Kontraksi dini atau persalinan prematur bisa terjadi kapan saja di usia kehamilan sebelum 37 minggu. Walaupun tak semua kontraksi dini berakhir dengan kelahiran prematur, kondisi ini tetap perlu perhatian khusus karena bisa berdampak pada kesehatan bayi dan Moms sendiri. Artikel ini akan membahas secara menyeluruh apa itu kontraksi dini, penyebabnya, gejalanya, cara penanganannya, hingga kapan […]
Kontraksi dini atau persalinan prematur bisa terjadi kapan saja di usia kehamilan sebelum 37 minggu. Walaupun tak semua kontraksi dini berakhir dengan kelahiran prematur, kondisi ini tetap perlu perhatian khusus karena bisa berdampak pada kesehatan bayi dan Moms sendiri. Artikel ini akan membahas secara menyeluruh apa itu kontraksi dini, penyebabnya, gejalanya, cara penanganannya, hingga kapan waktu yang tepat untuk segera ke dokter. Yuk, simak selengkapnya!
Apa Itu Kontraksi Dini?
Kontraksi dini adalah kondisi ketika rahim mulai berkontraksi terlalu awal, menyebabkan pembukaan (dilatasi) dan penipisan (efacement) leher rahim sebelum waktunya. Ini bisa menjadi tanda awal persalinan prematur. Jika tidak ditangani dengan cepat, persalinan bisa benar-benar terjadi lebih awal dari waktu ideal (sebelum 37 minggu).
Persalinan prematur dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan pada bayi, seperti gangguan pernapasan, berat badan lahir rendah, hingga masalah perkembangan jangka panjang.
Baca juga: Kontraksi adalah? Simak Arti Kontraksi Lebih Jauh Di Sini
Penyebab dan Faktor Risiko Kontraksi Dini

Sumber gambar: iStock
Tidak ada satu penyebab pasti mengapa kontraksi dini terjadi, tapi beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya adalah:
1. Kehamilan Ganda (Kembar Dua atau Lebih)
Kehamilan kembar membawa risiko lebih tinggi terhadap kontraksi dini karena rahim harus menampung lebih banyak janin sekaligus. Tekanan tambahan pada dinding rahim dapat merangsang terjadinya kontraksi sebelum waktunya, terutama jika pertumbuhan janin berlangsung cepat dalam waktu bersamaan.
Selain itu, volume cairan ketuban yang lebih banyak dan peningkatan beban fisik juga dapat memicu stres pada rahim. Hal ini membuat kehamilan ganda menjadi salah satu faktor utama yang meningkatkan risiko kelahiran prematur akibat kontraksi dini.
Baca juga: Program Hamil Anak Kembar Ternyata Mudah, Begini Caranya!
2. Riwayat Kelahiran Prematur Sebelumnya
Moms yang pernah melahirkan prematur sebelumnya memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kontraksi dini di kehamilan selanjutnya. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi rahim atau leher rahim yang melemah, serta faktor genetik atau hormonal yang memengaruhi kesiapan tubuh menghadapi kehamilan.
Riwayat kelahiran prematur juga menandakan bahwa tubuh mungkin lebih sensitif terhadap perubahan kecil yang memicu kontraksi. Oleh karena itu, pemantauan medis ekstra sangat penting bagi Moms dengan riwayat ini agar kehamilan berjalan aman hingga cukup bulan.
3. Infeksi pada Saluran Kemih atau Vagina
Infeksi saluran kemih atau infeksi vagina selama kehamilan dapat menyebabkan peradangan yang memicu kontraksi dini. Bakteri yang menyebar ke rahim bisa menyebabkan tubuh merespons dengan kontraksi sebagai bentuk perlindungan alami terhadap infeksi.
Sayangnya, kontraksi yang muncul akibat infeksi ini justru berisiko mempercepat proses persalinan sebelum waktunya. Deteksi dan pengobatan dini terhadap infeksi sangat penting untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur akibat rangsangan kontraksi dari peradangan.
4. Pendarahan Selama Kehamilan
Pendarahan yang terjadi saat hamil, terutama di trimester kedua atau ketiga, bisa menjadi tanda adanya gangguan pada plasenta atau leher rahim. Kondisi ini seringkali memicu kontraksi dini sebagai reaksi tubuh terhadap kondisi abnormal.
Selain membahayakan janin, pendarahan juga dapat menyebabkan stres emosional dan fisik pada ibu, yang berkontribusi terhadap peningkatan hormon stres pemicu kontraksi. Oleh karena itu, Moms perlu segera memeriksakan diri jika mengalami perdarahan selama kehamilan.
Baca juga: Mengenal Perdarahan Antepartum Saat Hamil, Berisiko Untuk Janin!
5. Masalah pada Rahim atau Leher Rahim
Kondisi seperti inkompetensi serviks, di mana leher rahim terbuka terlalu dini, menjadi salah satu penyebab utama kontraksi dan persalinan prematur. Struktur rahim yang tidak normal juga dapat membatasi ruang pertumbuhan janin, memicu tekanan berlebih dan kontraksi.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan transvaginal untuk mendeteksi kondisi ini sejak awal. Jika ditemukan masalah pada serviks atau rahim, tindakan medis seperti pemasangan cerclage bisa dilakukan untuk mencegah persalinan dini.
6. Gaya Hidup Tidak Sehat
Merokok, kekurangan nutrisi, kurang tidur, atau stres berlebihan dapat meningkatkan risiko kontraksi dini. Zat berbahaya dari rokok dan alkohol dapat memengaruhi suplai oksigen ke janin dan memicu gangguan pada plasenta atau rahim.
Selain itu, stres emosional yang kronis bisa meningkatkan hormon kortisol dan memicu reaksi tubuh seperti kontraksi rahim. Menjaga gaya hidup sehat dengan pola makan bergizi, istirahat cukup, dan mengelola stres adalah kunci penting untuk mencegah kontraksi sebelum waktunya.
Baca juga: Asupan Gizi Ibu Hamil: Panduan Nutrisi Lengkap untuk Kesehatan Ibu dan Janin
7. Usia Ibu Terlalu Muda atau Terlalu Tua
Usia ibu hamil juga berperan dalam risiko kontraksi dini. Ibu di bawah usia 17 tahun atau di atas 35 tahun lebih rentan mengalami komplikasi kehamilan, termasuk kelahiran prematur akibat kontraksi dini.
Pada ibu usia muda, tubuh mungkin belum sepenuhnya siap untuk menghadapi kehamilan secara fisik. Sementara pada usia lanjut, risiko masalah kesehatan dan kelainan pada kehamilan meningkat, yang semuanya bisa berdampak pada kestabilan rahim dan waktu persalinan.
Gejala Kontraksi Dini yang Harus Diwaspadai

Sumber gambar: Freepik
Beberapa tanda kontraksi dini bisa mirip dengan gejala normal kehamilan trimester akhir. Namun, jika Moms merasakan salah satu atau beberapa hal berikut, sebaiknya jangan diabaikan:
- Kontraksi teratur setiap 10 menit atau lebih sering
- Nyeri seperti kram menstruasi
- Tekanan pada panggul atau perut bagian bawah
- Nyeri punggung bawah yang menetap
- Perubahan cairan vagina: meningkat, berubah warna, atau berdarah
- Rasa seperti bayi mendorong ke bawah (pelvic pressure)
- Keputihan yang tidak biasa atau berbau
Jika mengalami salah satu gejala ini, segera konsultasikan ke dokter atau bidan, Moms. Semakin cepat diketahui, semakin besar peluang untuk menunda persalinan.
Bisakah Kontraksi Dini Dicegah?
Tidak semua kasus bisa dicegah, tapi ada banyak langkah yang bisa Moms lakukan untuk mengurangi risikonya:
- Rutin periksa kehamilan sesuai jadwal
- Konsumsi makanan bergizi dan seimbang
- Hindari merokok dan alkohol
- Minum cukup air putih setiap hari
- Istirahat yang cukup
- Kelola stres dengan baik (meditasi, yoga, atau aktivitas ringan yang menyenangkan)
- Kenali dan laporkan segera tanda-tanda tidak biasa ke dokter
Baca juga: Kontraksi Palsu: Mengenal Braxton Hicks dan Cara Membedakannya dengan Kontraksi Persalinan
Jika Moms punya riwayat kelahiran prematur sebelumnya, dokter mungkin merekomendasikan tindakan preventif seperti pemberian hormon progesteron atau pemasangan penyangga serviks (cerclage).
Referensi
- Mayo Clinic. “Preterm labor: Symptoms and causes”. Akses: 11 April 2025.
- Cleveland Clinic. “Premature Labor”. Akses: 11 April 2025.
- NHS UK. “Premature labour and birth”. Akses: 11 April 2025.
- Medscape. “Preterm Labor”. Akses: 11 April 2025.