Semua Artikel

Waspadai Polimenorea, Siklus Haid Terlalu Pendek

Hamzah
17 May 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Waspadai Polimenorea, Siklus Haid Terlalu Pendek

Siklus menstruasi yang datang terlalu sering bisa menjadi tanda bahwa tubuh sedang mengalami ketidakseimbangan. Polimenorea, suatu kondisi ketika haid terjadi lebih sering dari biasanya bukan hanya soal ketidaknyamanan, tapi juga bisa menjadi petunjuk adanya gangguan hormonal atau kondisi medis tertentu. Jika Moms merasakan haid yang datang kurang dari 21 hari sekali secara berulang, bisa jadi […]

Siklus menstruasi yang datang terlalu sering bisa menjadi tanda bahwa tubuh sedang mengalami ketidakseimbangan. Polimenorea, suatu kondisi ketika haid terjadi lebih sering dari biasanya bukan hanya soal ketidaknyamanan, tapi juga bisa menjadi petunjuk adanya gangguan hormonal atau kondisi medis tertentu. Jika Moms merasakan haid yang datang kurang dari 21 hari sekali secara berulang, bisa jadi inilah saatnya lebih mengenal apa itu polimenorea, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya.

Apa Itu Polimenorea?

Polimenorea adalah gangguan siklus menstruasi di mana seorang wanita mengalami menstruasi dengan jarak yang terlalu pendek, yaitu kurang dari 21 hari dari hari pertama haid sebelumnya. Dalam kondisi normal, siklus menstruasi berlangsung sekitar 21 hingga 35 hari, tergantung kondisi tubuh dan hormon masing-masing wanita.

Saat siklus berlangsung terlalu cepat, tubuh tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan proses hormonal secara optimal, yang bisa berdampak pada kesuburan dan kenyamanan tubuh secara umum.

Gejala Polimenorea

Polimenorea

Sumber gambar: iStock

Polimenorea dapat muncul dengan gejala yang bervariasi. Namun, beberapa tanda umum yang bisa Moms kenali antara lain:

1. Menstruasi yang Terlalu Sering

Salah satu gejala paling jelas dari polimenorea adalah menstruasi yang datang lebih sering dari siklus normal, yaitu kurang dari 21 hari. Jika Moms mengalami haid dua kali dalam sebulan secara berulang, hal ini patut menjadi perhatian.

Baca juga: Haid Tidak Teratur: Memahami Penyebab dan Solusinya

2. Volume Darah yang Lebih Banyak

Karena perdarahan terjadi lebih sering, tubuh secara otomatis akan kehilangan lebih banyak darah setiap bulannya. Akibatnya, Moms mungkin merasa lebih cepat lelah, lemas, hingga mengalami tanda-tanda anemia ringan.

3. Durasi Haid Normal atau Lebih Lama

Walaupun siklus haid lebih pendek, bukan berarti durasi menstruasi juga berkurang. Pada beberapa kasus, durasi haid tetap lima hingga tujuh hari atau bahkan bisa berlangsung lebih lama dari biasanya.

4. Gejala Pramenstruasi yang Lebih Intens

Dengan jarak antar siklus yang semakin pendek, gejala pramenstruasi seperti kram perut, nyeri payudara, mudah marah, dan perubahan suasana hati bisa dirasakan lebih sering dan lebih berat dari biasanya.

5. Gangguan Kesuburan

Polimenorea bisa memengaruhi proses ovulasi karena fase luteal, masa antara ovulasi dan menstruasi menjadi lebih pendek. Ini bisa menyebabkan sel telur tidak berkembang sempurna, sehingga peluang terjadinya kehamilan menurun.

Baca juga: Infertilitas: Gangguan Kesuburan yang Perlu Anda Pahami!

Penyebab Terjadinya Polimenorea

Polimenorea

Sumber gambar: Freepik

Polimenorea bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari hal yang bersifat hormonal hingga gangguan medis tertentu. Berikut beberapa penyebab yang umum:

1. Ketidakseimbangan Hormon

Salah satu penyebab paling umum dari polimenorea adalah ketidakseimbangan hormon, khususnya estrogen dan progesteron. Ketika kadar progesteron terlalu rendah atau estrogen terlalu tinggi, fase luteal yakni fase setelah ovulasi hingga menstruasi, dapat menjadi lebih pendek dari seharusnya. Akibatnya, menstruasi datang lebih cepat dari siklus normal dan dapat terjadi lebih dari sekali dalam sebulan. Ketidakseimbangan ini bisa bersifat sementara atau menjadi tanda dari kondisi seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), sehingga memerlukan evaluasi medis yang menyeluruh.

2. Masa Pubertas dan Pra-Menopause

Pada masa pubertas, tubuh remaja mengalami fluktuasi hormon yang bisa menyebabkan siklus haid belum stabil. Hal serupa juga terjadi saat menjelang menopause, di mana kadar hormon mulai menurun drastis dan memengaruhi pola menstruasi. Bagi Moms yang berada dalam dua fase transisi ini, siklus haid yang lebih pendek bisa jadi merupakan bagian dari proses alami tubuh. Namun, jika perubahan ini berlangsung lama atau disertai gejala lain yang mengganggu, sebaiknya tetap diperiksakan ke dokter.

Baca juga: Apakah Wanita yang Telah Menopause Dapat Subur Kembali?

3. Stres dan Gaya Hidup

Stres kronis, kurang tidur, pola makan yang tidak seimbang, atau aktivitas fisik berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hormon reproduksi. Hal ini dapat menyebabkan siklus menstruasi menjadi lebih pendek dari biasanya. Dads dan Moms yang sedang dalam tekanan berat secara emosional atau fisik mungkin akan mengalami perubahan siklus haid sebagai respon tubuh terhadap stres. Gaya hidup sehat sangat penting untuk menjaga kestabilan hormon dan mencegah gangguan seperti polimenorea.

4. Gangguan Tiroid

Kelenjar tiroid berperan penting dalam mengatur metabolisme dan siklus hormonal tubuh. Baik hipotiroidisme (fungsi tiroid rendah) maupun hipertiroidisme (fungsi tiroid berlebihan) dapat memengaruhi siklus menstruasi, termasuk memperpendeknya. Jika Moms mengalami gejala tambahan seperti kelelahan, penurunan berat badan, jantung berdebar, atau kulit kering, bisa jadi itu terkait dengan gangguan tiroid. Tes darah sederhana bisa membantu mendeteksi masalah ini secara akurat.

Baca juga: Apakah Penyakit Tiroid dapat Mempengaruhi Kesuburan

5. Penyakit Ginekologis

Beberapa kondisi medis seperti polip rahim, endometriosis, atau infeksi panggul dapat menyebabkan perdarahan tidak normal yang membuat siklus terlihat lebih pendek. Selain perubahan siklus, kondisi ini juga sering disertai dengan nyeri perut bawah, nyeri saat berhubungan, atau haid yang sangat berat. Jika Moms merasakan gejala tersebut bersamaan dengan frekuensi haid yang meningkat, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan. Deteksi dini akan membantu menentukan penyebab pasti dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

6. Efek Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti pil mini atau IUD hormonal juga bisa menyebabkan polimenorea, terutama pada masa awal pemakaian. Hormon sintetis dalam alat kontrasepsi bisa memengaruhi regulasi siklus alami tubuh. Pada sebagian Moms, kondisi ini bisa bersifat sementara dan akan membaik seiring adaptasi tubuh terhadap hormon. Namun jika siklus tetap terganggu dalam jangka panjang, perlu evaluasi apakah kontrasepsi tersebut sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing.

Cara Mengatasi Polimenorea

Menangani polimenorea harus disesuaikan dengan penyebabnya. Konsultasi ke dokter kandungan adalah langkah awal yang bijak, terutama jika kondisi ini sudah berlangsung lebih dari dua atau tiga bulan.

  • Evaluasi Hormon dan Pemeriksaan Medis: Dokter biasanya akan memeriksa kadar hormon melalui tes darah, serta melakukan USG panggul untuk melihat kondisi organ reproduksi secara menyeluruh.
  • Terapi Hormon: Jika penyebabnya adalah ketidakseimbangan hormon, dokter mungkin akan meresepkan terapi hormon seperti pil KB kombinasi untuk menstabilkan siklus.
  • Pengobatan Penyebab Dasar: Jika polimenorea disebabkan oleh masalah tiroid atau kondisi ginekologis lainnya, pengobatan akan difokuskan untuk menangani kondisi utama tersebut.
  • Manajemen Stres dan Gaya Hidup: Mengurangi stres, menjaga pola makan sehat, tidur cukup, dan berolahraga secara teratur bisa membantu menyeimbangkan hormon tubuh secara alami.
  • Pemantauan Siklus Menstruasi: Gunakan aplikasi atau kalender haid untuk mencatat tanggal menstruasi secara rutin. Ini membantu Moms mengenali pola yang tidak biasa dan memudahkan dokter dalam mengevaluasi kondisi.

Polimenorea bukan hanya sekadar menstruasi yang datang lebih cepat. Kondisi ini bisa menjadi indikator adanya gangguan hormon atau masalah kesehatan lainnya. Mengenali gejala, memahami penyebabnya, dan mengetahui cara mengatasi polimenorea adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan reproduksi secara keseluruhan. Bila Moms merasa siklus menstruasi tidak seperti biasanya, jangan ragu untuk mencari bantuan medis agar dapat memperoleh diagnosis dan perawatan yang tepat.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi:

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Kesehatan 5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

Admin
14 Nov 2025

Keputihan adalah cairan yang diproduksi secara alami oleh kelenjar di vagina dan serviks. Fungsi utamanya adalah menjaga kesehatan dengan membersihkan sel-sel mati dan bakteri dari area vagina. Namun, perubahan pada…

Selengkapnya
Kesehatan Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Hamzah
13 Nov 2025

Konsumsi gula berlebih dapat berdampak negatif pada kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Gula dalam jumlah tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormon, meningkatkan risiko resistensi insulin, serta berkontribusi terhadap peradangan dalam…

Selengkapnya
Kesehatan 5 Dampak Kekurangan Hormon Estrogen pada Kesehatan Wanita

5 Dampak Kekurangan Hormon Estrogen pada Kesehatan Wanita

Admin
08 Nov 2025

Kekurangan hormon estrogen bisa menimbulkan berbagai keluhan fisik dan emosional yang sering kali tidak disadari sejak awal. Baik Moms maupun Dads, penting untuk memahami bagaimana penurunan hormon ini bisa memengaruhi…

Selengkapnya