antara lain:

1. Ukuran Bayi yang Besar

Salah satu penyebab utama ruptur perineum adalah berat badan bayi yang lebih besar dari rata-rata atau makrosomia. Bayi dengan berat lebih dari 4 kg dapat memberikan tekanan berlebih pada perineum saat melewati jalan lahir, sehingga jaringan di sekitarnya sulit meregang secara alami. Dalam kondisi ini, risiko terjadinya robekan perineum derajat tinggi menjadi lebih besar, terutama jika persalinan dilakukan secara pervaginam tanpa intervensi medis yang tepat.

Baca juga: Penyebab Makrosomia dan Upaya Pencegahannya

2. Persalinan Pertama

Bagi Moms yang menjalani persalinan pertama, jaringan perineum mungkin belum cukup elastis karena belum pernah mengalami peregangan sebelumnya. Hal ini membuat area perineum lebih rentan mengalami robekan, terutama jika persalinan berlangsung cepat atau jika proses mengejan dilakukan dengan tekanan yang terlalu kuat. Oleh karena itu, dokter atau bidan sering kali menyarankan latihan peregangan perineum sejak trimester akhir untuk membantu meningkatkan elastisitas jaringan tersebut.

3. Proses Persalinan yang Terlalu Cepat

Kecepatan persalinan juga berpengaruh terhadap risiko ruptur perineum. Jika persalinan berlangsung terlalu cepat, tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk beradaptasi dengan peregangan yang terjadi saat bayi lahir, sehingga robekan lebih mudah terjadi. Sebaliknya, persalinan yang berlangsung terlalu lama dapat menyebabkan tekanan yang terus-menerus pada perineum, sehingga jaringan di sekitarnya menjadi lebih rapuh dan mudah mengalami ruptur. Dalam kasus tertentu, dokter mungkin akan menyarankan teknik persalinan tertentu atau memberikan intervensi medis untuk mengurangi risiko robekan yang lebih parah.

4. Penggunaan Alat Bantu Persalinan

Persalinan dengan bantuan alat seperti forceps atau vakum sering kali dilakukan untuk membantu proses kelahiran bayi, terutama jika terjadi kesulitan saat tahap akhir persalinan. Namun, penggunaan alat bantu ini juga meningkatkan risiko robekan perineum, terutama jika bayi ditarik dengan tekanan yang terlalu kuat. Forceps dan vakum dapat menyebabkan jaringan perineum mengalami tarikan atau tekanan yang melebihi batas elastisitasnya, sehingga risiko ruptur derajat tinggi menjadi lebih besar.

Baca juga: Persalinan Macet: Penyebab, Risiko, dan Cara Mencegahnya

5. Episiotomi

Episiotomi adalah prosedur sayatan yang dilakukan pada perineum untuk memperlebar jalan lahir dan mempercepat proses persalinan. Namun, dalam beberapa kasus, tindakan ini justru dapat meningkatkan risiko ruptur perineum yang lebih luas jika luka tidak sembuh dengan baik atau jika robekan berlanjut hingga mencapai jaringan yang lebih dalam. Oleh karena itu, episiotomi biasanya hanya dilakukan jika benar-benar diperlukan dan bukan sebagai prosedur standar dalam persalinan normal.

Tingkat Keparahan Ruptur Perineum

Ruptur perineum dikategorikan menjadi empat tingkat berdasarkan tingkat keparahannya:

Ruptur Perineum Derajat 1

  • Hanya mengenai kulit perineum tanpa melibatkan otot.
  • Biasanya tidak memerlukan jahitan dan sembuh dalam beberapa hari.

Ruptur Perineum Derajat 2

  • Robekan mengenai otot perineum, tetapi tidak sampai ke anus.
  • Biasanya memerlukan jahitan dan butuh waktu pemulihan lebih lama.

Ruptur Perineum Derajat 3

  • Robekan meluas hingga ke otot sekitar anus (sfingter ani).
  • Memerlukan tindakan medis lebih lanjut dan masa pemulihan lebih panjang.

Ruptur Perineum Derajat 4

  • Robekan paling parah yang meluas hingga ke rektum.
  • Memerlukan operasi dan perawatan intensif untuk mencegah komplikasi seperti inkontinensia.

Cara Mengatasi Ruptur Perineum

Ruptur Perineum:

Sumber gambar: Freepik

1. Perawatan Setelah Persalinan

Perawatan awal setelah persalinan tergantung pada tingkat keparahan robekan perineum. Jika robekan termasuk ringan, seperti derajat 1 dan 2, biasanya hanya memerlukan jahitan minimal yang akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu dengan perawatan mandiri di rumah. Namun, untuk ruptur yang lebih parah, seperti derajat 3 dan 4 yang melibatkan otot-otot di sekitar anus, tindakan medis lebih lanjut diperlukan untuk memperbaiki jaringan yang rusak.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan melakukan operasi untuk memastikan luka sembuh dengan baik dan mencegah komplikasi seperti infeksi atau inkontinensia. Oleh karena itu, pemeriksaan pasca persalinan sangat penting untuk memastikan bahwa proses penyembuhan berjalan optimal.

2. Perawatan di Rumah untuk Mempercepat Pemulihan

  • Menjaga Kebersihan Area Perineum: Bersihkan area perineum dengan air hangat setelah buang air kecil atau besar.

  • Menggunakan Kompres Dingin: Kompres dingin dapat membantu meredakan nyeri dan bengkak pada area perineum.

  • Menghindari Tekanan Berlebih: Hindari duduk terlalu lama dan gunakan bantal khusus jika perlu.

  • Mengonsumsi Makanan Kaya Serat: Serat membantu melancarkan buang air besar dan mencegah konstipasi yang dapat memperparah nyeri di area perineum.

Baca juga: Persalinan ERACS: Metode Baru yang Mengutamakan Pemulihan Cepat dan Minim Nyeri 

Pencegahan Ruptur Perineum

Meskipun tidak selalu dapat dicegah, ada beberapa cara yang dapat Moms lakukan untuk mengurangi risiko ruptur perineum:

  • Melakukan Pijatan Perineum: Mulai dari usia kehamilan 34 minggu, lakukan pijatan perineum untuk meningkatkan elastisitas jaringan.

  • Menggunakan Teknik Melahirkan yang Tepat: Bernapas dengan baik dan mengontrol dorongan saat mengejan dapat membantu mencegah robekan perineum.

  • Melakukan Senam Kegel: Latihan ini membantu memperkuat otot panggul dan meningkatkan elastisitas perineum.

  • Menghindari Episiotomi yang Tidak Perlu: Diskusikan dengan dokter apakah episiotomi benar-benar diperlukan atau bisa dihindari.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Masa Kehamilan Amankah Menggendong Anak Saat Hamil?

Amankah Menggendong Anak Saat Hamil?

Hamzah
13 Aug 2025

Bagi Moms yang sedang hamil namun masih memiliki anak kecil, menggendong mereka sering kali menjadi rutinitas harian. Meski penuh kasih sayang, pertanyaan yang sering muncul adalah amankah aktivitas ini dilakukan…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Penyebab Sakit Perut Saat Hamil dan Cara Mengatasinya

Penyebab Sakit Perut Saat Hamil dan Cara Mengatasinya

Hamzah
11 Aug 2025

Banyak Moms yang mengalami sakit perut selama kehamilan, mulai dari rasa tidak nyaman ringan hingga nyeri yang cukup mengganggu. Sebagian besar bersifat normal karena tubuh sedang beradaptasi dengan perkembangan janin,…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Penyebab Gusi Berdarah Saat Hamil dan Solusi Amannya

Penyebab Gusi Berdarah Saat Hamil dan Solusi Amannya

Hamzah
11 Aug 2025

Banyak Moms yang terkejut ketika menyadari gusinya lebih sensitif dan mudah berdarah selama kehamilan. Kondisi ini memang umum terjadi, tetapi tetap tidak boleh diabaikan. Perubahan hormon, pola makan, dan kebiasaan…

Selengkapnya