Sifilis adalah penyakit menular seksual yang sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, namun bisa berdampak serius jika tidak segera ditangani. Salah satu dampaknya yang jarang dibahas adalah pengaruhnya terhadap kesuburan, baik pada Moms maupun Dads. Mengetahui gejala, penyebab, dan cara pengobatannya dapat membantu pencegahan dan mempercepat penanganan sejak dini. Apa Itu Sifilis? Sifilis […]
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, namun bisa berdampak serius jika tidak segera ditangani. Salah satu dampaknya yang jarang dibahas adalah pengaruhnya terhadap kesuburan, baik pada Moms maupun Dads. Mengetahui gejala, penyebab, dan cara pengobatannya dapat membantu pencegahan dan mempercepat penanganan sejak dini.
Apa Itu Sifilis?
Sifilis adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit ini ditularkan terutama melalui hubungan seksual, baik vaginal, anal, maupun oral, dari orang yang terinfeksi. Sifilis juga bisa menular dari ibu ke janin selama kehamilan, yang dikenal sebagai sifilis kongenital. Penyakit ini memiliki beberapa tahapan dan setiap tahap memiliki karakteristik serta risiko yang berbeda.
Penyebab dan Cara Penularan
Infeksi sifilis terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil di kulit atau selaput lendir. Berikut ini beberapa penyebab umum penularannya:
-
Kontak langsung dengan luka sifilis saat berhubungan seksual.
-
Berbagi alat bantu seks tanpa disterilkan.
-
Penularan dari ibu ke bayi selama masa kehamilan.
-
Dalam kasus sangat jarang, bisa melalui transfusi darah (meski kini sudah sangat dikontrol).
Sifilis tidak menyebar melalui dudukan toilet, kolam renang, atau berbagi alat makan.
Baca juga: Infeksi Menular Seksual: Panduan Lengkap untuk Kesehatan dan Pencegahan
Gejala Sifilis Berdasarkan Tahapan

Sumber gambar: iStock
Sifilis berkembang dalam empat tahap: primer, sekunder, laten, dan tersier. Masing-masing tahap memiliki gejala yang berbeda dan bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
1. Tahap Primer
Gejala awal sifilis biasanya muncul dalam bentuk luka kecil tanpa rasa sakit yang dikenal sebagai chancre. Luka ini sering kali muncul di area genital, anus, atau mulut, tergantung dari area kontak seksual dengan bakteri. Karena tidak nyeri dan bisa muncul hanya satu buah, banyak penderita tidak menyadari keberadaannya dan mengabaikannya begitu saja.
Meskipun luka chancre bisa sembuh sendiri dalam waktu 3–6 minggu tanpa pengobatan, bakteri penyebab sifilis tetap aktif di dalam tubuh. Jika tidak ditangani secara medis, infeksi akan terus berkembang ke tahap berikutnya yang lebih serius. Oleh sebab itu, penting bagi Moms atau Dads yang menemukan luka mencurigakan di area genital untuk segera berkonsultasi ke dokter.
2. Tahap Sekunder
Setelah luka primer sembuh, sifilis memasuki tahap sekunder yang ditandai dengan munculnya ruam di kulit. Ruam ini umumnya tidak gatal dan paling sering terlihat di telapak tangan serta telapak kaki, namun bisa juga menyebar ke bagian tubuh lain. Selain itu, luka di area mulut, vagina, atau anus juga bisa muncul, sehingga menambah risiko penularan.
Gejala lain yang menyertai adalah demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, dan kelelahan. Fase ini bisa datang dan pergi selama sekitar satu tahun, sehingga penderita mungkin mengira dirinya sudah sembuh. Untuk Moms dan Dads, gejala seperti ini tidak boleh diabaikan karena infeksi tetap berlanjut meskipun gejala mereda.
Baca juga: HIV dan AIDS: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya yang Perlu Diketahui
3. Tahap Laten
Tahap laten sifilis merupakan fase di mana tidak ada gejala yang terlihat secara fisik, namun bakteri tetap hidup dan berkembang di dalam tubuh. Fase ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun tanpa tanda-tanda yang jelas, menjadikannya sangat berbahaya karena penderitanya tidak menyadari bahwa ia masih membawa infeksi.
Karena sifatnya yang tersembunyi, tahap ini hanya bisa terdeteksi melalui pemeriksaan laboratorium. Jika Moms atau Dads pernah terpapar sifilis dan merasa telah sembuh karena tidak lagi menunjukkan gejala, sangat disarankan untuk tetap melakukan tes secara berkala guna memastikan infeksi benar-benar hilang dan tidak berisiko berkembang ke tahap lanjut.
4. Tahap Tersier
Jika tidak ditangani, sifilis bisa berkembang ke tahap tersier yang sangat berbahaya dan merusak organ vital tubuh. Pada tahap ini, infeksi bisa menyerang otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hingga hati. Kerusakan yang terjadi bersifat permanen dan bisa berakibat fatal, termasuk kelumpuhan, kebutaan, gangguan mental, hingga kematian.
Tahap tersier biasanya muncul 10 hingga 30 tahun setelah infeksi awal, menunjukkan betapa lamanya bakteri bisa menetap dalam tubuh tanpa disadari. Oleh karena itu, Moms dan Dads harus peka terhadap riwayat kesehatan seksual masing-masing, serta rutin melakukan skrining agar potensi komplikasi bisa dicegah sejak dini.
Baca juga: 8 Penyakit Kelamin Pria: Jenis, Gejala, dan Pencegahan
Dampak Sifilis Terhadap Kesuburan

Sumber gambar: Freepik
Bagi Moms, sifilis dapat menyebabkan komplikasi serius dalam kehamilan seperti keguguran, kelahiran prematur, hingga lahir mati. Jika bayi lahir, ia berisiko menderita sifilis kongenital yang bisa mengganggu tumbuh kembangnya atau bahkan mengancam nyawanya.
Sementara bagi Dads, infeksi sifilis bisa berdampak pada kualitas sperma serta meningkatkan risiko infeksi saluran reproduksi. Jika tidak diobati, infeksi kronis juga bisa menyebabkan peradangan yang berdampak pada kesuburan jangka panjang.
Karena itu, pemeriksaan penyakit menular seksual, termasuk sifilis, sebaiknya menjadi bagian dari persiapan program kehamilan.
Baca juga: Pentingnya Tes TORCH untuk Kehamilan Sehat
Pengobatan Sifilis
Kabar baik bagi Moms dan Dads, sifilis termasuk penyakit menular seksual yang dapat disembuhkan sepenuhnya jika terdeteksi sejak tahap awal. Kunci utama keberhasilan pengobatan adalah penanganan yang cepat dan tepat. Semakin dini infeksi ditemukan, semakin kecil risiko komplikasi serius, termasuk dampaknya terhadap kesuburan maupun kesehatan janin bila Moms sedang merencanakan kehamilan.
Antibiotik utama yang digunakan untuk mengobati sifilis adalah penisilin, khususnya jenis benzathine penicillin G. Untuk sifilis tahap awal, satu kali suntikan biasanya sudah cukup untuk membunuh bakteri. Namun, jika infeksi sudah memasuki tahap lanjut atau berlangsung lama, pasien mungkin memerlukan beberapa kali suntikan dalam interval tertentu. Pengobatan ini aman, efektif, dan telah digunakan selama puluhan tahun sebagai terapi standar.
Bagi Moms yang memiliki alergi terhadap penisilin, dokter akan mempertimbangkan alternatif lain seperti doxycycline atau azithromycin. Namun demikian, pada masa kehamilan, penisilin tetap dianggap sebagai pilihan paling aman dan direkomendasikan. Dalam beberapa kasus, desensitisasi terhadap penisilin mungkin diperlukan agar Moms tetap bisa menerima pengobatan tanpa membahayakan diri sendiri maupun janin.
Setelah menjalani pengobatan, penting untuk menahan diri dari aktivitas seksual hingga luka akibat infeksi benar-benar sembuh dan pasangan juga telah diperiksa serta mendapatkan pengobatan jika diperlukan. Ini penting untuk mencegah infeksi ulang atau penularan silang. Evaluasi lanjutan dan tes darah juga biasanya dilakukan untuk memastikan bahwa bakteri sifilis telah benar-benar hilang dari tubuh Moms atau Dads.
Baca juga: Segudang Manfaat Tes Darah Selama Kehamilan
Pencegahan Sifilis
Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan oleh Moms dan Dads:
-
Gunakan kondom dengan benar saat berhubungan seksual.
-
Jalani hubungan seksual yang saling monogami dengan pasangan yang telah dites bebas infeksi.
-
Hindari berbagi alat bantu seks tanpa pembersihan menyeluruh.
-
Rutin lakukan skrining penyakit menular seksual, terutama jika sedang menjalani program hamil atau merencanakan kehamilan.
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang bisa tidak terdeteksi selama bertahun-tahun, namun berdampak serius jika tidak segera diobati — termasuk pada kesuburan Moms dan Dads. Mengenali gejala sejak dini, memahami cara penularan, serta melakukan pemeriksaan dan pengobatan tepat waktu adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan reproduksi. Jika sedang merencanakan kehamilan, ada baiknya memasukkan tes sifilis dalam rangkaian skrining kesehatan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Mayo Clinic. “Syphilis: Symptoms and Causes”. Tanggal Akses 4 Mei 2025.
- NCBI. “Syphilis”. Tanggal Akses 4 Mei 2025.
- Cleveland Clinic. “Syphilis”. Tanggal Akses 4 Mei 2025.
- WebMD. “What Is Syphilis?”. Tanggal Akses 4 Mei 2025.