Semua Artikel

Hipoglikemia Neonatus: Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya

Hamzah
21 Mar 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Hipoglikemia Neonatus: Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya

Hipoglikemia neonatus adalah kondisi di mana kadar gula darah bayi baru lahir berada di bawah normal. Kondisi ini perlu mendapat perhatian khusus karena glukosa adalah sumber energi utama bagi otak dan tubuh bayi. Jika tidak ditangani dengan cepat, hipoglikemia dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gangguan neurologis. Hipoglikemia neonatus terjadi ketika kadar gula darah bayi turun […]

Hipoglikemia neonatus adalah kondisi di mana kadar gula darah bayi baru lahir berada di bawah normal. Kondisi ini perlu mendapat perhatian khusus karena glukosa adalah sumber energi utama bagi otak dan tubuh bayi. Jika tidak ditangani dengan cepat, hipoglikemia dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gangguan neurologis.

Hipoglikemia neonatus terjadi ketika kadar gula darah bayi turun di bawah batas normal, yaitu kurang dari 47 mg/dL (2,6 mmol/L). Bayi baru lahir masih beradaptasi dalam mengatur kadar gula darahnya setelah terlepas dari suplai glukosa melalui plasenta. Pada sebagian besar bayi, kadar gula darah akan stabil dalam beberapa jam pertama setelah lahir, tetapi ada kondisi tertentu yang dapat menyebabkan hipoglikemia berkepanjangan. Oleh karena itu, Moms perlu memahami penyebab, gejala, serta langkah-langkah pencegahannya agar bayi tetap sehat.

Penyebab Hipoglikemia Neonatus

Larangan Setelah Melahirkan Normal - Freepik

Sumber gambar: Freepik

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami hipoglikemia meliputi:

1. Bayi dari Ibu dengan Diabetes

Salah satu penyebab utama adalah bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes, baik itu diabetes gestasional maupun diabetes tipe 1 atau tipe 2. Jika Moms mengalami diabetes selama kehamilan, tubuh bayi cenderung memproduksi lebih banyak insulin saat dalam kandungan sebagai respons terhadap kadar gula darah ibu yang tinggi. Namun, setelah lahir, pasokan gula dari ibu terhenti, sementara produksi insulin bayi tetap tinggi, menyebabkan kadar gula darahnya turun drastis.

Baca juga: Mengenal Penyakit Keturunan Type 1 Diabetes: Gejala, Penyebab hingga Pencegahannya 

2. Bayi Prematur atau Berat Badan Lahir Rendah

Selain itu, bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah juga memiliki risiko lebih besar mengalami hipoglikemia. Hal ini karena bayi prematur memiliki cadangan glikogen yang lebih sedikit di hati, sehingga mereka lebih sulit mempertahankan kadar gula darah yang stabil setelah lahir. Kurangnya cadangan energi ini membuat mereka lebih rentan mengalami penurunan kadar gula darah, terutama dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran.

3. Bayi dengan Berat Badan Lahir Besar (Makrosomia)

Bayi yang lahir dengan berat badan besar atau makrosomia juga bisa mengalami hipoglikemia. Bayi dengan berat badan lahir yang berlebihan sering kali memiliki kadar insulin yang tinggi dalam tubuhnya karena paparan glukosa yang lebih tinggi dari ibu selama kehamilan. Setelah lahir, tingginya kadar insulin ini dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah secara tiba-tiba, sehingga mereka perlu diawasi dengan ketat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

4. Stres Saat Persalinan

Faktor lain yang bisa menyebabkan hipoglikemia pada bayi baru lahir adalah stres saat persalinan. Proses persalinan yang sulit, seperti persalinan yang berkepanjangan atau mengalami komplikasi tertentu, dapat menyebabkan bayi menggunakan lebih banyak energi sebelum lahir. Hal ini bisa menguras cadangan glukosa dalam tubuhnya dan meningkatkan risiko hipoglikemia setelah lahir. Dalam beberapa kasus, bayi yang mengalami stres saat lahir juga mungkin mengalami kesulitan menyusu di awal kehidupan, yang semakin memperburuk kondisi ini.

Baca juga: Persiapan Sebelum Persalinan, Lakukan 9 Tips Ini!

5. Gangguan Metabolisme atau Hormon

Beberapa bayi mungkin mengalami hipoglikemia akibat gangguan metabolisme atau ketidakseimbangan hormon. Beberapa gangguan metabolik bawaan dapat mengganggu cara tubuh bayi memproses dan menyimpan glukosa, sehingga menyebabkan kadar gula darah yang tidak stabil. Ketidakseimbangan hormon tertentu, seperti rendahnya kadar hormon kortisol atau hormon pertumbuhan, juga bisa memengaruhi regulasi glukosa dalam tubuh bayi dan meningkatkan risiko hipoglikemia.

Gejala Hipoglikemia Neonatus

bayi

Sumber gambar: Freepik

Bayi dengan hipoglikemia mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga pemeriksaan kadar gula darah sangat penting, terutama jika bayi memiliki faktor risiko. Namun, beberapa tanda yang perlu Moms perhatikan meliputi:

  • Gemetar atau kejang
  • Napas cepat atau sesak
  • Kulit pucat atau kebiruan
  • Kesulitan menyusu atau lemas
  • Menangis lemah atau tidak responsif
  • Penurunan suhu tubuh (hipotermia)

Jika Moms melihat gejala ini pada bayi, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Pencegahan Hipoglikemia Neonatus

Meskipun tidak semua kasus hipoglikemia dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat Moms lakukan untuk mengurangi risikonya:

  • Mengontrol kadar gula darah selama kehamilan, terutama jika memiliki diabetes gestasional.
  • Memberikan ASI segera setelah lahir untuk membantu menjaga kadar gula darah bayi tetap stabil.
  • Melakukan skrining bayi jika memiliki faktor risiko tertentu, seperti kelahiran prematur atau riwayat diabetes pada ibu.
  • Memantau tanda-tanda hipoglikemia dan segera berkonsultasi dengan dokter jika ada gejala mencurigakan.

Baca juga: Rekomendasi Makanan Pelancar ASI untuk Ibu Menyusui

Hipoglikemia neonatus adalah kondisi yang umum terjadi pada bayi baru lahir, terutama pada bayi dengan faktor risiko seperti ibu dengan diabetes, bayi prematur, atau bayi dengan berat badan lahir besar. Jika tidak segera ditangani, hipoglikemia dapat berdampak serius pada kesehatan bayi. Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk memahami gejalanya, melakukan pemeriksaan kadar gula darah jika diperlukan, serta memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang cukup setelah lahir.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Kesehatan 5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

Admin
14 Nov 2025

Keputihan adalah cairan yang diproduksi secara alami oleh kelenjar di vagina dan serviks. Fungsi utamanya adalah menjaga kesehatan dengan membersihkan sel-sel mati dan bakteri dari area vagina. Namun, perubahan pada…

Selengkapnya
Kesehatan Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Hamzah
13 Nov 2025

Konsumsi gula berlebih dapat berdampak negatif pada kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Gula dalam jumlah tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormon, meningkatkan risiko resistensi insulin, serta berkontribusi terhadap peradangan dalam…

Selengkapnya
Kesehatan 5 Dampak Kekurangan Hormon Estrogen pada Kesehatan Wanita

5 Dampak Kekurangan Hormon Estrogen pada Kesehatan Wanita

Admin
08 Nov 2025

Kekurangan hormon estrogen bisa menimbulkan berbagai keluhan fisik dan emosional yang sering kali tidak disadari sejak awal. Baik Moms maupun Dads, penting untuk memahami bagaimana penurunan hormon ini bisa memengaruhi…

Selengkapnya