Kemoterapi merupakan salah satu metode utama dalam pengobatan kanker, tetapi efek sampingnya dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk kesuburan. Pada wanita, kemoterapi berisiko merusak sel telur, mengganggu siklus menstruasi, dan bahkan menyebabkan menopause dini. Dampaknya terhadap kesuburan bergantung pada jenis obat kemoterapi, dosis, serta usia Moms saat menjalani perawatan. Namun, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi kesuburan sebelum menjalani kemoterapi.
Kemoterapi bekerja dengan cara menyerang sel yang berkembang cepat, termasuk sel kanker. Sayangnya, sel telur di ovarium juga termasuk dalam kategori ini, sehingga dapat mengalami kerusakan akibat pengobatan ini.
Faktor yang Mempengaruhi Dampak Kemoterapi terhadap Kesuburan
Efek kemoterapi terhadap kesuburan tidak sama bagi setiap individu. Beberapa faktor yang memengaruhi dampaknya antara lain:
- Jenis dan Dosis Obat Kemoterapi: Obat dari kelompok alkilasi, seperti cyclophosphamide dan busulfan, memiliki risiko lebih tinggi merusak sel telur dibandingkan jenis kemoterapi lainnya serta, Dosis yang lebih tinggi cenderung meningkatkan risiko infertilitas.
- Usia Saat Menjalani Kemoterapi: Wanita yang lebih muda memiliki lebih banyak cadangan sel telur, sehingga kemungkinan besar memiliki kesuburan yang lebih baik setelah perawatan dibandingkan wanita yang lebih tua.
- Durasi Pengobatan: Semakin lama kemoterapi berlangsung, semakin besar risiko kerusakan pada ovarium.
- Respons Tubuh terhadap Pengobatan: Tidak semua wanita mengalami efek samping yang sama. Beberapa masih dapat memiliki siklus menstruasi yang kembali normal setelah pengobatan, sementara yang lain mungkin mengalami menopause dini.
Efek Kemoterapi pada Ovarium dan Menstruasi

1. Gangguan Siklus Menstruasi
Setelah menjalani kemoterapi, beberapa wanita mungkin mengalami perubahan siklus menstruasi, seperti siklus yang tidak teratur atau bahkan berhenti sepenuhnya. Dalam beberapa kasus, menstruasi dapat kembali setelah beberapa bulan atau tahun setelah pengobatan berakhir.
Baca juga: Makanan Pelancar Menstruasi: 6 Pilihan Terbaik untuk Siklus yang Lancar dan Sehat
2. Menopause Dini
Pada sebagian wanita, kemoterapi dapat menyebabkan menopause dini, yang berarti ovarium berhenti memproduksi sel telur lebih cepat dari yang seharusnya. Hal ini dapat mengakibatkan infertilitas permanen.
3. Penurunan Cadangan Sel Telur
Kemoterapi dapat merusak sel telur di ovarium, yang menyebabkan penurunan jumlah sel telur yang tersedia untuk ovulasi di masa depan. Jika sel telur yang tersisa terlalu sedikit, kemungkinan untuk hamil secara alami akan menurun.
Baca juga: Berbagai Fakta Terkait Sel Telur Wanita yang Perlu Anda Ketahui
Peluang Kehamilan Setelah Kemoterapi
Meskipun kemoterapi dapat mengganggu kesuburan, masih ada kemungkinan bagi Moms untuk hamil setelah pengobatan, tergantung pada seberapa besar dampak kemoterapi terhadap ovarium. Beberapa wanita dapat kembali subur setelah beberapa tahun, terutama jika mereka masih memiliki sel telur yang cukup.
Jika Moms mengalami menopause dini akibat kemoterapi, kemungkinan untuk hamil secara alami akan lebih kecil. Dalam kasus ini, opsi seperti donor sel telur atau in vitro fertilisasi (IVF) dapat menjadi alternatif.
Cara Melindungi Kesuburan Sebelum Kemoterapi

Jika Moms berencana untuk memiliki anak di masa depan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebelum menjalani kemoterapi:
1. Pembekuan Sel Telur atau Embrio (Egg Freezing / Embryo Freezing)
Salah satu metode yang paling umum dilakukan untuk melindungi kesuburan sebelum kemoterapi adalah pembekuan sel telur atau pembekuan embrio. Prosedur ini melibatkan pengambilan sel telur dari ovarium setelah proses stimulasi hormon, kemudian dibekukan agar dapat digunakan di masa depan melalui prosedur bayi tabung (IVF).
Jika Moms sudah menikah dan berencana menggunakan sperma pasangan, opsi pembekuan embrio bisa menjadi pilihan yang lebih efektif, karena tingkat keberhasilan kehamilan dengan embrio beku cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan sel telur yang dibekukan secara mandiri. Proses ini sebaiknya dilakukan sebelum memulai kemoterapi, karena pengobatan kanker dapat merusak kualitas dan jumlah sel telur.
Baca juga: Faktor Penyebab Bayi Tabung Gagal dan Cara Mengatasinya
2. Terapi Penekan Ovarium
Selain pembekuan sel telur atau embrio, terapi penekan ovarium juga dapat menjadi alternatif untuk melindungi kesuburan sebelum menjalani kemoterapi. Metode ini menggunakan obat seperti agonis GnRH (Gonadotropin-Releasing Hormone) untuk menekan fungsi ovarium sementara waktu, sehingga dapat mengurangi dampak negatif kemoterapi terhadap produksi sel telur.
Dengan menekan aktivitas ovarium, diharapkan paparan obat-obatan kemoterapi yang bersifat toksik terhadap sel telur dapat diminimalkan. Terapi ini biasanya diberikan dalam bentuk suntikan sebelum dan selama kemoterapi berlangsung. Namun, efektivitas metode ini masih dalam penelitian lebih lanjut, dan hasilnya dapat bervariasi pada setiap individu.
3. Transposisi Ovarium
Bagi pasien yang akan menjalani terapi radiasi di area panggul, prosedur transposisi ovarium dapat menjadi solusi untuk melindungi organ reproduksi dari paparan langsung radiasi. Transposisi ovarium adalah prosedur bedah yang bertujuan untuk memindahkan ovarium ke bagian tubuh yang lebih jauh dari area yang terkena radiasi, seperti ke bagian atas rongga perut.
Dengan cara ini, risiko kerusakan akibat terapi radiasi dapat dikurangi, sehingga kemungkinan ovarium tetap berfungsi setelah pengobatan menjadi lebih besar. Namun, prosedur ini tidak melindungi ovarium dari efek samping obat kemoterapi yang dapat masuk ke dalam aliran darah dan tetap memengaruhi fungsi ovarium. Oleh karena itu, transposisi ovarium biasanya dikombinasikan dengan metode perlindungan kesuburan lainnya.
Jika Moms berencana untuk memiliki anak setelah kemoterapi, ada beberapa cara untuk melindungi kesuburan, seperti membekukan sel telur atau menjalani terapi penekan ovarium sebelum pengobatan. Konsultasi dengan dokter sebelum menjalani kemoterapi sangat penting untuk memahami opsi yang tersedia dan meningkatkan peluang memiliki keturunan di masa depan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Anda dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- Cancer.org. “How Cancer Treatments Affect Fertility”. Diakses pada 8 Maret 2025.
- Cancer Research UK. “Chemotherapy and Fertility”. Diakses pada 8 Maret 2025.
- National Cancer Institute. “Fertility Issues in Women With Cancer”. Diakses pada 8 Maret 2025.
- Mayo Clinic Health System. “Cancer Treatment and Fertility”. Diakses pada 8 Maret 2025.