Jika Moms sedang menjalani program kehamilan atau memiliki keluhan terkait kesehatan reproduksi, penting untuk mengetahui berbagai kondisi yang dapat memengaruhi kesuburan, salah satunya adalah adhesi pelvis. Kondisi ini sering kali menjadi penghalang dalam perjalanan menuju kehamilan.
Adhesi pelvis adalah jaringan parut abnormal yang terbentuk di dalam atau sekitar organ panggul. Adhesi ini menyebabkan jaringan atau organ yang seharusnya terpisah menjadi saling menempel. Kondisi ini dapat memengaruhi rahim, saluran tuba falopi, ovarium, dan bahkan organ lain di rongga panggul.
Menurut penelitian, adhesi pelvis sering kali terjadi akibat proses inflamasi atau trauma, seperti operasi panggul atau infeksi. Adhesi ini dapat menjadi salah satu penyebab infertilitas karena mengganggu fungsi organ reproduksi. Adhesi pelvis tidak hanya berdampak pada kesuburan, tetapi juga dapat memicu nyeri kronis dan gangguan organ lainnya.
Baca juga: Infertilitas: Gangguan Kesuburan yang Perlu Anda Pahami!
Penyebab Adhesi Pelvis
1. Operasi Panggul atau Abdomen
Prosedur seperti operasi caesar, pengangkatan kista ovarium, atau histerektomi merupakan pemicu utama terbentuknya adhesi. Saat tubuh mengalami trauma akibat pembedahan, jaringan parut terbentuk sebagai bagian dari mekanisme penyembuhan. Sayangnya, jaringan ini terkadang menghubungkan organ-organ yang seharusnya terpisah, sehingga memengaruhi fungsi organ tersebut.
2. Endometriosis
Pada kondisi ini, jaringan yang menyerupai lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, seperti di ovarium, tuba falopi, atau rongga panggul. Peradangan kronis akibat endometriosis dapat merangsang pembentukan adhesi yang mengganggu mobilitas organ reproduksi. Adhesi yang dihasilkan sering kali berkontribusi pada rasa sakit dan kesulitan hamil.
3. Infeksi Panggul
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease/PID) yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti klamidia atau gonore, dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada jaringan sehat. Proses inflamasi yang berlangsung lama menciptakan adhesi di sekitar organ panggul, termasuk rahim dan saluran tuba falopi. Adhesi ini bisa mengakibatkan penyumbatan saluran tuba, sehingga mencegah pertemuan antara sel telur dan sperma.
4. Radiasi
Terapi radiasi yang diarahkan ke area panggul, terutama dalam pengobatan kanker, dapat merusak jaringan sehat di sekitar organ reproduksi. Kerusakan ini meningkatkan kemungkinan terbentuknya adhesi. Selain itu, proses penyembuhan jaringan yang terpapar radiasi cenderung memicu reaksi berlebihan, menghasilkan jaringan parut yang tebal dan kaku.
Gejala Adhesi Pelvis
Adhesi pelvis sering kali tidak menunjukkan gejala, tetapi dalam beberapa kasus, Moms mungkin mengalami:
- Nyeri panggul kronis, terutama selama menstruasi.
- Kesulitan hamil atau infertilitas.
- Nyeri saat berhubungan intim.
- Gangguan fungsi usus atau kandung kemih jika adhesi memengaruhi organ-organ tersebut.
Gejala ini sering kali tumpang tindih dengan kondisi lain, seperti endometriosis atau kista ovarium, sehingga diagnosis yang tepat sangat penting.
Baca juga: Nyeri Ovulasi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Bagaimana Adhesi Pelvis Bisa Mempengaruhi Kesuburan?
Adhesi pelvis dapat mengganggu kesuburan dengan cara:
- Menyumbat Saluran Tuba Falopi: Adhesi dapat menyebabkan saluran tuba falopi tersumbat, sehingga sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma. Ini adalah salah satu penyebab utama infertilitas pada wanita dengan adhesi pelvis.
- Mengubah Posisi Organ Reproduksi: Adhesi yang berat dapat menarik organ seperti ovarium atau rahim keluar dari posisi normalnya, mengganggu proses ovulasi dan implantasi. Posisi organ yang tidak ideal juga dapat memengaruhi siklus menstruasi dan menyebabkan rasa tidak nyaman.
- Meningkatkan Risiko Kehamilan Ektopik: Jika adhesi menyebabkan penyempitan tuba falopi, sel telur yang telah dibuahi mungkin tidak mencapai rahim, sehingga terjadi kehamilan ektopik. Kondisi ini dapat mengancam keselamatan Moms dan membutuhkan penanganan segera.
Baca juga: Mudah, Begini Cara Meningkatkan Kesuburan Wanita yang Perlu Anda Tahu
Diagnosa Adhesi Pelvis
Untuk mendiagnosis adhesi pelvis, dokter biasanya akan melakukan:
- Ultrasonografi (USG) Meskipun tidak secara langsung mendeteksi adhesi, USG dapat membantu mengevaluasi kondisi organ panggul dan mendeteksi adanya kelainan lain, seperti kista atau cairan di rongga panggul.
- Histerosalpingografi (HSG) Prosedur ini menggunakan cairan kontras untuk mengevaluasi saluran tuba falopi dan rahim. HSG sering kali digunakan pada evaluasi infertilitas dan dapat memberikan gambaran jika ada sumbatan atau kelainan struktur.
- Laparoskopi Prosedur ini adalah cara paling akurat untuk mendiagnosis adhesi. Dokter akan memasukkan kamera kecil melalui sayatan di perut untuk melihat langsung organ panggul. Selain sebagai alat diagnostik, laparoskopi juga dapat digunakan untuk pengobatan.
Penanganan Adhesi Pelvis
Adhesi pelvis dapat ditangani dengan beberapa cara tergantung pada tingkat keparahannya dan dampaknya terhadap kesuburan. Berikut adalah beberapa opsi:
1. Pengobatan Nyeri
Jika adhesi menyebabkan nyeri kronis, dokter mungkin akan meresepkan obat antiinflamasi atau pereda nyeri untuk membantu mengurangi gejala. Selain itu, terapi fisik seperti latihan peregangan khusus atau teknik relaksasi dapat membantu mengurangi ketegangan pada area panggul. Konsultasi dengan ahli fisioterapi juga dapat membantu menemukan metode yang tepat untuk mengatasi nyeri akibat adhesi.
2. Laparoskopi Adhesiolisis
Prosedur ini bertujuan untuk memotong atau menghilangkan adhesi, sehingga organ-organ dapat kembali berfungsi normal. Laparoskopi adalah metode yang minim invasif dengan risiko komplikasi yang lebih rendah dibandingkan operasi terbuka. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin menggunakan teknologi canggih seperti laser atau energi ultrasonik untuk memisahkan adhesi dengan presisi lebih tinggi, sehingga meminimalkan kerusakan jaringan sehat di sekitarnya.
3. In Vitro Fertization (IVF)
Jika adhesi terlalu berat atau sulit diatasi dengan operasi, IVF dapat menjadi solusi. Prosedur ini memungkinkan pembuahan terjadi di luar tubuh, sehingga menghindari hambatan akibat adhesi. Teknologi pendukung seperti embryo freezing (pembekuan embrio) juga dapat memberikan kesempatan lebih besar untuk keberhasilan kehamilan, terutama bagi Moms yang harus menjalani pengobatan lanjutan sebelum proses implantasi.
4. Pencegahan Pembentukan Adhesi Baru
Setelah operasi, dokter mungkin menggunakan agen penghalang adhesi, seperti gel atau cairan khusus, untuk mencegah pembentukan adhesi baru. Selain itu, teknik bedah yang minim trauma dan penggunaan bahan jahitan khusus juga dapat membantu mengurangi risiko pembentukan adhesi. Dokter juga biasanya akan merekomendasikan langkah-langkah pascaoperasi, seperti mobilisasi dini, untuk mempercepat pemulihan dan mengurangi kemungkinan pembentukan jaringan parut baru.
Pencegahan Adhesi Pelvis
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
- Menghindari infeksi panggul dengan menjaga kesehatan reproduksi dan menggunakan perlindungan saat berhubungan intim.
- Memilih teknik bedah yang minim invasif, seperti laparoskopi, untuk mengurangi risiko pembentukan adhesi.
- Mengikuti saran dokter setelah operasi untuk mendukung proses penyembuhan yang optimal.
Adhesi pelvis adalah kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hidup dan kesuburan Moms. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Moms mengalami gejala yang mencurigakan atau kesulitan hamil.
Apakah Moms mencari solusi untuk kesehatan reproduksi atau program kehamilan? Morula IVF Indonesia dapat membantu Moms dengan layanan konsultasi yang mendalam dan profesional. Dengan lebih dari 26 tahun pengalaman, Morula IVF Indonesia memiliki tim dokter spesialis yang terampil dan berkomitmen untuk mendukung Moms dalam perjalanan menuju kehamilan yang sehat. Morula IVF menawarkan pendekatan yang menyeluruh dan penuh perhatian. Untuk mengetahui lebih lanjut dan merencanakan konsultasi, Moms dapat mengunjungi situs web resmi Morula IVF atau menghubungi mereka langsung.
Referensi:
- PubMed. “Adhesions and Infertility”. (Diakses 6 Januari 2025).
- PMC. “Pelvic Adhesions and Their Management”. (Diakses 6 Januari 2025).
- NCBI. “Pelvic Adhesions”. (Diakses 6 Januari 2025).