Perjalanan seorang wanita dalam meraih impian menjadi seorang ibu sering kali penuh tantangan. Salah satu kisah yang menyentuh hati adalah perjuangan Fanny Kondoh, istri dari almarhum Papa Udon (CEO Marugame Udon Indonesia), yang berhasil menjalani program bayi tabung (IVF) di tengah kondisi suaminya yang telah divonis kanker stadium akhir. Kisahnya tidak hanya menggugah emosi, tetapi juga memberikan wawasan penting tentang program IVF dan berbagai tantangan medis yang menyertainya.
Mengidap PCOS dan Keinginan untuk Hamil
Fanny diketahui memiliki kondisi Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), sebuah gangguan hormonal yang dapat menyebabkan kesulitan ovulasi dan kesuburan. Namun, berkat perkembangan teknologi reproduksi, PCOS bukanlah penghalang mutlak bagi seorang wanita untuk bisa hamil. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengikuti program bayi tabung (IVF).
Sebelumnya, Fanny sempat mengalami kegagalan dalam program IVF. Namun, ketika suaminya divonis kanker dan diperkirakan hanya memiliki sisa hidup sekitar enam bulan, ia mendapatkan dorongan besar dari suaminya untuk kembali mencoba program bayi tabung. Sang suami ingin memastikan dan meyakinkan bahwa ada yang menjaga Fanny setelah dirinya tiada, dan mendukung penuh upayanya untuk menjadi seorang ibu.
Menjaga Kualitas Sperma saat Kanker
Salah satu tantangan terbesar dalam IVF kali ini adalah kondisi kesehatan suami Fanny. Kanker dan pengobatan yang dijalaninya berpotensi menurunkan kualitas sperma. Dalam situasi seperti ini, salah satu solusi medis yang bisa dilakukan adalah Sperm Freezing atau pembekuan sperma sebelum memulai pengobatan kanker.
Sperm Freezing merupakan langkah preventif yang memungkinkan pria untuk tetap memiliki kesempatan menjadi ayah meskipun menghadapi kondisi medis serius. Dengan teknologi ini, sperma yang masih dalam kondisi sehat dapat digunakan di kemudian hari untuk program kehamilan, termasuk melalui IVF.
Baca juga: Begini Cara Meningkatkan Kualitas Sperma Agar Cepat Hamil
Regulasi Embrio Transfer yang Ketat
Setelah melalui proses IVF, Fanny berhasil mendapatkan beberapa embrio. Namun, ada tantangan besar yang harus ia hadapi, regulasi Embrio Transfer di Indonesia mengharuskan suami dan istri masih dalam kondisi hidup dan/atau belum bercerai pada saat transfer embrio dilakukan. Dengan waktu yang semakin menipis, mereka harus segera melakukan Embrio Transfer sebelum kondisi suaminya semakin memburuk.
Beruntung, embrio dapat ditransfer tepat waktu, dan hasilnya pun positif. Fanny dinyatakan hamil. Namun, kebahagiaan tersebut bercampur dengan kesedihan, karena tak lama setelah itu, suaminya mengembuskan napas terakhir.
Pentingnya PGTA dalam IVF
Dalam proses IVF ini, Fanny memiliki lima embrio, namun hanya satu yang berkualitas baik. Sisanya memiliki risiko mengalami Down Syndrome. Untuk memastikan keberhasilan program kehamilan dan mengurangi risiko kelainan genetik pada bayi, Fanny melakukan Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGTA).
PGTA merupakan prosedur skrining genetik yang dilakukan sebelum embrio ditanamkan ke dalam rahim. Tes ini membantu mendeteksi kemungkinan kelainan kromosom yang dapat menyebabkan kondisi seperti Down Syndrome, sehingga meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan yang sehat. Prosedur ini sangat dianjurkan bagi pasangan yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti usia ibu yang lebih tua atau riwayat masalah genetik dalam keluarga.
Pelajaran Berharga dari Perjuangan Fanny Kondoh
Kisah Fanny Kondoh memberikan banyak pelajaran berharga bagi pasangan yang tengah berjuang mendapatkan keturunan, terutama bagi mereka yang menghadapi tantangan medis seperti PCOS atau kanker. Beberapa poin penting yang bisa dipetik dari perjalanan ini adalah:
- PCOS bukan akhir dari segalanya: Dengan bantuan teknologi reproduksi seperti IVF, wanita dengan PCOS tetap memiliki peluang untuk hamil.
- Pentingnya Sperm Freezing sebelum menjalani pengobatan kanker: Pria yang menghadapi kondisi medis serius tetap bisa memiliki anak dengan cara ini.
- Memahami regulasi terkait Embrio Transfer: Pasangan yang menjalani IVF harus mengetahui aturan yang berlaku agar tidak menghadapi kendala di kemudian hari.
- PGTA meningkatkan peluang kehamilan sehat: Skrining genetik embrio dapat membantu memastikan bayi lahir sehat dan mengurangi risiko kelainan genetik.
Perjuangan Fanny bukan hanya kisah tentang cinta dan keteguhan hati, tetapi juga bukti bahwa dengan ilmu dan teknologi medis yang tepat, harapan untuk memiliki anak tetap bisa diwujudkan, bahkan di tengah ujian hidup yang berat.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.