Morula IVF

Parafimosis: Penyebab, Gejala dan Pencegahan

March 10, 2025

Parafimosis: Penyebab, Gejala dan Pencegahan

Parafimosis adalah kondisi medis serius di mana kulup penis yang ditarik ke belakang tidak dapat kembali ke posisi semula, menyebabkan pembengkakan dan gangguan aliran darah ke kepala penis. Jika tidak ditangani segera, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk nekrosis jaringan.

Parafimosis terjadi ketika kulup penis (preputium) tidak dapat dikembalikan ke posisi normal setelah ditarik ke belakang. Ini berbeda dengan fimosis, di mana kulup tidak bisa ditarik ke belakang sama sekali. Parafimosis adalah keadaan darurat medis karena dapat menghambat aliran darah ke penis, menyebabkan pembengkakan yang menyakitkan dan berisiko menyebabkan kerusakan jaringan permanen. Oleh karena itu, penting bagi Dads untuk mengenali gejala parafimosis dan mencari penanganan medis secepat mungkin guna mencegah risiko yang lebih parah.

Penyebab Parafimosis

Parafimosis
Sumber gambar: Freepik

Parafimosis dapat terjadi akibat beberapa faktor, termasuk:

1. Penarikan Kulup yang Tidak Dikembalikan ke Posisi Semula

Salah satu penyebab utama parafimosis adalah penarikan kulup ke belakang yang kemudian dibiarkan dalam posisi tersebut. Hal ini sering terjadi setelah prosedur medis seperti pemasangan kateter atau pemeriksaan urologi, di mana tenaga medis menarik kulup untuk mendapatkan akses ke saluran kemih, tetapi lupa atau tidak mengembalikannya ke posisi semula.

Ketika dibiarkan dalam keadaan tertarik, kulup dapat membengkak akibat gangguan aliran darah, yang pada akhirnya menyebabkan parafimosis. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa kulup dikembalikan ke posisi semula setelah prosedur medis dilakukan.

Baca juga: Frenulum Breve: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

2. Kurangnya Kebersihan dan Perawatan Penis

Infeksi dan peradangan akibat kebersihan yang buruk juga dapat meningkatkan risiko terjadinya parafimosis. Kurangnya perawatan kebersihan pada area genital dapat menyebabkan penumpukan smegma, bakteri, dan kotoran di bawah kulup, yang pada gilirannya dapat menyebabkan iritasi dan pembengkakan.

Jika pembengkakan ini semakin parah, kulup yang sudah tertarik ke belakang bisa mengalami penyempitan, sehingga tidak dapat kembali ke posisi normal. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dengan mencuci area genital secara rutin dan benar sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi dan kondisi yang berisiko menimbulkan parafimosis.

3. Cedera atau Trauma pada Penis

Luka atau trauma pada penis juga dapat menjadi penyebab parafimosis. Cedera bisa terjadi akibat berbagai aktivitas, seperti hubungan seksual yang terlalu agresif, benturan saat berolahraga, atau kecelakaan lainnya yang melibatkan area genital.

Trauma ini dapat menyebabkan pembengkakan yang membuat kulup sulit untuk kembali ke posisi semula setelah ditarik. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat semakin diperburuk jika terjadi pendarahan atau peradangan yang menyebabkan jaringan di sekitar kulup menjadi lebih kaku dan tidak elastis.

Baca juga: Balanitis: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

4. Penggunaan Cincin atau Alat di Penis

Beberapa orang menggunakan alat tertentu, seperti cincin ereksi atau perangkat pembesar penis, yang bertujuan untuk meningkatkan performa seksual. Namun, penggunaan alat ini bisa meningkatkan risiko parafimosis jika tidak digunakan dengan benar atau dibiarkan dalam waktu yang terlalu lama.

Cincin atau alat yang terlalu ketat dapat membatasi aliran darah, menyebabkan pembengkakan pada kepala penis dan kulup. Jika pembengkakan ini terjadi saat kulup dalam posisi tertarik ke belakang, maka akan sangat sulit untuk mengembalikannya ke posisi normal, sehingga meningkatkan risiko parafimosis.

5. Efek Samping dari Prosedur Medis

Beberapa prosedur medis yang melibatkan penis, seperti pemasangan kateter urin atau operasi tertentu, dapat memicu terjadinya parafimosis jika tidak dilakukan dengan hati-hati.

Prosedur ini sering kali membutuhkan penarikan kulup ke belakang, dan jika tidak dikembalikan setelah tindakan selesai, maka dapat menyebabkan pembengkakan dan penyempitan kulup. Selain itu, efek samping dari operasi seperti peradangan atau jaringan parut juga bisa menyebabkan kulup kehilangan elastisitasnya, sehingga rentan mengalami parafimosis di kemudian hari.

Gejala Parafimosis

Parafimosis ditandai oleh beberapa gejala utama yang tidak boleh diabaikan, di antaranya:

  • Pembengkakan pada kepala penis (glans penis) akibat aliran darah yang terhambat.
  • Nyeri hebat pada penis yang semakin meningkat.
  • Kulup yang tampak tersangkut dan tidak bisa dikembalikan ke posisi semula.
  • Warna kebiruan atau ungu pada kepala penis akibat kurangnya pasokan oksigen.
  • Kesulitan buang air kecil karena pembengkakan yang menekan uretra.

Jika mengalami gejala di atas, segera cari bantuan medis karena parafimosis yang tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan jaringan permanen.

Pencegahan Parafimosis

Parafimosis
Sumber gambar: Freepik

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah parafimosis meliputi:

1. Mengembalikan Kulup ke Posisi Semula Setelah Ditarik

Salah satu penyebab utama parafimosis adalah kelalaian dalam mengembalikan kulup ke posisi normal setelah ditarik. Kondisi ini sering terjadi setelah prosedur medis seperti pemasangan kateter atau pemeriksaan urologi, di mana tenaga medis menarik kulup ke belakang untuk mendapatkan akses ke uretra.

Jika kulup tidak dikembalikan ke posisi semula, pembengkakan dapat terjadi, menyebabkan penyempitan yang membuatnya sulit kembali ke posisi normal. Oleh karena itu, setelah setiap prosedur atau aktivitas yang melibatkan penarikan kulup, pastikan untuk segera mengembalikannya ke tempat semula guna mencegah terjadinya parafimosis.

Baca juga: 8 Penyakit Kelamin Pria: Jenis, Gejala, dan Pencegahan

2. Menjaga Kebersihan Penis

Kebersihan yang buruk dapat meningkatkan risiko infeksi dan peradangan di area genital, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pembengkakan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya parafimosis. Membersihkan penis secara rutin, terutama bagi pria yang belum menjalani sunat, sangat penting untuk mencegah penumpukan smegma, kotoran, dan bakteri di bawah kulup.

Mencuci penis dengan air hangat dan sabun lembut setiap hari dapat membantu menjaga kebersihan dan mengurangi risiko peradangan yang dapat memicu pembengkakan. Selain itu, setelah buang air kecil, penting untuk memastikan area genital tetap kering agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.

3. Hindari Trauma pada Penis

Cedera atau trauma pada penis dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan yang meningkatkan risiko terjadinya parafimosis. Trauma ini bisa terjadi akibat aktivitas seksual yang terlalu agresif, benturan saat berolahraga, atau penggunaan alat bantu seksual yang terlalu ketat.

Untuk mencegah risiko ini, penting untuk berhati-hati saat beraktivitas dan menggunakan pelindung genital saat melakukan olahraga yang berisiko. Jika mengalami cedera pada area genital, segera lakukan penanganan dengan mengompres bagian yang terkena dan menghindari tekanan berlebih untuk mencegah pembengkakan yang bisa memperburuk kondisi.

4. Pertimbangkan Sirkumsisi jika Perlu

Bagi pria yang mengalami parafimosis berulang atau memiliki kulup yang terlalu ketat, prosedur sirkumsisi (sunat) bisa menjadi solusi permanen untuk mencegah kondisi ini terjadi kembali. Sirkumsisi adalah prosedur medis yang melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh kulup penis, sehingga menghilangkan risiko kulup tersangkut dan tidak bisa dikembalikan ke posisi normal.

Selain mencegah parafimosis, sirkumsisi juga memiliki manfaat lain seperti mengurangi risiko infeksi saluran kemih, menurunkan risiko penyakit menular seksual, serta mempermudah kebersihan penis. Jika sering mengalami masalah dengan kulup yang sulit ditarik kembali atau mengalami infeksi berulang, berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkinan sirkumsisi bisa menjadi langkah pencegahan yang tepat.

Baca juga: Apakah Sunat Mempengaruhi Kesuburan Pria?

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung