Artikel ini telah direview secara medis oleh
dr. Ivander R. Utama, F.MAS, SpOG, M.Sc
- Inilah Pentingnya Vitamin Prenatal Untuk Ibu Hamil
- Fibroid atau Leiomyoma Bukanlah Kanker, Kenali Lebih Lanjut
- Keluar Lendir Seperti Putih Telur dari Vagina: Apa Artinya dan Kapan Harus Khawatir?
- Pengertian Displasia Serviks Serta Penyebab dan Gejalanya
- Berapakah Tekanan Darah Normal Ibu Hamil? Simak Di Sini
Dyspareunia, atau yang lebih umum dikenal sebagai nyeri saat berhubungan seksual, adalah sebuah masalah yang tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat memengaruhi kesejahteraan emosional wanita. Masalah ini sering dianggap tabu, sehingga banyak wanita yang merasa malu atau enggan membicarakannya. Namun, penting untuk menyadari bahwa dyspareunia adalah kondisi yang dapat diatasi dengan pemahaman yang tepat. Memahami pengetahuan tentang penyebab, gejala, dan cara penanganan dyspareunia tidak hanya membantu individu yang mengalaminya, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup serta memperkuat hubungan intim.
Apa Itu Dyspareunia?
Dyspareunia adalah istilah medis untuk nyeri yang dialami wanita saat berhubungan seksual. Menurut Healthline, kondisi ini dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah berhubungan intim. Rasa sakit yang dialami bisa bervariasi, mulai dari nyeri ringan hingga sangat parah, dan dapat memengaruhi kualitas hubungan serta kesehatan mental wanita yang mengalaminya.

Penyebab Dyspareunia
Dyspareunia dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berhubungan. Memahami penyebabnya sangat penting untuk menentukan cara penanganan yang tepat. Berikut adalah beberapa penyebab umum dari dyspareunia:
1. Masalah Fisik
- Infeksi
Infeksi menjadi salah satu penyebab utama dyspareunia. Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan saat berhubungan seksual, karena peradangan yang terjadi dapat membuat area genital menjadi sensitif. Selain itu, infeksi genital seperti vulvovaginitis—yang sering disebabkan oleh jamur, bakteri, atau parasit—juga dapat menyebabkan rasa sakit. Gejala yang sering menyertai infeksi ini adalah gatal, kemerahan, dan keluarnya cairan abnormal dari area genital. Oleh karena itu, pengobatan infeksi yang tepat sangat penting untuk mengatasi masalah ini.
- Kondisi Medis
Beberapa kondisi medis, seperti endometriosis, fibroid, dan sindrom ovarium polikistik (PCOS), dapat berkontribusi terhadap munculnya dyspareunia. Endometriosis adalah kondisi di mana jaringan mirip lapisan rahim tumbuh di luar rahim, yang dapat menyebabkan nyeri hebat selama menstruasi dan saat berhubungan seksual. Fibroid, yang merupakan tumor jinak di rahim, dapat menambah tekanan pada area panggul dan menyebabkan rasa sakit. Sedangkan PCOS dapat menyebabkan perubahan hormon yang memengaruhi kesehatan reproduksi secara keseluruhan, yang dapat berujung pada nyeri saat berhubungan.
- Perubahan Hormon
Perubahan hormonal, terutama yang terjadi selama menopause, dapat berkontribusi signifikan terhadap dyspareunia. Selama menopause, kadar estrogen menurun, yang dapat menyebabkan penipisan jaringan vagina (atrofi vagina) dan kekeringan. Hal ini dapat mengakibatkan nyeri saat penetrasi karena lapisan vagina menjadi kurang elastis dan sensitif. Wanita yang mengalami menopause sering kali juga mengalami perubahan pada pH vagina, yang dapat meningkatkan risiko infeksi, memperburuk masalah yang ada. Penggunaan pelumas berbasis air atau krim estrogen dapat membantu meredakan gejala ini.

2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis juga memainkan peran penting dalam dyspareunia. Stres dan kecemasan dapat menciptakan respons emosional negatif terhadap hubungan seksual, yang dapat meningkatkan rasa sakit. Ketika wanita merasa tertekan atau cemas, tubuh mereka mungkin tidak dapat merespons secara fisik dengan baik, yang dapat menyebabkan ketegangan otot dan peningkatan sensitivitas terhadap rasa sakit. Selain itu, pengalaman trauma seksual sebelumnya dapat menyebabkan ketakutan dan kecemasan yang mendalam saat berhubungan seksual, sehingga memicu nyeri. Penting untuk mengatasi faktor-faktor psikologis ini melalui terapi atau konseling yang sesuai.
3. Faktor Anatomis
Beberapa wanita mungkin mengalami masalah anatomis yang menyebabkan dyspareunia. Vulvodynia, misalnya, adalah kondisi yang ditandai dengan nyeri vulva tanpa penyebab yang jelas. Wanita dengan vulvodynia mungkin mengalami nyeri tajam atau sensasi terbakar saat berhubungan seksual atau bahkan saat mengenakan pakaian dalam. Penyebab vulvodynia belum sepenuhnya dipahami, tetapi dapat berkaitan dengan faktor genetik, infeksi, atau gangguan sistem saraf. Diagnosis dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk membantu wanita yang menderita kondisi ini agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
Baca juga: Cara Merapatkan Miss V Secara Alami: Panduan Praktis dan Aman
Gejala Dyspareunia
Gejala utama dyspareunia adalah rasa nyeri yang dialami saat berhubungan seksual. Nyeri ini dapat bervariasi dalam intensitas dan sifatnya, dan dapat dirasakan di berbagai area tubuh, termasuk:
- Vagina: Nyeri di area vagina adalah yang paling umum, seringkali disebabkan oleh kekeringan atau peradangan. Rasa sakit ini dapat dirasakan saat penetrasi atau bahkan saat melakukan aktivitas seksual yang lebih ringan.
- Vulva: Rasa nyeri dapat muncul di vulva, bagian luar genital wanita, yang mungkin disebabkan oleh kondisi seperti vulvodynia atau infeksi. Wanita dengan nyeri vulva sering melaporkan ketidaknyamanan saat mengenakan pakaian ketat atau saat beraktivitas sehari-hari.
- Perut Bagian Bawah: Beberapa wanita melaporkan nyeri yang menjalar ke perut bagian bawah, yang bisa disebabkan oleh kondisi seperti endometriosis. Nyeri ini dapat terasa seperti kram yang menyakitkan, mirip dengan kram menstruasi.
- Punggung: Rasa sakit juga dapat menyebar ke punggung, terutama bagian bawah. Hal ini mungkin terkait dengan ketegangan otot akibat posisi seksual yang tidak nyaman atau masalah struktural pada area panggul.
Selain rasa sakit fisik, dyspareunia dapat menyebabkan dampak emosional yang signifikan. Perasaan cemas atau takut untuk berhubungan seksual di masa depan bisa muncul, yang dapat memperburuk masalah ini. Wanita mungkin mulai menghindari hubungan intim, yang dapat mengakibatkan ketegangan dalam hubungan dan perasaan frustrasi. Kecemasan ini juga bisa menciptakan siklus yang sulit diputus, di mana rasa sakit dan ketakutan menjadi semakin intens.

Diagnosis Dyspareunia
Diagnosis dyspareunia melibatkan evaluasi menyeluruh oleh dokter untuk menentukan penyebab nyeri yang dialami. Proses diagnosis biasanya mencakup beberapa langkah:
- Riwayat Medis: Dokter akan menanyakan tentang gejala yang dialami, termasuk kapan rasa sakit mulai muncul, intensitas nyeri, dan faktor-faktor yang mungkin memperburuk atau meredakannya. Informasi tentang riwayat kesehatan pribadi dan keluarga juga penting, termasuk kondisi medis yang ada sebelumnya, penggunaan obat-obatan, dan kebiasaan seksual. Hal ini membantu dokter memahami konteks di mana dyspareunia terjadi.
- Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan ginekologis menyeluruh diperlukan untuk membantu menemukan penyebab nyeri. Dokter akan memeriksa area genital untuk tanda-tanda infeksi, peradangan, atau masalah struktural seperti fibroid atau polip. Pemeriksaan ini juga dapat mencakup evaluasi panggul untuk menilai kekuatan dan ketegangan otot yang mungkin berkontribusi pada rasa sakit.
- Tes Laboratorium: Jika dokter mencurigai adanya infeksi atau kondisi medis tertentu, tes tambahan seperti tes darah atau kultur dapat dilakukan. Tes ini bertujuan untuk menyingkirkan infeksi yang mungkin menjadi penyebab nyeri, seperti infeksi menular seksual (IMS) atau infeksi saluran kemih. Hasil dari tes ini akan memberikan informasi lebih lanjut untuk menentukan rencana perawatan yang tepat.
Baca juga: Disfungsi Seksual: Gejala, Penyebab, dan Penanganan yang Tepat
Penanganan dan Pengobatan
Pengobatan dyspareunia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa opsi yang dapat dipertimbangkan meliputi:
- Terapi Medis: Pengobatan dapat mencakup penggunaan krim estrogen untuk mengatasi kekeringan vagina atau obat antiinflamasi untuk mengurangi rasa sakit .
- Terapi Fisik: Fisioterapi panggul dapat membantu memperkuat otot-otot yang terlibat dalam hubungan seksual dan mengurangi rasa sakit.
- Konseling atau Terapi Seksual: Jika dyspareunia terkait dengan faktor psikologis, terapi dapat membantu mengatasi masalah emosional dan mengurangi kecemasan saat berhubungan seksual .
- Perubahan Gaya Hidup: Menggunakan pelumas saat berhubungan seksual atau melakukan teknik relaksasi dapat membantu mengurangi rasa sakit.
Baca juga: 11 Penyebab Bagian Atas Miss V Nyeri yang Perlu Diwaspadai
Dyspareunia adalah kondisi yang dapat mengganggu kualitas hidup wanita dan hubungan intim. Memahami penyebab dan gejalanya adalah langkah awal yang penting dalam mengatasi masalah ini. Jika Anda atau pasangan mengalami nyeri saat berhubungan seksual, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan yang berpengalaman. Dengan penanganan yang tepat, banyak wanita dapat menemukan solusi untuk mengatasi dyspareunia dan meningkatkan pengalaman seksual mereka.
Apakah Anda mencari solusi untuk kesehatan reproduksi atau program kehamilan? Morula IVF Indonesia dapat membantu Anda dengan layanan konsultasi yang mendalam dan profesional. Dengan lebih dari 26 tahun pengalaman, Morula IVF Indonesia memiliki tim dokter spesialis yang terampil dan berkomitmen untuk mendukung Anda dalam perjalanan menuju kehamilan yang sehat. Morula IVF menawarkan pendekatan yang menyeluruh dan penuh perhatian. Untuk mengetahui lebih lanjut dan merencanakan konsultasi, Anda dapat mengunjungi situs web resmi Morula IVF atau menghubungi mereka langsung.
Referensi:
- Healthline. (n.d.). Dyspareunia. Diakses pada 24 Oktober 2024.
- ScienceDirect. (n.d.). Dyspareunia. Diakses pada 24 Oktober 2024.
- American Academy of Family Physicians (AAFP). (2014). Dyspareunia. American Family Physician, 90(7), 465-470. Diakses pada 24 Oktober 2024.
- American Academy of Family Physicians (AAFP). (2001). Dyspareunia. American Family Physician, 63(8), 1535-1540. Diakses pada 24 Oktober 2024.
- Harvard Health Publishing. (n.d.). Painful Sexual Intercourse (Dyspareunia). Diakses pada 24 Oktober 2024.