Mengalami keguguran satu kali sudah cukup menyakitkan, apalagi jika terjadi berulang. Banyak Moms dan Dads yang bertanya-tanya “Apa penyebabnya?” Jawabannya bisa sangat kompleks, karena keguguran berulang bisa dipicu oleh banyak faktor medis maupun nonmedis. Mengetahui penyebabnya adalah langkah penting agar bisa menentukan penanganan yang tepat untuk kehamilan selanjutnya.
Apa Itu Keguguran Berulang?
Keguguran berulang atau recurrent pregnancy loss (RPL) didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan sebanyak dua kali atau lebih secara berturut-turut sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Kondisi ini memengaruhi sekitar 1% pasangan yang sedang mencoba memiliki anak, dan sering kali menimbulkan tekanan emosional yang cukup berat.
- Luteinizing Hormone (Hormon Pelutein) - Hormon LH: Fungsi dan Peran Pentingnya dalam Tubuh
- Hiperprolaktinemia: Penyebab, Gejala, dan Perawatan
- Ciri Menopause Dini: Kenali Tanda-Tanda dan Cara Menghadapinya
- Simak 7 Makanan Untuk Memperbanyak Sel Telur yang Efektif
- Bicornuate Uterus, Kelainan Bentuk Rahim dan Apa Dampaknya?
Faktor Penyebab Keguguran Berulang

Tidak semua penyebab keguguran bisa diketahui dengan pasti. Namun, penelitian dan pengalaman klinis mengelompokkan beberapa faktor risiko yang paling umum, antara lain:
1. Kelainan Genetik atau Kromosom
Sekitar 50-60% keguguran trimester pertama disebabkan oleh kelainan genetik pada embrio. Ketika jumlah kromosom tidak sesuai (misalnya terlalu banyak atau terlalu sedikit), tubuh secara alami menghentikan proses kehamilan.
Dalam beberapa kasus, Moms atau Dads bisa menjadi pembawa kelainan kromosom bawaan seperti translokasi seimbang, yang tidak berdampak langsung pada kesehatan mereka tetapi bisa memengaruhi janin.
2. Masalah Anatomi Rahim
Kelainan bentuk rahim seperti rahim septum, uterus bicornuate, atau adanya polip serta fibroid bisa mengganggu implantasi dan pertumbuhan embrio. Dalam beberapa kasus, dinding rahim terlalu tipis atau aliran darah ke rahim tidak optimal.
Baca juga: Infeksi Rahim: Penyebab, Gejala, dan Dampaknya
3. Gangguan Imunologis
Kondisi autoimun seperti sindrom antifosfolipid (APS) menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan normal termasuk plasenta. APS diketahui sebagai salah satu penyebab keguguran berulang yang bisa didiagnosis dan diobati.
4. Gangguan Hormon
Masalah pada hormon progesteron, tiroid (hipotiroidisme), atau sindrom ovarium polikistik (PCOS) bisa membuat rahim tidak mendukung kehamilan. Ketidakseimbangan hormonal juga dapat mengganggu ovulasi dan fase luteal.
Baca juga: Pengobatan PCOS Berdasarkan Cara Dokter Hingga Alami
5. Masalah Pembekuan Darah
Selain APS, beberapa kondisi trombofilia seperti Factor V Leiden atau prothrombin gene mutation dapat meningkatkan risiko pembekuan darah di plasenta, yang berdampak pada pertumbuhan janin dan menyebabkan keguguran.
6. Infeksi
Infeksi parah pada rahim (misalnya listeriosis, toxoplasmosis, atau cytomegalovirus) bisa memengaruhi janin. Namun, ini lebih jarang menjadi penyebab utama keguguran berulang kecuali infeksi terjadi di waktu yang sangat dini.
Baca juga: Apakah Infeksi Saluran Kemih (ISK) Membuat Sulit Hamil?
7. Gaya Hidup dan Lingkungan
Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, obesitas, stres berlebihan, serta paparan zat kimia berbahaya dapat meningkatkan risiko kehilangan kehamilan. Nutrisi yang buruk juga berkontribusi terhadap kualitas sel telur dan sperma.
8. Usia Ibu
Kesuburan wanita mulai menurun setelah usia 35 tahun, dan risiko keguguran meningkat secara signifikan setelah usia 40. Hal ini terkait dengan penurunan kualitas sel telur dan peningkatan kemungkinan kelainan kromosom.
Baca juga: Kapan Usia Subur Wanita? Simak Disini Secara Mendalam
Diagnosis dan Pemeriksaan
Jika Moms telah mengalami dua atau lebih keguguran, dokter biasanya akan menyarankan serangkaian tes, seperti:
-
Tes genetik (kariotipe) untuk pasangan
-
Pemeriksaan anatomi rahim dengan USG 3D atau histeroskopi
-
Tes hormon tiroid, progesteron, dan lainnya
-
Pemeriksaan antibodi antifosfolipid
-
Evaluasi pembekuan darah
Melalui pemeriksaan menyeluruh, penyebab bisa diidentifikasi pada lebih dari 50% kasus, dan ini menjadi kunci utama dalam menyusun rencana kehamilan selanjutnya.
Bisakah Keguguran Berulang Dicegah?
Kabar baiknya, sebagian besar Moms dengan riwayat keguguran berulang masih memiliki peluang tinggi untuk melahirkan bayi sehat, apalagi jika penyebabnya diketahui dan ditangani.
Berikut beberapa pendekatan yang bisa membantu:
-
Terapi hormon progesteron untuk mendukung fase luteal
-
Aspirin dosis rendah dan heparin untuk kasus APS atau trombofilia
-
Operasi korektif pada kelainan bentuk rahim
-
Konseling genetik dan IVF dengan PGTA (preimplantation genetic testing for aneuploidy) bagi pasangan dengan kelainan kromosom
-
Menjaga berat badan ideal, berhenti merokok, serta mengelola stres secara efektif
Keguguran berulang adalah kondisi yang kompleks, namun bukan tanpa harapan. Dengan diagnosis yang tepat dan perawatan yang disesuaikan, banyak Moms tetap bisa melanjutkan kehamilan hingga persalinan yang sehat. Penting bagi Moms dan Dads untuk tetap saling mendukung dan mencari bantuan medis jika mengalami lebih dari satu keguguran secara berurutan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- NCBI. “Recurrent Pregnancy Loss”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.
- Yale Medicine. “Recurrent Pregnancy Loss”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.
- Miscarriage Association. “Causes of Recurrent Miscarriage”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.
- Medscape. “Recurrent Pregnancy Loss”. Tanggal Akses 19 Juni 2025.