Mendengar kabar kehamilan biasanya membawa kegembiraan, tapi bagaimana jika seorang wanita hamil lagi saat sudah dalam kondisi hamil? Fenomena ini dikenal sebagai superfetasi. Meskipun sangat jarang terjadi, memahami kondisi ini penting untuk memperluas wawasan, terutama bagi Moms dan Dads yang sedang merencanakan atau menjalani kehamilan. Superfetasi membawa keunikan tersendiri dalam dunia medis, dan mengetahui fakta-faktanya […]
Mendengar kabar kehamilan biasanya membawa kegembiraan, tapi bagaimana jika seorang wanita hamil lagi saat sudah dalam kondisi hamil? Fenomena ini dikenal sebagai superfetasi. Meskipun sangat jarang terjadi, memahami kondisi ini penting untuk memperluas wawasan, terutama bagi Moms dan Dads yang sedang merencanakan atau menjalani kehamilan. Superfetasi membawa keunikan tersendiri dalam dunia medis, dan mengetahui fakta-faktanya bisa membantu mengenali tanda-tanda khusus jika sewaktu-waktu terjadi.
Apa Itu Superfetasi?
Superfetasi adalah kondisi ketika seorang wanita mengalami pembuahan dan kehamilan baru saat sudah mengandung. Ini berarti ada dua janin di dalam rahim dengan usia kehamilan yang berbeda. Secara normal, begitu seorang wanita hamil, tubuhnya berhenti berovulasi berkat perubahan hormon. Tapi pada superfetasi, ovulasi terjadi lagi, disusul pembuahan dan implantasi embrio kedua.
Kondisi kehamilan superfetasi sangat langka karena:
- Ovulasi harus terjadi lagi setelah kehamilan dimulai
- Sperma harus berhasil membuahi sel telur kedua
- Embrio baru harus bisa menempel di rahim yang sudah berubah karena kehamilan
Penyebab dan Faktor Risiko

Sumber gambar: iStock
Peneliti belum menemukan penyebab pasti mengapa superfetasi bisa terjadi, tapi beberapa faktor yang mungkin berkontribusi:
1. Kadar Hormon Tidak Stabil
Salah satu penyebab superfetasi yang diduga adalah ketidakseimbangan hormon kehamilan, terutama progesteron. Biasanya, kadar progesteron yang meningkat setelah pembuahan pertama akan menghentikan ovulasi lebih lanjut. Namun, dalam kasus tertentu, fluktuasi hormon bisa membuat tubuh Moms tetap melepaskan sel telur baru, sehingga memungkinkan terjadinya pembuahan kedua.
Kondisi ini sangat jarang, tetapi penting bagi Moms untuk memahami bahwa ketidakstabilan hormon dapat membuka peluang superfetasi. Dengan memahami gejalanya lebih dini, seperti kehamilan yang menunjukkan perkembangan janin yang tidak seimbang, deteksi dan pengelolaan dapat dilakukan lebih cepat melalui pemeriksaan ultrasonografi dan konsultasi medis rutin.
Baca juga: Ini 6 Jenis Hormon Kehamilan yang Wajib Diketahui
2. Teknologi Reproduksi Berbantu
Dalam dunia medis modern, teknologi reproduksi berbantu seperti bayi tabung (IVF) atau inseminasi buatan kadang-kadang dikaitkan dengan kasus superfetasi. Walaupun kejadiannya tetap sangat langka, manipulasi hormonal dan prosedur transfer embrio yang dilakukan bisa secara tidak sengaja menciptakan kondisi di mana lebih dari satu implantasi terjadi dalam rentang waktu berbeda.
Bagi Moms yang menjalani program kehamilan berbantu, penting untuk memahami semua potensi risiko, termasuk kemungkinan superfetasi. Pemantauan ketat oleh dokter kandungan dan evaluasi rutin melalui USG bisa membantu mendeteksi adanya kehamilan ganda yang tidak biasa sejak dini, sehingga pengelolaan medis bisa lebih optimal.
3. Perubahan Fisiologi Unik
Beberapa Moms memiliki kondisi anatomi atau perubahan fisiologi rahim yang memungkinkan terjadinya implantasi janin lebih dari sekali. Misalnya, adanya dua rahim (uterus didelphys) atau ketidakteraturan struktur rahim lainnya bisa memberikan ruang bagi superfetasi untuk terjadi meskipun sangat jarang.
Kondisi-kondisi unik ini umumnya hanya terdeteksi setelah pemeriksaan lanjutan atau saat terjadi ketidaknormalan dalam perkembangan kehamilan. Jika ada riwayat masalah anatomi rahim atau kehamilan yang tidak biasa, Moms disarankan untuk menjalani pemantauan ekstra ketat agar setiap perubahan bisa segera diketahui dan ditangani dengan tepat.
Baca juga: 5 Perubahan Fisiologis Kehamilan Pada Wanita Mengandung
Gejala dan Cara Mendeteksi Superfetasi
Superfetasi sering kali sulit dikenali karena gejalanya hampir tidak berbeda dari kehamilan biasa. Biasanya, Moms tidak merasakan sesuatu yang aneh atau berbeda dari kehamilan tunggal atau kembar pada umumnya. Namun, dokter bisa mulai mencurigai adanya superfetasi jika ditemukan perbedaan mencolok dalam ukuran atau tingkat perkembangan kedua janin saat pemeriksaan rutin.
Deteksi superfetasi biasanya terjadi melalui USG kehamilan. Jika jadwal USG menunjukkan bahwa ada dua janin dengan usia kehamilan yang tidak sama, misalnya salah satu janin tampak jauh lebih muda dibandingkan janin lainnya, maka dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Selain itu, jika Moms memiliki riwayat fertilisasi yang tidak biasa atau menjalani prosedur medis seperti inseminasi buatan, dokter akan semakin waspada terhadap kemungkinan superfetasi. Pemeriksaan lanjutan seperti USG serial atau MRI janin mungkin disarankan untuk memastikan diagnosis ini secara lebih akurat.
Dampak Superfetasi pada Kehamilan dan Persalinan

Sumber gambar: iStock
Beberapa potensi tantangan dalam kehamilan superfetasi:
1. Risiko Prematuritas
Dalam kasus superfetasi, risiko kelahiran prematur menjadi lebih tinggi karena kedua janin harus dilahirkan pada waktu bersamaan. Padahal, janin yang lebih muda belum tentu cukup matang untuk dilahirkan. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi lahir sebelum waktunya, sehingga rentan terhadap berbagai komplikasi kesehatan seperti gangguan pernapasan atau berat badan lahir rendah.
2. Komplikasi Persalinan
Perbedaan usia kehamilan antara kedua janin dalam superfetasi dapat membuat proses persalinan menjadi lebih kompleks. Janin yang lebih muda mungkin belum siap secara fisiologis untuk dilahirkan, sementara janin yang lebih tua sudah siap, sehingga dokter harus mempertimbangkan banyak faktor sebelum menentukan metode persalinan yang aman.
Baca juga: Komplikasi Persalinan yang Perlu Ibu Ketahui
3. Kebutuhan Perawatan Neonatal Khusus
Bayi yang lebih muda dalam kasus superfetasi kemungkinan besar membutuhkan perawatan neonatal intensif setelah lahir. Hal ini dikarenakan organ tubuhnya, seperti paru-paru dan sistem kekebalan, mungkin belum berkembang sempurna sehingga memerlukan dukungan medis khusus di unit NICU.
Apakah Superfetasi Sama dengan Kehamilan Kembar?
Meskipun superfetasi dan kehamilan kembar terlihat serupa karena adanya dua janin dalam rahim, sebenarnya keduanya sangat berbeda. Pada kehamilan kembar biasa, kedua janin berasal dari satu siklus ovulasi, baik melalui pembelahan satu sel telur menjadi dua (kembar identik) atau dari dua sel telur yang dibuahi secara bersamaan (kembar fraternal). Karena berasal dari satu siklus, usia kehamilan dan tahapan perkembangan kedua janin ini biasanya sama.
Sementara itu, dalam kasus superfetasi, terjadi dua ovulasi di waktu yang berbeda, sehingga pembuahan juga terjadi di waktu terpisah. Akibatnya, usia kehamilan kedua janin ini tidak sama, dan perkembangan masing-masing bayi pun berbeda saat dalam kandungan. Kondisi ini membuat penanganan kehamilan superfetasi menjadi lebih menantang bagi Moms dan tim medis, karena perbedaan usia janin harus dipertimbangkan dalam perencanaan persalinan dan perawatan setelah lahir.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Cleveland Clinic. “Superfetation”. Diakses 21 April 2025.
- Healthline. “Superfetation”. Diakses 21 April 2025.
- BabyCenter. “Strange but true: Getting pregnant when you’re already pregnant”. Diakses 21 April 2025.
- PubMed. “Superfetation: Myth or Reality?”. Diakses 21 April 2025.