Semua Artikel

Manfaat Delayed Cord Clamping dan Risikonya

Hamzah
21 Jun 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Manfaat Delayed Cord Clamping dan Risikonya

Delayed cord clamping (penundaan penjepitan tali pusat) adalah praktik yang makin banyak direkomendasikan oleh tenaga kesehatan, terutama dalam proses persalinan normal. Penundaan ini biasanya dilakukan sekitar 30 detik hingga 2 menit setelah bayi lahir, alih-alih langsung dijepit dan dipotong. Banyak penelitian menyebutkan bahwa prosedur ini memiliki manfaat besar bagi bayi baru lahir, terutama dalam hal […]

Delayed cord clamping (penundaan penjepitan tali pusat) adalah praktik yang makin banyak direkomendasikan oleh tenaga kesehatan, terutama dalam proses persalinan normal. Penundaan ini biasanya dilakukan sekitar 30 detik hingga 2 menit setelah bayi lahir, alih-alih langsung dijepit dan dipotong. Banyak penelitian menyebutkan bahwa prosedur ini memiliki manfaat besar bagi bayi baru lahir, terutama dalam hal peningkatan kadar zat besi dan volume darah. Tapi apakah ada risikonya? Yuk, kita bahas lengkap agar Moms dan Dads bisa memahami manfaat sekaligus potensi efek sampingnya.

Apa Itu Delayed Cord Clamping?

Delayed cord clamping (DCC) adalah praktik medis di mana penjepitan tali pusat bayi ditunda selama beberapa saat setelah proses persalinan. Selama masa tunggu ini, darah dari plasenta masih mengalir ke bayi, memberikan tambahan volume darah sekitar 30–50 persen lebih banyak dibandingkan jika dipotong langsung. Praktik ini direkomendasikan, terutama untuk bayi yang lahir cukup bulan maupun prematur, kecuali ada kondisi darurat medis.

Baca juga: Cara Merawat Tali Pusar Bayi Agar Cepat Kering dan Sehat

Manfaat Delayed Cord Clamping

Delayed Cord Clamping

Sumber gambar: iStock

1. Meningkatkan Cadangan Zat Besi

Salah satu manfaat utama dari delayed cord clamping adalah meningkatnya cadangan zat besi dalam tubuh bayi. Aliran darah tambahan dari plasenta mengandung sel darah merah yang kaya akan zat besi, sangat berguna untuk mencegah anemia selama bulan-bulan pertama kehidupan. Karena kebutuhan zat besi bayi sangat tinggi di awal kehidupan, DCC memberikan keuntungan alami, terutama ketika Moms hanya memberikan ASI eksklusif yang kandungan zat besinya terbatas. Dengan cadangan yang cukup, risiko gangguan perkembangan akibat kekurangan zat besi pun bisa ditekan.

2. Mendukung Transisi Sirkulasi Bayi

Saat bayi baru lahir, tubuhnya mengalami transisi besar dari kehidupan dalam rahim ke dunia luar. Delayed cord clamping memungkinkan proses ini berjalan lebih mulus karena aliran darah dari plasenta tetap mendukung sirkulasi bayi selama adaptasi. Aliran darah ini berperan penting untuk memaksimalkan fungsi jantung dan paru-paru bayi yang mulai bekerja sendiri. Dengan transisi yang stabil, risiko stres atau gangguan pernapasan awal pun bisa diminimalkan, memberikan awal kehidupan yang lebih sehat.

Baca juga: Gawat Janin: Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya

3. Memberikan Lebih Banyak Volume Darah

DCC memberikan tambahan volume darah yang cukup signifikan untuk bayi, sekitar 30% lebih banyak dibanding penjepitan tali pusat langsung. Tambahan ini berperan dalam menjaga tekanan darah tetap stabil serta meningkatkan distribusi oksigen dan nutrisi ke organ vital. Organ penting seperti otak dan paru-paru sangat terbantu dengan volume darah ekstra ini, terlebih bagi bayi yang lahir prematur. Kondisi ini juga mempercepat proses adaptasi metabolik bayi dalam jam-jam awal kehidupannya.

4. Mengurangi Risiko Transfusi

Manfaat lain yang sangat penting dari delayed cord clamping adalah menurunnya kebutuhan transfusi darah pada bayi prematur. Dengan meningkatnya kadar hemoglobin secara alami, bayi memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik tanpa perlu intervensi tambahan. Langkah ini juga berkontribusi menurunkan angka komplikasi pada bayi baru lahir yang sering kali membutuhkan pemantauan intensif. Dengan pendekatan alami ini, risiko efek samping dari prosedur medis tambahan pun bisa diminimalkan sejak awal.

Baca juga: Ketahui Ciri Bayi Prematur yang Sehat dan Cara Perawatannya

5. Transfer Sel Punca

Selama proses delayed cord clamping, darah yang masih mengalir dari tali pusat membawa serta banyak sel punca (stem cells). Sel punca ini memiliki peran penting dalam membangun sistem kekebalan tubuh bayi serta memperbaiki jaringan yang rusak. Sel punca juga mendukung proses regenerasi sel dan pembentukan organ-organ baru pada bayi yang baru lahir. Dengan kata lain, DCC tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga mendukung kesehatan bayi dalam jangka panjang.

Risiko atau Pertimbangan Medis

Delayed Cord Clamping

Sumber gambar: Freepik

1. Risiko Jaundice (Kuning pada Bayi)

Salah satu efek samping yang paling sering dibahas terkait delayed cord clamping adalah meningkatnya risiko jaundice atau kuning pada bayi. Ini disebabkan oleh tambahan sel darah merah dari plasenta yang meningkatkan kadar bilirubin dalam darah bayi setelah lahir. Walau sebagian besar kasus jaundice bersifat ringan dan dapat ditangani dengan fototerapi, kondisi ini tetap perlu dipantau secara ketat. Terutama jika Moms memiliki riwayat bayi kuning sebelumnya atau bayi lahir prematur, pemantauan kadar bilirubin harus menjadi bagian dari perawatan awal.

Baca juga: Ini Dia Penyebab Bayi Kuning dan Cara Mengatasinya

2. Kondisi Darurat

Dalam situasi darurat seperti bayi lahir dalam kondisi tidak menangis, sulit bernapas, atau membutuhkan resusitasi segera, maka delayed cord clamping tidak direkomendasikan. Prioritas utama dalam kondisi ini adalah menyelamatkan nyawa bayi melalui penanganan cepat dan tepat. DCC hanya bisa dilakukan jika bayi lahir dalam kondisi stabil. Oleh karena itu, keputusan untuk menunda penjepitan harus bersifat fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi klinis bayi sesaat setelah dilahirkan. Ini adalah area di mana kolaborasi antara Moms dan tenaga medis sangat krusial.

3. Tidak Direkomendasikan Saat Tali Pusat Pendek

Beberapa kelahiran terjadi dengan tali pusat yang sangat pendek, membuat gerakan bayi terbatas dan menyulitkan proses DCC. Dalam kasus seperti ini, penjepitan tali pusat lebih awal bisa jadi pilihan yang lebih aman dan nyaman bagi bayi maupun ibu. Selain itu, kondisi tali pusat yang abnormal atau adanya komplikasi pada plasenta, seperti solusio plasenta atau plasenta previa, juga bisa menjadi alasan medis untuk tidak melakukan DCC. Penilaian harus berdasarkan evaluasi menyeluruh dari tim medis saat persalinan.

Baca juga: Ketahui 5 Gangguan Plasenta pada Ibu Hamil

4. Gangguan pada Proses Pengumpulan Darah Tali Pusat

Jika Moms berencana untuk menyimpan atau mendonorkan darah tali pusat, delayed cord clamping bisa menjadi tantangan. Aliran darah yang tetap mengalir ke bayi akan mengurangi volume darah yang dapat dikumpulkan untuk keperluan penyimpanan sel punca. Dalam kasus ini, Moms perlu berdiskusi dengan dokter mengenai prioritas antara manfaat DCC dan tujuan penyimpanan darah tali pusat. Beberapa fasilitas kesehatan mungkin menawarkan solusi kompromi agar sebagian darah tetap bisa dikumpulkan tanpa mengabaikan manfaat DCC sepenuhnya.

Bagaimana Prosedur Ini Dilakukan?

Biasanya, setelah bayi lahir dan menangis, dokter atau bidan akan meletakkan bayi di dada Moms atau inkubator, lalu menunggu sekitar 30 detik hingga 2 menit sebelum menjepit dan memotong tali pusat. Saat menunggu, darah dari plasenta masih mengalir ke bayi secara alami. Waktu pastinya bisa berbeda tergantung kondisi bayi, jenis persalinan (normal atau caesar), dan protokol rumah sakit.

Baca juga: Kenali Lotus Birth dan Risiko yang Dapat Terjadi

Delayed cord clamping adalah prosedur sederhana dengan manfaat besar, terutama bagi bayi baru lahir yang cukup bulan maupun prematur. Praktik ini membantu menambah volume darah, meningkatkan kadar zat besi, dan memperkuat sistem imun bayi. Namun, seperti semua tindakan medis, tetap ada risiko yang perlu dipertimbangkan bersama dokter, terutama jika ada komplikasi persalinan. Komunikasi terbuka antara Moms, Dads, dan tenaga medis jadi kunci untuk menjalankan prosedur ini dengan aman dan maksimal.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi:

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Kesehatan 5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

Admin
14 Nov 2025

Keputihan adalah cairan yang diproduksi secara alami oleh kelenjar di vagina dan serviks. Fungsi utamanya adalah menjaga kesehatan dengan membersihkan sel-sel mati dan bakteri dari area vagina. Namun, perubahan pada…

Selengkapnya
Kesehatan Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Hamzah
13 Nov 2025

Konsumsi gula berlebih dapat berdampak negatif pada kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Gula dalam jumlah tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormon, meningkatkan risiko resistensi insulin, serta berkontribusi terhadap peradangan dalam…

Selengkapnya
Kesehatan 5 Dampak Kekurangan Hormon Estrogen pada Kesehatan Wanita

5 Dampak Kekurangan Hormon Estrogen pada Kesehatan Wanita

Admin
08 Nov 2025

Kekurangan hormon estrogen bisa menimbulkan berbagai keluhan fisik dan emosional yang sering kali tidak disadari sejak awal. Baik Moms maupun Dads, penting untuk memahami bagaimana penurunan hormon ini bisa memengaruhi…

Selengkapnya