Striktur uretra mungkin bukan istilah yang umum bagi sebagian orang, namun kondisi ini bisa berdampak signifikan pada kualitas hidup, terutama bagi Dads yang lebih sering mengalaminya. Penurunan aliran urin, rasa nyeri saat buang air kecil, atau infeksi berulang bisa jadi tanda-tanda awal. Mengetahui penyebab dan pilihan pengobatannya sejak dini menjadi langkah penting untuk mencegah komplikasi […]
Striktur uretra mungkin bukan istilah yang umum bagi sebagian orang, namun kondisi ini bisa berdampak signifikan pada kualitas hidup, terutama bagi Dads yang lebih sering mengalaminya. Penurunan aliran urin, rasa nyeri saat buang air kecil, atau infeksi berulang bisa jadi tanda-tanda awal. Mengetahui penyebab dan pilihan pengobatannya sejak dini menjadi langkah penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Apa Itu Striktur Uretra?
Striktur uretra adalah penyempitan pada saluran uretra, yaitu saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih keluar tubuh. Penyempitan ini disebabkan oleh jaringan parut yang berkembang di sekitar uretra, sehingga menghalangi atau menghambat aliran urin. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh pria dewasa.
Penyempitan ini tidak hanya mengganggu fungsi saluran kemih, namun juga bisa menimbulkan rasa tidak nyaman yang signifikan, serta meningkatkan risiko infeksi saluran kemih dan kerusakan kandung kemih.
Baca juga: Mengenal Fungsi Uretra dan Gangguan Umumnya
Gejala Striktur Uretra yang Perlu Diwaspadai
Tanda dan gejala striktur uretra dapat berbeda-beda, tergantung tingkat keparahannya. Berikut beberapa keluhan umum yang sering dialami:
- Aliran Urin Melemah atau Tidak Lancar
- Sering Buang Air Kecil
- Rasa Nyeri atau Terbakar Saat Buang Air
- Darah dalam Urin atau Sperma
- Infeksi Saluran Kemih Berulang
- Retensi Urin
Penyebab Terjadinya Striktur Uretra

Sumber gambar: iStock
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut di uretra:
1. Cedera atau Trauma
Cedera langsung pada area panggul atau alat kelamin sering menjadi pemicu striktur uretra. Misalnya, kecelakaan motor, benturan saat berolahraga, atau jatuh dengan posisi tidak tepat dapat menyebabkan luka internal pada uretra yang lambat laun membentuk jaringan parut dan mempersempit salurannya.
Pada beberapa kasus, trauma bisa berasal dari tekanan yang terus-menerus atau tidak disadari. Dads yang pernah mengalami cedera berat di daerah perineum sebaiknya melakukan pemeriksaan urologi jika mulai merasakan gangguan buang air kecil atau aliran urin yang melemah.
2. Prosedur Medis
Tindakan medis seperti pemasangan kateter urin dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan iritasi pada dinding uretra. Jika tidak dilakukan dengan teknik steril dan tepat, prosedur ini berpotensi mencederai lapisan uretra dan memicu pembentukan jaringan parut.
Selain kateter, prosedur lain seperti sistoskopi atau operasi urologi yang melibatkan uretra juga dapat meninggalkan trauma mikro. Oleh karena itu, penting bagi Dads untuk berdiskusi secara terbuka dengan dokter mengenai riwayat prosedur medis sebelumnya, terutama jika mulai mengalami gejala gangguan saluran kemih.
Baca juga: Kenapa Ejakulasi Bisa Terasa Nyeri?
3. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi menular seksual seperti gonore dan klamidia merupakan penyebab umum striktur uretra, terutama pada pria usia aktif seksual. Infeksi ini menimbulkan peradangan hebat pada uretra, yang jika tidak diobati dengan benar dapat meninggalkan bekas luka dan penyempitan permanen.
Gejala IMS seperti nyeri saat buang air kecil, keluar nanah dari penis, atau rasa terbakar sebaiknya tidak diabaikan. Jika Dads merasa pernah terpapar IMS, penting untuk segera melakukan tes dan pengobatan guna mencegah komplikasi seperti striktur uretra di kemudian hari.
4. Infeksi Saluran Kemih Kronis
Infeksi saluran kemih (ISK) yang berulang atau berlangsung dalam waktu lama juga dapat menyebabkan peradangan kronis pada uretra. Kondisi ini secara perlahan merusak jaringan dan memicu terbentuknya jaringan parut yang mempersempit saluran kemih.
Dads yang mengalami ISK lebih dari dua kali dalam setahun perlu waspada, terlebih jika gejala seperti nyeri saat buang air kecil atau aliran urin yang tidak lancar terus berulang. Pemeriksaan lanjutan oleh spesialis urologi diperlukan untuk mengetahui apakah sudah terjadi penyempitan pada uretra.
5. Penyakit Radiasi dan Operasi Prostat
Pasien yang menjalani terapi radiasi di area panggul, seperti pada kasus kanker prostat atau rektum, berisiko tinggi mengalami striktur uretra. Efek samping dari radiasi dapat merusak jaringan sehat di sekitar uretra dan menyebabkan pembentukan jaringan parut.
Demikian pula, operasi prostat seperti prostatektomi atau TURP (Transurethral Resection of the Prostate) juga bisa meninggalkan trauma pada uretra. Bagi Dads yang pernah menjalani prosedur ini, penting untuk memantau fungsi saluran kemih secara rutin agar deteksi dini striktur bisa dilakukan jika muncul keluhan.
Baca juga: Apakah Efek Kemoterapi Dapat Mengganggu Kesuburan?
Pengobatan Striktur Uretra, Apa Saja Pilihannya?

Sumber gambar: iStock
Perawatan striktur uretra bergantung pada tingkat keparahan dan panjang jaringan yang menyempit. Beberapa pendekatan yang biasa dilakukan antara lain:
1. Dilatasi Uretra
Dilatasi uretra adalah metode non-bedah yang dilakukan dengan cara memasukkan alat khusus untuk memperlebar bagian uretra yang menyempit. Prosedur ini biasanya digunakan pada striktur ringan atau baru pertama kali muncul. Meski cukup cepat dan minim invasif, dilatasi memiliki risiko striktur kambuh karena tidak mengangkat jaringan parut secara permanen.
2. Uretrotomi Internal
Uretrotomi internal dilakukan dengan sayatan kecil untuk memotong jaringan parut menggunakan alat khusus yang dimasukkan melalui saluran kemih. Prosedur ini memberikan hasil yang lebih baik dibanding dilatasi, terutama untuk striktur yang tidak terlalu panjang dan belum terlalu parah.
Baca juga: Kenali Kanker Uretra: Penyebab, Gejala dan Pengobatan
3. Uretroplasti
Uretroplasti merupakan tindakan bedah terbuka untuk mengangkat bagian uretra yang mengalami penyempitan dan menyambungkan kembali jaringan yang sehat. Ini adalah pengobatan dengan tingkat keberhasilan paling tinggi dan risiko kekambuhan paling rendah, sehingga sering dijadikan pilihan utama pada kasus striktur berat atau panjang.
4. Kateterisasi Suprapubik
Dalam kondisi darurat di mana urin tidak bisa keluar sama sekali karena penyumbatan total, dokter dapat melakukan kateterisasi suprapubik. Kateter ini dimasukkan langsung ke kandung kemih melalui perut bagian bawah untuk mengalirkan urin secara sementara.
Striktur uretra adalah kondisi medis yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan secara keseluruhan, terutama pada Dads. Gejalanya seperti kesulitan buang air kecil, nyeri, atau infeksi berulang sebaiknya tidak dianggap sepele. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat—baik melalui tindakan minimal invasif atau operasi—kondisi ini dapat ditangani secara efektif dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala yang mengarah ke striktur uretra.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Mayo Clinic. “Urethral Stricture: Symptoms & Causes”. Tanggal Akses 14 Mei 2025.
- Cleveland Clinic. “Urethral Stricture”. Tanggal Akses 14 Mei 2025.
- NCBI. “Urethral Stricture”. Tanggal Akses 14 Mei 2025.
- Medscape. “Urethral Stricture: Overview”. Tanggal Akses 14 Mei 2025.