Morula IVF

Film “Joy”: Kisah Nyata di Balik Inovasi IVF dalam Film Netflix

December 12, 2024

Film “Joy”: Kisah Nyata di Balik Inovasi IVF dalam Film Netflix

Dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan harapan dan impian, tidak ada yang lebih menyentuh hati daripada keinginan untuk memiliki anak. Film “Joy” yang baru dirilis di Netflix membawa kita pada perjalanan emosional yang mendalam, mengisahkan kisah nyata di balik salah satu inovasi medis yang revolusioner yaitu In Vitro Fertilization (IVF). Melalui sudut pandang para pionir yang berjuang melawan rintangan, film ini tidak hanya mengedukasi kita tentang proses IVF, tetapi juga menggugah perasaan kita tentang pengorbanan, dan harapan.

Film Joy
Sumber gambar: Netflix

Sinopsis Film

Film “Joy” mengisahkan perjalanan luar biasa dari tiga tokoh utama: Robert Edwards (James Norton), Patrick Steptoe (Bill Nighy), dan Jean Purdy (Thomasin Mckenzie). Mereka adalah ilmuwan yang berani, yang dengan tekad dan keberanian, berusaha mengubah dunia medis. Dalam suasana yang penuh tantangan pada tahun 1960-an dan 1970-an, mereka berjuang untuk mengembangkan teknik IVF, yang pada akhirnya akan memberikan harapan baru bagi pasangan yang berjuang untuk memiliki anak. Film ini menggambarkan momen-momen penuh ketegangan dan haru, saat mereka menghadapi penolakan dari masyarakat dan otoritas medis, tetapi tetap berpegang pada keyakinan bahwa mereka dapat membuat harapan baru.

Pengidap Endometriosis yang Tidak Putus Harapan

Jean Purdy adalah seorang wanita yang mengidap endometriosis. Endometriosis merupakan salah satu penyebab umum ketidaksuburan pada wanita. Jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim dapat mengganggu fungsi tuba falopi, ovulasi, dan proses implantasi embrio, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk hamil.

Kemudian, dia berkonsultasi dengan Steptoe, yang memberitahunya bahwa endometriosisnya parah dan dia tidak dapat membantunya. Pengetahuannya terhadap infertilitas inilah yang memotivasi Purdy untuk terus bekerja tanpa lelah membantu Edwards menemukan pengobatan.

Perjuangan wanita melawan endometriosis masih jauh dari kata selesai. Wanita masih harus melewati diagnosis yang sulit dan pilihan pengobatan yang terbatas. Namun, perubahan dimulai dengan kemauan, harapan dan dukungan satu sama lain.

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Reproduksi Wanita, Penting!

Jean Purdy Joy
Sumber gambar: Decider

Jean Purdy, Sosok yang Diabaikan Sejarah

Salah satu aspek paling menyentuh dari film ini adalah penekanan pada Jean Purdy, seorang ilmuwan yang seringkali terlupakan dalam sejarah IVF. Purdy bukan hanya seorang peneliti, dia adalah sosok yang memiliki empati di tengah ketidakpastian. Dia memberikan dukungan emosional kepada pasangan yang berjuang, mendengarkan cerita mereka, dan merasakan kesedihan serta harapan mereka. Melalui karakter Purdy, film ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap inovasi medis, ada manusia yang berjuang untuk memberikan harapan kepada orang lain. Ketika kita melihat perjuangannya, kita tidak hanya merasakan rasa hormat, tetapi juga keinginan untuk menghargai semua wanita yang telah berjuang dalam kesulitan.

Tantangan dan Stigma Buruk Bayi Tabung

Film ini dengan cerdas menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh tim ilmuwan. Mereka tidak hanya berjuang melawan batasan ilmiah, tetapi juga stigma sosial yang melekat pada teknologi reproduksi. Dalam satu momen yang sangat emosional, kita melihat bagaimana masyarakat saat itu menolak ide reproduksi yang dilakukan di luar tubuh, dengan banyak yang mempertanyakan moralitas dan etika dari teknologi ini. “Joy” berhasil menunjukkan betapa sulitnya perjuangan mereka, dan bagaimana keberanian untuk melawan stigma yang ada adalah bagian dari perjalanan menuju inovasi medis. Penonton tidak hanya menyaksikan perjuangan mereka, tetapi juga merasakan ketegangan dan harapan yang mengalir dalam setiap adegan.

Film Joy
Sumber gambar: Netflix

Munculnya Sebuah Harapan

Sejak kelahiran Louise Joy Brown, bayi IVF pertama di dunia, teknologi ini telah memberikan harapan baru bagi jutaan pasangan yang menghadapi kesulitan untuk memiliki anak. Film “Joy” tidak hanya memperlihatkan pencapaian ini, tetapi juga memberikan suara kepada mereka yang telah berjuang dengan masalah kesuburan. Melalui kisah yang diceritakan, penonton yang memiliki pengalaman pribadi dengan IVF sering kali merasa terhubung secara emosional. Mereka melihat diri mereka dalam perjuangan pada sebuah karakter, merasakan harapan dan ketidakpastian yang sama. Ini adalah momen-momen yang membuat kita merenung, mengingatkan kita bahwa di balik setiap angka statistik, ada kisah manusia yang penuh emosi.

“Joy” lebih dari sekadar film tentang teknologi medis. Namun, ini adalah penghormatan kepada para pionir yang berjuang untuk memberikan harapan kepada pasangan yang berjuang dengan kesuburan. Dengan mengangkat kisah nyata di balik IVF, film ini tidak hanya mengedukasi penonton tentang prosesnya tetapi juga menginspirasi generasi baru ilmuwan dan dokter untuk terus berinovasi dalam bidang kesehatan reproduksi. Setiap adegan film ini mengajak kita untuk merasakan cinta, harapan, dan ketekunan yang tak tergoyahkan.

Baca juga: Faktor Pendukung Keberhasilan Bayi Tabung yang Perlu Diketahui

Warisan Abadi Jean Purdy

Di balik senyum dan semangatnya, Jean Purdy menyimpan sebuah rahasia. Pada tahun 1980-an saat menjabat sebagai direktur Bourn Hall Clinic. selama 18 bulan, ia berjuang melawan kanker kulit melanoma maligna seorang diri, tanpa sepengetahuan rekan-rekannya, termasuk Robert Edwards. Di tengah perjuangan melawan penyakit mematikan, dedikasinya pada IVF tak pernah padam. Purdy bahkan rela meninggalkan kenyamanan rumah untuk tidur di loteng klinik demi memastikan keberlangsungan penelitiannya. Pada usia 39 tahun, ia menghembuskan napas terakhir, meninggalkan warisan 26 makalah ilmiah dan lebih dari 370 nyawa kecil yang lahir berkat IVF serta saat ini sudah lebih dari 12 juta bayi telah lahir melalui IVF. Kisahnya adalah bukti nyata bahwa cinta terhadap ilmu pengetahuan dan semangat kemanusiaan mampu mengalahkan segala rintangan.

Sejarah Bayi Tabung di Indonesia

Sejarah mencatat dalam dunia kedokteran reproduksi di Indonesia pada 2 Mei 1988, Nugroho Karyanto menjadi bayi tabung pertama yang lahir di Tanah Air. Kelahirannya adalah buah dari perjuangan panjang pasangan Markus asal Tasikmalaya yang selama ini mendambakan kehadiran seorang anak. Keberhasilan ini semakin diperkuat dengan kelahiran bayi tabung kembar perempuan, Melati, Suci, dan Lestari, pada 27 Maret 1989. Ketiga malaikat kecil ini merupakan anugerah terindah bagi pasangan Ali Widjaya dan Tjiany Lay Tj Hoen. Di balik kisah haru para orang tua ini, terdapat sosok inspiratif, Prof. Dr. dr. Sudraji Sumapraja, Sp.OG (K), yang dengan tekad kuat membantu mewujudkan mimpi mereka memiliki keturunan.

Keberhasilan kelahiran bayi tabung pertama di Indonesia menjadi tonggak sejarah yang menginspirasi banyak pasangan. Seiring perkembangan zaman, teknologi reproduksi terus mengalami inovasi. Morula IVF, sebagai klinik fertilitas terkemuka di Indonesia, melanjutkan warisan tersebut dengan menawarkan program bayi tabung yang telah terbukti efektif membantu pasangan mengatasi berbagai masalah infertilitas. Morula IVF menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis kandungan yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Moms & Dads dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung