Eklamsia adalah komplikasi kehamilan yang serius dan dapat mengancam nyawa, ditandai dengan kejang pada ibu hamil yang sebelumnya mengalami preeklamsia. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi bagi ibu dan janin, termasuk gangguan organ, masalah pernapasan, hingga kelahiran prematur. Deteksi dini dan penanganan medis yang tepat sangat penting untuk mencegah dampak buruk dari eklamsia.
Eklamsia merupakan tahap lanjutan dari preeklamsia yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin selama kehamilan. Jika tidak ditangani dengan baik, preeklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia, yang ditandai dengan kejang atau hilangnya kesadaran pada ibu hamil.
Kondisi ini jarang terjadi, tetapi sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan organ, gangguan aliran darah ke plasenta, serta meningkatkan risiko kematian bagi ibu dan janin.
Penyebab dan Faktor Risiko
Faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya eklamsia sering kali berakar pada preeklamsia, suatu kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin. Jika preeklamsia tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat berkembang menjadi eklamsia yang berisiko mengancam nyawa ibu dan janin.
1. Riwayat Preeklamsia Sebelumnya
Wanita yang pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami eklamsia di kehamilan berikutnya. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya kelainan pada pembuluh darah yang tetap bertahan atau faktor genetik yang meningkatkan kecenderungan mengalami gangguan tekanan darah selama kehamilan. Oleh karena itu, ibu hamil dengan riwayat preeklamsia harus menjalani pemantauan ketat sejak awal kehamilan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Hipertensi Kronis
Wanita yang memiliki tekanan darah tinggi sebelum hamil atau mengalami hipertensi selama kehamilan berisiko lebih besar terkena preeklamsia yang dapat berkembang menjadi eklamsia. Hipertensi menyebabkan tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah, yang pada akhirnya dapat merusak fungsi plasenta dan mengganggu suplai oksigen serta nutrisi ke janin. Pengelolaan tekanan darah sejak awal kehamilan menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko ini.
Baca juga: Hipertensi pada Ibu Hamil: Jenis, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
3. Kehamilan Pertama atau Usia Kehamilan yang Terlalu Muda atau Terlalu Tua
Ibu yang sedang menjalani kehamilan pertama memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklamsia dibandingkan mereka yang sudah pernah hamil sebelumnya. Selain itu, usia ibu juga menjadi faktor penting. Wanita yang hamil di usia terlalu muda (di bawah 20 tahun) atau di usia lanjut (di atas 40 tahun) memiliki peluang lebih besar mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan yang dapat berkembang menjadi preeklamsia dan eklamsia. Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan hormon serta kondisi kesehatan pembuluh darah yang lebih rentan mengalami gangguan.
4. Kehamilan Kembar atau Lebih dari Satu Janin
Wanita yang mengandung lebih dari satu janin memiliki risiko lebih besar mengalami eklamsia karena tubuh mereka harus bekerja lebih keras dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen bagi janin. Peningkatan volume darah yang signifikan pada kehamilan kembar juga dapat membebani pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah tinggi, yang pada akhirnya dapat memicu preeklamsia dan berkembang menjadi eklamsia jika tidak ditangani dengan baik.
Baca juga: Cara Menjaga Kesehatan Saat Hamil Kembar
5. Obesitas atau Diabetes Gestasional
Kelebihan berat badan sebelum atau selama kehamilan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan memperburuk fungsi pembuluh darah. Selain itu, ibu hamil yang mengalami diabetes gestasional yaitu diabetes yang berkembang selama kehamilan—juga lebih rentan terhadap preeklamsia dan eklamsia. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan metabolisme dan peradangan sistemik yang dapat mempengaruhi keseimbangan hormon serta kerja plasenta dalam mendukung pertumbuhan janin.
6. Riwayat Keluarga dengan Preeklamsia atau Eklamsia
Faktor genetik juga berperan dalam meningkatkan risiko eklamsia. Jika ibu, saudara perempuan, atau anggota keluarga dekat lainnya memiliki riwayat preeklamsia atau eklamsia, kemungkinan seorang wanita mengalami kondisi serupa juga lebih tinggi. Faktor keturunan ini bisa terkait dengan kelainan pada pembuluh darah atau gangguan regulasi tekanan darah yang diwariskan dalam keluarga.
Gejala Eklamsia
Eklamsia sering kali diawali dengan gejala preeklamsia yang memburuk, seperti:
- Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang sulit dikendalikan
- Proteinuria (adanya protein dalam urin)
- Sakit kepala parah yang tidak membaik
- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur atau sensitif terhadap cahaya
- Nyeri di perut bagian atas, terutama di bawah tulang rusuk
- Pembengkakan pada tangan, kaki, dan wajah akibat retensi cairan
- Kesulitan bernapas
- Penurunan produksi urin
Ketika eklamsia terjadi, ibu hamil akan mengalami kejang, yang dapat menyebabkan kehilangan kesadaran dan komplikasi lebih lanjut jika tidak segera ditangani.
Pencegahan Eklamsia
Meskipun tidak semua kasus eklamsia dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko, antara lain:
- Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda preeklamsia lebih awal
- Menjaga pola makan sehat, dengan konsumsi makanan bergizi dan rendah garam
- Mengontrol berat badan selama kehamilan agar tidak terjadi obesitas
- Menghindari stres dan cukup istirahat untuk menjaga tekanan darah tetap stabil
- Mengonsumsi suplemen yang direkomendasikan dokter, seperti kalsium dan aspirin dosis rendah pada ibu hamil dengan risiko tinggi preeklamsia
Baca juga: Makanan Untuk Bumil: Pilihan Terbaik untuk Kesehatan Ibu dan Janin
Eklamsia adalah komplikasi kehamilan yang serius dan dapat mengancam nyawa ibu serta janin. Penyebab utama kondisi ini belum sepenuhnya diketahui, tetapi sering kali terjadi pada ibu dengan preeklamsia yang tidak tertangani dengan baik. Gejala eklamsia meliputi kejang, tekanan darah tinggi, sakit kepala parah, dan gangguan penglihatan. Jika tidak segera ditangani, eklamsia dapat menyebabkan komplikasi seperti gagal organ, abrupsio plasenta, hingga kematian janin.
Deteksi dini dan pemantauan rutin selama kehamilan sangat penting untuk mencegah eklamsia. Jika Moms memiliki faktor risiko preeklamsia, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- NCBI. “Eclampsia”. Diakses pada 1 Maret 2025.
- Cleveland Clinic. “Eclampsia”. Diakses pada 1 Maret 2025.
- MedlinePlus. “Eclampsia”. Diakses pada 1 Maret 2025.
- Medscape. “Eclampsia Overview”. Diakses pada 1 Maret 2025.