Morula IVF

Retensi Plasenta: Penyebab, Risiko, dan Penanganannya

March 19, 2025

Retensi Plasenta: Penyebab, Risiko, dan Penanganannya

Retensi plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau sebagian dari jaringan plasenta tetap berada di dalam rahim setelah persalinan. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti perdarahan postpartum dan infeksi, jika tidak segera ditangani. Retensi plasenta dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk kontraksi rahim yang lemah atau plasenta yang menempel terlalu dalam pada dinding rahim.

Plasenta merupakan organ yang berfungsi untuk memberikan nutrisi dan oksigen kepada janin selama kehamilan. Setelah bayi lahir, plasenta biasanya akan dikeluarkan dalam tahap ketiga persalinan. Namun, dalam beberapa kasus, plasenta tidak dapat dikeluarkan sepenuhnya dalam waktu 30–60 menit setelah melahirkan, yang dikenal sebagai retensi plasenta (retained placenta).

Kondisi ini lebih sering terjadi pada persalinan prematur, induksi persalinan, atau jika terdapat gangguan pada kontraksi rahim. Jika tidak segera ditangani, retensi plasenta dapat menyebabkan infeksi dan perdarahan yang mengancam jiwa. Oleh karena itu, Moms perlu mengenali tanda-tandanya serta memahami cara mencegah dan mengatasinya.

Penyebab Retensi Plasenta

janin
Sumber gambar: Freepik

Retensi plasenta dapat terjadi karena beberapa faktor berikut:

1. Plasenta Adherens

Kondisi ini terjadi ketika rahim tidak berkontraksi dengan cukup kuat untuk melepaskan plasenta sepenuhnya. Akibatnya, plasenta tetap melekat di dinding rahim.

2. Plasenta Akreta, Inkreta, dan Perkreta

Pada kondisi ini, plasenta menempel lebih dalam pada dinding rahim. Plasenta akreta melekat hingga lapisan otot rahim, sementara plasenta inkreta dan perkreta menembus lebih dalam hingga ke organ sekitar rahim.

Baca juga: Ketahui 5 Gangguan Plasenta pada Ibu Hamil

3. Plasenta Terjebak

Terkadang, plasenta sudah terlepas dari dinding rahim, tetapi tidak dapat keluar karena leher rahim menutup terlalu cepat sebelum plasenta dikeluarkan sepenuhnya.

4. Kontraksi Rahim yang Lemah

Jika rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah persalinan, plasenta bisa tetap berada di dalam rahim. Faktor risiko seperti persalinan yang berlangsung lama atau obat-obatan tertentu bisa menyebabkan kondisi ini.

Baca juga: Mengapa Usia Kandungan Sudah Tua, tetapi Belum Kontraksi?

Gejala Retensi Plasenta

Moms perlu waspada jika mengalami gejala berikut setelah melahirkan:

  • Perdarahan berlebihan atau perdarahan yang tidak berhenti setelah persalinan.
  • Nyeri hebat atau kram perut yang tidak kunjung reda.
  • Demam atau gejala infeksi, seperti menggigil dan kelelahan.
  • Bau tidak sedap dari cairan yang keluar dari vagina.
  • Tidak ada tanda-tanda keluarnya plasenta setelah bayi lahir.

Jika mengalami gejala-gejala ini, segera periksakan diri ke tenaga medis untuk penanganan lebih lanjut.

Dampak Retensi Plasenta

Gangguan Plasenta
Sumber gambar: Freepik

Jika tidak segera diatasi, retensi plasenta dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:

  • Perdarahan Postpartum: Plasenta yang tertahan di dalam rahim bisa menghambat kontraksi rahim, yang berisiko menyebabkan perdarahan hebat (postpartum hemorrhage).
  • Infeksi Rahim: Jaringan plasenta yang tertahan dalam rahim dapat membusuk dan menyebabkan infeksi serius, seperti endometritis.
  • Gangguan Kesuburan: Jika terjadi infeksi parah, retensi plasenta dapat menyebabkan jaringan parut di dalam rahim (Asherman’s syndrome), yang dapat berdampak pada kesuburan dan meningkatkan risiko keguguran di kehamilan berikutnya.

Cara Mengatasi Retensi Plasenta

Penanganan retensi plasenta tergantung pada kondisi pasien dan penyebabnya. Berikut beberapa metode yang biasanya digunakan:

1. Manajemen Medik

Dokter mungkin akan memberikan obat seperti oksitosin untuk membantu rahim berkontraksi dan mendorong keluarnya plasenta.

2. Teknik Manual

Jika plasenta tidak keluar dengan sendirinya, dokter bisa melakukan tindakan manual dengan memasukkan tangan ke dalam rahim untuk melepaskan dan mengeluarkan plasenta.

3. Kuretase

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin perlu melakukan kuretase untuk mengangkat sisa plasenta yang masih tertinggal di dalam rahim guna mencegah perdarahan dan infeksi.

4. Histerektomi (Pengangkatan Rahim)

Jika terjadi komplikasi serius, seperti plasenta akreta yang menyebabkan perdarahan hebat, dokter mungkin akan menyarankan histerektomi sebagai langkah terakhir.

Baca juga: 8 Ciri-Ciri Rahim Tidak Sehat yang Perlu Diwaspadai

Pencegahan Retensi Plasenta

Beberapa cara untuk mengurangi risiko retensi plasenta meliputi:

  • Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi faktor risiko lebih awal.
  • Menjaga pola hidup sehat agar otot rahim tetap kuat untuk berkontraksi dengan baik.
  • Memastikan proses persalinan berjalan dengan baik dengan pengawasan tenaga medis yang berpengalaman.
  • Melakukan tindakan aktif setelah persalinan dengan bantuan tenaga medis untuk mencegah retensi plasenta.

Retensi plasenta adalah kondisi serius yang terjadi ketika plasenta tidak keluar sepenuhnya setelah melahirkan. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kontraksi rahim yang lemah hingga kelainan plasenta seperti plasenta akreta. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan hebat, infeksi, hingga gangguan kesuburan.

Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk mengenali gejalanya dan segera mencari pertolongan medis jika mengalami tanda-tanda retensi plasenta. Dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin dan persalinan yang terpantau dengan baik, risiko retensi plasenta dapat diminimalkan.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung