Banyak dari Moms mungkin sudah sering mendengar tentang istilah “selaput dara”, tapi belum tentu tahu secara medis apa itu sebenarnya. Selaput dara sering kali dikaitkan dengan konsep keperawanan dan nilai-nilai budaya tertentu, padahal secara ilmiah, fungsi dan bentuknya jauh lebih kompleks dan bervariasi. Secara sederhana, selaput dara (hymen) adalah jaringan tipis yang terletak di sekitar […]
Banyak dari Moms mungkin sudah sering mendengar tentang istilah “selaput dara”, tapi belum tentu tahu secara medis apa itu sebenarnya. Selaput dara sering kali dikaitkan dengan konsep keperawanan dan nilai-nilai budaya tertentu, padahal secara ilmiah, fungsi dan bentuknya jauh lebih kompleks dan bervariasi.
Secara sederhana, selaput dara (hymen) adalah jaringan tipis yang terletak di sekitar pembukaan vagina. Tidak semua perempuan memiliki bentuk atau kondisi selaput dara yang sama, dan kehadirannya bukanlah indikator pasti apakah seseorang sudah pernah melakukan hubungan seksual atau belum.
Apa Itu Selaput Dara?
Selaput dara adalah lapisan jaringan tipis, elastis, dan melingkar yang terletak sekitar 1–2 cm di dalam lubang vagina. Jaringan ini berkembang secara alami sejak masa janin di dalam kandungan dan memiliki lubang di tengahnya untuk memungkinkan darah menstruasi keluar dari tubuh.
Berbeda dari anggapan umum, selaput dara bukanlah ‘penutup’ vagina yang harus “pecah” agar hubungan seksual bisa terjadi. Sebagian besar perempuan dilahirkan dengan lubang di selaput dara, dan bahkan beberapa tidak memiliki selaput dara sama sekali.
Baca juga: Sistem Reproduksi Wanita: Panduan Lengkap untuk Kesehatan Reproduksi
Fungsi Selaput Dara
Secara medis, selaput dara tidak memiliki fungsi biologis yang spesifik. Ia hanyalah bagian dari struktur anatomi tubuh wanita. Namun, beberapa ahli menduga bahwa selaput dara mungkin berfungsi untuk melindungi vagina dari infeksi atau benda asing saat bayi perempuan masih berada di dalam rahim atau di masa bayi.
Setelah masa bayi, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa selaput dara memiliki fungsi penting bagi kesehatan reproduksi atau seksual. Inilah sebabnya para ahli kesehatan tidak mengaitkan keberadaan selaput dara dengan kondisi keperawanan atau status seksual seseorang.
Jenis dan Bentuk Selaput Dara

Sumber gambar: iStock
Selaput dara memiliki berbagai variasi bentuk, dan semuanya dianggap normal secara medis. Beberapa jenis yang umum ditemukan antara lain:
1. Annular Hymen (Selaput Melingkar)
Annular hymen atau selaput dara melingkar merupakan bentuk yang paling umum ditemukan pada wanita. Selaput ini memiliki lubang di tengah yang memungkinkan keluarnya darah menstruasi, dan umumnya tidak menimbulkan masalah kesehatan. Karena bentuknya yang terbuka, aktivitas seperti olahraga atau penggunaan tampon biasanya tidak akan menyebabkan ketidaknyamanan.
Secara medis, bentuk annular dianggap sebagai variasi normal dari selaput dara. Meski bentuk ini sering diasosiasikan dengan “utuh” atau belum robek, faktanya selaput ini tetap bisa meregang tanpa robek saat aktivitas fisik tertentu, sehingga tidak bisa dijadikan tolak ukur keperawanan secara akurat.
2. Septate Hymen
Pada tipe septate hymen, lubang di tengah selaput dara terbelah menjadi dua oleh jaringan tambahan. Hal ini bisa menyebabkan kesulitan saat memasukkan tampon, menjalani pemeriksaan medis dalam vagina, atau bahkan saat berhubungan seksual pertama kali. Dalam beberapa kasus, kondisi ini memerlukan tindakan medis sederhana berupa sayatan kecil untuk memperlebar atau menghilangkan jaringan pemisah tersebut.
Meskipun bentuk ini bukan kondisi berbahaya, namun bisa menimbulkan ketidaknyamanan jika tidak ditangani. Konsultasi dengan dokter kandungan sangat dianjurkan jika Moms mengalami keluhan seperti nyeri saat menstruasi atau kesulitan saat penggunaan produk kewanitaan tertentu.
3. Cribriform Hymen
Cribriform hymen memiliki banyak lubang kecil, menyerupai bentuk saringan. Karena aliran darah menstruasi keluar dalam jumlah kecil dan tidak lancar, kondisi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman hingga gangguan kebersihan area kewanitaan. Tipe ini biasanya diketahui saat remaja mengalami menstruasi yang tidak normal.
Dokter biasanya akan menyarankan prosedur medis untuk memperlebar lubang pada selaput tersebut agar menstruasi berjalan normal dan tidak menimbulkan infeksi. Meskipun langka, penting untuk segera mencari penanganan jika muncul tanda-tanda menstruasi yang terhambat.
Baca juga: Mengenal Labia Mayora dan Masalah Kesehatan yang Berkaitan
4. Imperforate Hymen
Imperforate hymen adalah kondisi saat selaput dara menutupi seluruh bukaan vagina tanpa ada lubang sama sekali. Akibatnya, darah menstruasi tidak bisa keluar dan tertahan di dalam, yang dapat menimbulkan nyeri perut hebat serta pembengkakan. Kondisi ini biasanya terdeteksi pada masa pubertas ketika seorang remaja belum mengalami menstruasi meskipun usianya sudah cukup.
Penanganan imperforate hymen membutuhkan tindakan medis berupa pembedahan kecil untuk membuat lubang pada selaput tersebut. Setelah tindakan dilakukan, menstruasi bisa berlangsung normal dan tidak lagi menimbulkan keluhan.
5. Parous Introitus
Parous introitus bukan merupakan jenis selaput dara, melainkan istilah yang menggambarkan kondisi setelah wanita melahirkan secara vaginal. Pada kondisi ini, selaput dara biasanya sudah tidak lagi terlihat karena robek atau meregang akibat proses persalinan. Ini merupakan kondisi alami dan normal bagi wanita yang sudah melahirkan.
Meskipun tidak ada lagi bentuk selaput dara yang utuh, hal ini tidak memengaruhi kesehatan vagina secara keseluruhan. Yang terpenting adalah menjaga kebersihan area kewanitaan dan memeriksakan kesehatan reproduksi secara rutin setelah melahirkan.
Apakah Selaput Dara Pasti Robek Saat Berhubungan Seksual Pertama Kali?

Sumber gambar: Freepik
Salah satu mitos yang paling sering beredar adalah bahwa selaput dara pasti robek dan menyebabkan perdarahan saat berhubungan seksual pertama kali. Faktanya, tidak semua perempuan mengalami perdarahan saat pertama kali berhubungan.
Robeknya selaput dara bisa terjadi karena berbagai aktivitas fisik seperti bersepeda, berkuda, senam, atau penggunaan tampon. Selain itu, karena sifatnya yang elastis, selaput dara bisa merenggang tanpa robek total. Jadi, keberadaan atau tidaknya selaput dara bukanlah indikator pasti aktivitas seksual seseorang.
Baca juga: Dispareunia: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Mitos Seputar Selaput Dara yang Perlu Diluruskan
- Mitos: Selaput dara = keperawanan
Fakta: Keperawanan adalah konsep sosial dan tidak bisa dinilai hanya dari kondisi fisik. Selaput dara bukan bukti valid apakah seseorang pernah berhubungan seksual atau tidak. - Mitos: Selaput dara harus berdarah saat malam pertama
Fakta: Tidak semua perempuan mengalami perdarahan saat pertama kali berhubungan, karena kondisi selaput yang berbeda-beda, bahkan bisa sangat elastis dan tidak robek sama sekali. - Mitos: Semua perempuan punya selaput dara
Fakta: Beberapa perempuan dilahirkan tanpa selaput dara, dan ini bukan kondisi medis yang perlu dikhawatirkan.
Baca juga: Mitos dan Fakta Cara Cepat Hamil, Kesalahpahaman yang Perlu Ibu Ketahui
Dengan edukasi yang benar dan pendekatan yang penuh pengertian, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi generasi perempuan berikutnya.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- Cleveland Clinic. “Hymen: What Is It, Anatomy & Function”. Tanggal Akses: 7 April 2025.
- WebMD. “What to Know About the Hymen”. Tanggal Akses: 7 April 2025.
- PubMed Central. “The Hymen: Evidence-based Review”. Tanggal Akses: 7 April 2025.