Warna sperma bisa menjadi petunjuk penting mengenai kondisi kesehatan reproduksi pria. Normalnya, sperma berwarna putih keabuan dan memiliki tekstur kental. Namun, ada kalanya cairan ini terlihat kekuningan, yang mungkin membuat beberapa Dads khawatir. Apakah sperma berwarna kuning menandakan masalah serius, atau bisa jadi variasi normal? Mari bahas lebih dalam berbagai penyebab sperma berwarna kuning, kapan […]
Warna sperma bisa menjadi petunjuk penting mengenai kondisi kesehatan reproduksi pria. Normalnya, sperma berwarna putih keabuan dan memiliki tekstur kental. Namun, ada kalanya cairan ini terlihat kekuningan, yang mungkin membuat beberapa Dads khawatir. Apakah sperma berwarna kuning menandakan masalah serius, atau bisa jadi variasi normal?
Mari bahas lebih dalam berbagai penyebab sperma berwarna kuning, kapan hal ini dianggap normal, dan kapan sebaiknya Dads memeriksakan diri ke dokter.
Baca juga: 4 Warna Sperma yang Sehat, Cari Tahu di Sini!
Apa Penyebab Sperma Berwarna Kuning?

Sumber gambar: iStock
Beberapa faktor bisa menyebabkan perubahan warna pada cairan ejakulasi. Berikut beberapa kemungkinan yang perlu Dads ketahui:
1. Adanya Sisa Urin
Salah satu penyebab paling umum sperma tampak kuning adalah tercampurnya urin ke dalam cairan semen saat ejakulasi. Urin mengandung pigmen urokrom yang berwarna kuning, sehingga bisa mengubah warna sperma. Ini umumnya tidak berbahaya dan bisa terjadi jika Dads ejakulasi segera setelah buang air kecil.
2. Konsumsi Makanan dan Suplemen Tertentu
Makanan tinggi pewarna alami seperti wortel (karoten), atau suplemen vitamin B kompleks dan multivitamin juga bisa membuat warna cairan tubuh, termasuk sperma, menjadi lebih kuning. Ini tergolong normal dan biasanya tidak disertai gejala lain.
Baca juga: Makanan & Minuman yang Dapat Membunuh Sperma dalam Rahim
3. Penuaan Sperma
Jika Dads tidak ejakulasi dalam waktu lama, cairan semen bisa teroksidasi dan berubah warna menjadi kuning karena lama tersimpan dalam vesikula seminalis. Ini juga termasuk kondisi fisiologis yang masih dalam batas wajar.
4. Infeksi atau Peradangan
Sperma kuning juga bisa menjadi tanda adanya infeksi saluran reproduksi, seperti prostatitis atau epididimitis. Warna kuning biasanya disebabkan oleh kehadiran sel darah putih (leukosit) atau nanah. Jika disertai gejala seperti nyeri saat ejakulasi, bau tidak sedap, atau demam, sebaiknya segera periksa ke dokter.
5. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Beberapa infeksi menular seksual, seperti gonore atau klamidia, dapat menyebabkan sperma berubah warna dan tekstur. Gejala lain yang menyertai bisa berupa nyeri buang air kecil, keputihan yang tidak biasa dari penis, dan rasa terbakar.
6. Iritasi pada Kelenjar Reproduksi
Paparan bahan kimia, racun, atau penggunaan produk pembersih yang kuat pada area genital bisa memicu iritasi dan peradangan. Kondisi ini bisa berdampak pada perubahan warna cairan semen.
Baca juga: Dampak Merokok terhadap Kesuburan Pria dan Wanita
Apakah Sperma Kuning Mempengaruhi Kesuburan?
Dalam sebagian besar kasus, sperma berwarna kuning tidak secara langsung memengaruhi kemampuan Dads untuk membuahi. Namun, jika warna kuning disebabkan oleh infeksi atau kadar leukosit tinggi (kondisi yang disebut leukospermia), hal ini bisa menurunkan kualitas sperma dan mobilitasnya, yang pada akhirnya memengaruhi kesuburan.
Jika Moms dan Dads sedang menjalani program hamil dan menemukan adanya perubahan warna sperma secara terus-menerus, sebaiknya lakukan pemeriksaan analisis sperma lengkap untuk mengetahui kualitas dan kuantitasnya.
Baca juga: Rekomendasi Makanan untuk Meningkatkan Kualitas Sperma
Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter?

Sumber gambar: iStock
Perubahan warna pada sperma sebaiknya tidak diabaikan jika:
-
Warna kuning disertai bau menyengat atau tidak sedap
-
Terjadi nyeri atau sensasi terbakar saat ejakulasi atau buang air kecil
-
Ditemukan bercak darah atau cairan kehijauan
-
Konsistensi sperma sangat encer atau sangat kental
-
Dads mengalami demam atau gejala infeksi lain
Dokter akan menganalisis sampel semen dan, jika perlu, melakukan kultur mikrobiologi atau pemeriksaan penunjang lainnya.
Cara Mengatasi Sperma Kuning
Beberapa tips untuk membantu mengatasi atau mencegah kondisi ini:
-
Hidrasi cukup – Kurang minum air bisa menyebabkan urin lebih pekat dan meningkatkan kemungkinan tercampur dalam cairan semen.
-
Kurangi makanan tinggi pigmen dan suplemen berlebihan – Jika penyebabnya adalah makanan atau suplemen, coba hentikan sementara dan lihat apakah warnanya kembali normal.
-
Hindari seks berisiko – Gunakan kondom dan hindari berganti-ganti pasangan untuk mencegah PMS.
-
Lakukan ejakulasi secara berkala – Ejakulasi rutin dapat membantu membuang sperma lama dan mencegah penumpukan oksidatif.
-
Periksakan diri ke dokter jika disertai gejala lain – Deteksi dini bisa mencegah komplikasi kesehatan jangka panjang.
Sperma berwarna kuning bisa jadi hanya variasi normal akibat pola makan, hidrasi, atau frekuensi ejakulasi. Namun, jika kondisi ini disertai gejala lain seperti nyeri, bau menyengat, atau perubahan konsistensi drastis, sebaiknya Dads tidak menunda untuk melakukan pemeriksaan medis.
Menjaga kebersihan organ intim, pola makan sehat, dan rutin periksa kesuburan sangat penting untuk mendukung kesehatan reproduksi secara menyeluruh.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Cleveland Clinic. “Yellow Semen”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.
- WebMD. “What to Know About Yellow Semen”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.
- Healthline. “Yellow Semen: Causes, Treatment, and When to See a Doctor”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.