Morula IVF

Bayi Lahir Mati (Stillbirth): Penyebab, Risiko, dan Pencegahannya

February 18, 2025

Bayi Lahir Mati (Stillbirth): Penyebab, Risiko, dan Pencegahannya

Bayi Lahir mati (stillbirth) adalah kondisi di mana janin meninggal dalam kandungan setelah usia kehamilan 20 minggu. Kondisi ini bisa terjadi tanpa gejala yang jelas dan merupakan salah satu pengalaman paling menyedihkan bagi Moms yang sedang menanti kelahiran buah hati.

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan bayi lahir mati, mulai dari gangguan plasenta, infeksi, hingga kondisi medis tertentu. Meskipun tidak semua kasus bisa dicegah, pemantauan kehamilan yang baik dapat membantu mengurangi risiko terjadinya bayi lahir mati. Berbeda dengan keguguran yang terjadi pada usia kehamilan lebih awal, bayi lahir mati dapat terjadi sebelum persalinan dimulai atau saat proses persalinan berlangsung.

Bayi lahir mati dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan usia kehamilan:

  • Awal: Terjadi pada usia kehamilan 20–27 minggu.
  • Menengah: Terjadi pada usia kehamilan 28–36 minggu.
  • Lanjut: Terjadi pada usia kehamilan di atas 37 minggu.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bayi lahir mati terjadi pada 1 dari 200 kehamilan secara global.

Penyebab Bayi Lahir Mati (Stillbirth)

Dalam beberapa kasus, penyebab pastinya sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor risiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini.

1. Masalah Plasenta

Plasenta memiliki peran vital dalam mengantarkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Jika terjadi gangguan pada plasenta, janin bisa mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi yang berdampak fatal. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah solusio plasenta, di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi lahir.

Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat pada ibu dan menghambat suplai oksigen ke janin. Selain itu, insufisiensi plasenta kondisi di mana plasenta tidak berfungsi dengan baik—dapat menghambat pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko bayi lahir mati, terutama pada kehamilan yang melebihi usia 40 minggu.

2. Infeksi Selama Kehamilan

Infeksi yang tidak terdeteksi atau tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk bayi lahir mati. Beberapa infeksi yang berbahaya bagi janin antara lain listeriosis, toksoplasmosis, dan infeksi saluran kemih.

Infeksi ini dapat menyebar melalui darah ibu ke janin, mengganggu perkembangan organ vital, atau menyebabkan peradangan pada plasenta. Risiko ini semakin tinggi jika infeksi terjadi pada trimester kedua atau ketiga, ketika sistem kekebalan tubuh janin masih belum berkembang sempurna untuk melawan infeksi.

3. Kelainan Genetik dan Cacat Lahir

Beberapa kasus bayi lahir mati disebabkan oleh kelainan genetik atau cacat lahir yang menghambat perkembangan normal janin. Kelainan kromosom seperti sindrom Turner atau trisomi 18 dapat mengakibatkan kegagalan organ penting dalam tubuh janin.

Selain itu, kondisi seperti cacat tabung saraf (misalnya spina bifida) juga dapat memengaruhi kemampuan janin untuk bertahan hidup di dalam kandungan. Dalam banyak kasus, kelainan ini dapat dideteksi melalui tes prenatal seperti USG, amniosentesis, atau tes darah ibu hamil.

Baca juga: Ini Cara Mencegah Bayi Lahir Cacat, Penting Bumil Ketahui

4. Tekanan Darah Tinggi dan Diabetes Gestasional

Penyakit seperti preeklamsia, hipertensi kronis, dan diabetes gestasional dapat meningkatkan risiko bayi lahir mati karena memengaruhi aliran darah ke janin. Preeklamsia menyebabkan penyempitan pembuluh darah, yang dapat membatasi suplai oksigen dan nutrisi ke janin.

Sementara itu, diabetes gestasional yang tidak terkontrol dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia) atau gangguan fungsi plasenta. Oleh karena itu, pemantauan ketat terhadap tekanan darah dan kadar gula darah selama kehamilan sangat penting untuk mencegah komplikasi ini.

Baca juga: Hipertensi pada Ibu Hamil: Jenis, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

5. Tali Pusat Terlilit

Dalam beberapa kasus, tali pusat yang terlilit atau terjepit dapat menyebabkan janin kekurangan oksigen secara tiba-tiba. Kompresi tali pusat yang parah dapat menghambat aliran darah dari plasenta ke janin, terutama jika tali pusat melilit leher bayi lebih dari satu kali.

Meskipun tali pusat yang melilit sering kali tidak berbahaya, dalam kondisi tertentu hal ini bisa menyebabkan detak jantung janin menurun secara drastis atau bahkan berhenti.

6. Kehamilan Lewat Waktu (Post-term Pregnancy)

Kehamilan lebih dari 42 minggu memiliki risiko lebih tinggi terhadap bayi lahir mati. Hal ini terjadi karena setelah usia kehamilan 40 minggu, fungsi plasenta mulai menurun, sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke janin menjadi kurang optimal.

Selain itu, volume cairan ketuban juga dapat berkurang, meningkatkan risiko tali pusat terjepit. Oleh karena itu, jika kehamilan sudah melewati usia 41 minggu, dokter biasanya akan merekomendasikan induksi persalinan untuk mengurangi risiko komplikasi ini.

7. Gaya Hidup dan Faktor Lingkungan

Beberapa kebiasaan tidak sehat selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir mati. Merokok, misalnya, dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah, mengurangi suplai oksigen ke janin, dan meningkatkan kemungkinan solusio plasenta.

Konsumsi alkohol dan narkoba seperti kokain atau heroin juga dapat memengaruhi perkembangan janin serta meningkatkan risiko bayi lahir mati akibat gangguan fungsi plasenta. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu hamil untuk menjalani pola hidup sehat dengan menghindari zat-zat berbahaya dan menjaga asupan nutrisi yang baik.

Tanda-Tanda Bahaya yang Harus Diperhatikan

Meskipun lahir mati sering terjadi secara tiba-tiba, ada beberapa tanda yang dapat Moms waspadai, seperti:

  • Penurunan gerakan janin atau janin tiba-tiba berhenti bergerak.
  • Pendarahan vagina yang tidak normal.
  • Nyeri perut atau kram yang intens.
  • Perubahan bentuk perut yang terlihat mengecil.

Cara Mencegah Bayi Lahir Mati

Meskipun tidak semua kasus dapat dicegah, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risikonya dan memastikan kehamilan berjalan dengan sehat.

1. Rutin Melakukan Kontrol Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan secara rutin sangat penting untuk mendeteksi kemungkinan masalah sejak dini. Melalui USG, tes darah, dan pemantauan detak jantung janin, dokter dapat menilai kondisi janin serta mengidentifikasi adanya risiko komplikasi seperti preeklamsia, diabetes gestasional, atau gangguan pertumbuhan janin. Semakin cepat masalah terdeteksi, semakin besar peluang untuk melakukan intervensi medis yang tepat guna menjaga kesehatan ibu dan bayi.

2. Menghitung Gerakan Janin

Mulai dari usia kehamilan 28 minggu, Moms disarankan untuk secara rutin menghitung gerakan janin setiap hari. Janin yang sehat biasanya memiliki pola gerakan yang konsisten.

Jika terjadi penurunan frekuensi gerakan atau janin berhenti bergerak dalam waktu yang lama, segera konsultasikan dengan dokter. Pemantauan ini penting karena perubahan pola gerakan janin bisa menjadi tanda bahwa bayi mengalami stres atau kekurangan oksigen di dalam kandungan.

Baca juga: Ini Gerakan Janin 6 Bulan yang Dapat Anda Rasakan

3. Menjaga Pola Makan Sehat

Nutrisi yang baik berperan penting dalam perkembangan janin dan kesehatan plasenta. Mengonsumsi makanan kaya protein, zat besi, asam folat, dan kalsium dapat membantu mengurangi risiko gangguan kehamilan yang bisa berujung pada bayi lahir mati.

Zat besi, misalnya, berperan dalam mencegah anemia yang dapat memengaruhi suplai oksigen ke janin. Selain itu, asam folat membantu mencegah cacat tabung saraf serta komplikasi lain yang dapat mengancam kehamilan.

4. Menghindari Faktor Risiko

Beberapa kebiasaan tidak sehat dapat meningkatkan risiko bayi lahir mati, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan obat-obatan tanpa resep dokter.

Nikotin dan zat kimia berbahaya lainnya dalam rokok dapat menyebabkan gangguan aliran darah ke plasenta, sementara alkohol dapat meningkatkan risiko kelainan bawaan pada bayi. Jika Moms memiliki kebiasaan tersebut sebelum hamil, segera hentikan dan konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan bantuan dalam menjaga kehamilan yang sehat.

5. Mengelola Penyakit Kronis

Jika Moms memiliki kondisi medis seperti diabetes, hipertensi, atau gangguan tiroid, penting untuk memastikan penyakit tersebut terkontrol dengan baik. Diabetes yang tidak terkendali, misalnya, dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang berlebihan atau meningkatkan risiko preeklamsia.

Begitu pula dengan hipertensi yang dapat menghambat aliran darah ke plasenta dan mempengaruhi suplai oksigen ke janin. Mengikuti anjuran dokter dalam mengelola kondisi kesehatan ini sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi yang dapat menyebabkan bayi lahir mati.

6. Tidur dalam Posisi yang Aman

Posisi tidur saat hamil juga memiliki peran penting dalam mencegah risiko bayi lahir mati, terutama di trimester ketiga. Tidur dengan posisi miring ke kiri lebih disarankan karena dapat meningkatkan aliran darah ke janin dan mencegah tekanan pada pembuluh darah utama.

Sebaliknya, tidur terlentang dapat menyebabkan tekanan pada vena cava inferior, pembuluh darah yang bertanggung jawab membawa darah kembali ke jantung, sehingga bisa mengurangi suplai oksigen ke bayi. Jika Moms sulit mempertahankan posisi miring, gunakan bantal tambahan di sekitar tubuh untuk memberikan kenyamanan.

Baca juga: Posisi Tidur Ibu Hamil: Panduan Lengkap untuk Kesehatan dan Kenyamanan

7. Memilih Waktu Persalinan yang Tepat

Jika kehamilan memasuki usia 41 minggu atau lebih, dokter mungkin akan menyarankan induksi persalinan. Ini karena setelah usia kehamilan 40 minggu, fungsi plasenta mulai menurun, yang dapat mempengaruhi suplai oksigen dan nutrisi ke janin.

Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat merekomendasikan persalinan lebih awal jika ditemukan tanda-tanda risiko, seperti gangguan pertumbuhan janin atau kadar cairan ketuban yang terlalu sedikit. Oleh karena itu, diskusikan dengan dokter mengenai waktu persalinan yang paling aman bagi Moms dan bayi.

Bayi lahir mati adalah kondisi menyedihkan yang dapat terjadi akibat berbagai faktor, termasuk gangguan plasenta, infeksi, atau kondisi medis ibu. Meskipun tidak semua kasus dapat dicegah, pemeriksaan kehamilan secara rutin, pemantauan gerakan janin, pola makan sehat, serta pengelolaan penyakit kronis dapat membantu mengurangi risiko. Jika Moms mengalami gejala yang mencurigakan selama kehamilan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung