Semua Artikel

Insufisiensi Plasenta: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Hamzah
15 Feb 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Insufisiensi Plasenta: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Insufisiensi plasenta adalah kondisi yang terjadi ketika plasenta tidak berfungsi dengan baik, sehingga janin tidak mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup selama kehamilan. Selain itu, plasenta juga berfungsi sebagai penyaring zat berbahaya dan membantu produksi hormon yang mendukung kehamilan. Kondisi ini dapat berdampak serius pada pertumbuhan dan perkembangan janin, serta meningkatkan risiko komplikasi seperti […]

Insufisiensi plasenta adalah kondisi yang terjadi ketika plasenta tidak berfungsi dengan baik, sehingga janin tidak mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup selama kehamilan. Selain itu, plasenta juga berfungsi sebagai penyaring zat berbahaya dan membantu produksi hormon yang mendukung kehamilan.

Kondisi ini dapat berdampak serius pada pertumbuhan dan perkembangan janin, serta meningkatkan risiko komplikasi seperti kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah. Oleh karena itu, Moms perlu memahami penyebab, gejala, dan cara mengatasi insufisiensi plasenta agar dapat menjalani kehamilan yang sehat.

Pada kondisi insufisiensi plasenta, organ ini tidak dapat menjalankan tugasnya dengan optimal, sehingga menyebabkan gangguan pada pertumbuhan janin. Jika tidak segera ditangani, insufisiensi plasenta dapat meningkatkan risiko komplikasi serius seperti preeklamsia, gangguan perkembangan janin, atau bahkan keguguran.

Penyebab Insufisiensi Plasenta

Gangguan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang memengaruhi kesehatan ibu maupun kondisi plasenta itu sendiri. Jika tidak ditangani dengan baik, insufisiensi plasenta dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat (IUGR), berat badan lahir rendah, hingga komplikasi serius lainnya selama kehamilan.

1. Gangguan Pembuluh Darah

Plasenta bekerja dengan cara menghubungkan suplai darah ibu dengan janin, sehingga jika terjadi gangguan pada pembuluh darah, suplai oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan janin bisa terganggu.

Aliran darah yang tidak lancar antara ibu dan janin dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah yang terjadi akibat penyakit tertentu atau masalah kesehatan yang mendasarinya. Akibatnya, janin mungkin tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal.

2. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Hipertensi selama kehamilan, baik yang sudah ada sebelum hamil maupun yang berkembang selama kehamilan (preeklampsia), dapat mempersempit pembuluh darah di plasenta.

Ketika pembuluh darah menyempit, aliran darah yang menuju janin menjadi lebih sedikit, sehingga pasokan oksigen dan nutrisi ke janin berkurang. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, termasuk insufisiensi plasenta yang menyebabkan janin tumbuh lebih lambat dari seharusnya.

3. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah kondisi di mana kadar gula darah ibu meningkat selama kehamilan. Jika kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik, hal ini dapat memengaruhi fungsi plasenta dan menyebabkan gangguan dalam penyerapan nutrisi oleh janin.

Selain itu, diabetes gestasional juga dapat menyebabkan perubahan pada pembuluh darah plasenta, sehingga aliran darah menjadi tidak stabil. Janin yang mengalami dampak dari diabetes gestasional berisiko mengalami pertumbuhan yang tidak seimbang dan komplikasi lainnya saat lahir.

4. Anemia Parah

Anemia terjadi ketika kadar hemoglobin dalam darah terlalu rendah, sehingga kemampuan darah dalam mengangkut oksigen ke plasenta dan janin menjadi terbatas. Kekurangan oksigen ini dapat berdampak pada perkembangan janin yang lebih lambat dari seharusnya.

Pada kasus anemia berat yang tidak ditangani dengan baik, insufisiensi plasenta bisa semakin parah dan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan seperti persalinan prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah.

Baca juga: Rekomendasi Makanan Penambah HB untuk Ibu Hamil

5. Infeksi Selama Kehamilan

Infeksi tertentu yang dialami ibu selama kehamilan dapat merusak jaringan plasenta dan mengganggu fungsinya. Infeksi bakteri, virus, atau parasit dapat menyebabkan peradangan yang menghambat kemampuan plasenta dalam menyalurkan oksigen dan nutrisi ke janin.

Beberapa infeksi yang berisiko menyebabkan insufisiensi plasenta antara lain toksoplasmosis, sifilis, rubella, serta infeksi saluran kemih yang tidak terobati. Oleh karena itu, menjaga kesehatan dan melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin sangat penting untuk mencegah infeksi yang dapat memengaruhi kondisi plasenta.

6. Gangguan Plasenta Seperti Abruptio Plasenta

Abruptio plasenta adalah kondisi serius di mana plasenta terlepas sebagian atau sepenuhnya dari dinding rahim sebelum persalinan terjadi. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan dalam suplai darah ke janin dan meningkatkan risiko insufisiensi plasenta.

Abruptio plasenta umumnya terjadi secara tiba-tiba dan dapat menimbulkan perdarahan hebat, nyeri perut, serta tanda-tanda gawat janin. Jika tidak ditangani segera, kondisi ini dapat membahayakan ibu dan janin, bahkan berisiko menyebabkan kelahiran prematur atau kematian janin dalam kandungan.

7. Kehamilan Kembar

Pada kehamilan kembar, plasenta harus bekerja lebih keras untuk menyediakan nutrisi dan oksigen bagi lebih dari satu janin. Karena adanya dua atau lebih janin dalam satu rahim, plasenta mungkin tidak mampu memenuhi kebutuhan masing-masing janin dengan optimal, sehingga meningkatkan risiko insufisiensi plasenta.

Beberapa kehamilan kembar juga dapat mengalami kondisi seperti twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS), di mana satu janin mendapatkan lebih banyak darah dibandingkan yang lain, yang dapat memperburuk insufisiensi plasenta dan menyebabkan pertumbuhan janin yang tidak merata.

Baca juga: Cara Menjaga Kesehatan Saat Hamil Kembar

Gejala Insufisiensi Plasenta

Insufisiensi plasenta sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas pada ibu hamil, tetapi beberapa tanda yang dapat muncul meliputi:

  • Gerakan janin yang berkurang atau aktivitas janin yang lebih lemah dari biasanya.
  • Pertumbuhan janin terhambat, yang dapat terdeteksi melalui USG kehamilan.
  • Tekanan darah tinggi pada ibu hamil.
  • Kram perut atau nyeri panggul yang tidak biasa.
  • Keluarnya cairan ketuban lebih awal atau tanda-tanda persalinan prematur.

Jika Moms mengalami gejala-gejala ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Cara Mengatasi Insufisiensi Plasenta

Meskipun insufisiensi plasenta tidak dapat diperbaiki sepenuhnya, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan kesehatan janin. Dengan penanganan yang tepat, ibu hamil dapat membantu memastikan bahwa janin tetap mendapatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan untuk tumbuh dengan baik.

1. Mengontrol Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi atau hipertensi selama kehamilan dapat mempersempit pembuluh darah di plasenta, yang pada akhirnya mengurangi aliran darah ke janin. Jika Moms memiliki riwayat hipertensi sebelum atau selama kehamilan, dokter mungkin akan meresepkan obat yang aman untuk ibu hamil guna menjaga tekanan darah tetap stabil.

Selain itu, mengurangi konsumsi garam, menghindari stres, dan rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki atau yoga prenatal juga bisa membantu menjaga tekanan darah dalam batas normal.

2. Mengelola Kadar Gula Darah

Bagi ibu hamil yang mengalami diabetes gestasional, menjaga kadar gula darah dalam batas normal sangat penting untuk mencegah gangguan fungsi plasenta. Gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perubahan pada pembuluh darah plasenta, sehingga aliran nutrisi ke janin menjadi tidak optimal.

Moms bisa mengontrol gula darah dengan menjalani pola makan sehat, mengurangi konsumsi karbohidrat sederhana, serta mengikuti rekomendasi dokter terkait pengobatan dan olahraga yang sesuai selama kehamilan.

3. Pola Makan Sehat dan Bergizi

Nutrisi yang baik selama kehamilan berperan penting dalam menjaga kesehatan plasenta dan mendukung perkembangan janin. Konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, protein, dan asam folat sangat disarankan karena dapat membantu meningkatkan kualitas darah dan memperbaiki aliran oksigen ke plasenta.

Beberapa makanan yang baik untuk kesehatan plasenta antara lain sayuran hijau, daging tanpa lemak, ikan berlemak seperti salmon, serta kacang-kacangan. Selain itu, pastikan Moms tetap terhidrasi dengan baik untuk menjaga volume darah yang cukup dalam tubuh.

Baca juga: Asupan Gizi Ibu Hamil: Panduan Nutrisi Lengkap untuk Kesehatan Ibu dan Janin 

4. Menghindari Rokok dan Alkohol

Rokok dan alkohol mengandung zat beracun yang dapat merusak fungsi plasenta dan menghambat perkembangan janin. Merokok selama kehamilan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah plasenta, sehingga mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke janin.

Begitu juga dengan alkohol yang dapat mengganggu perkembangan janin dan meningkatkan risiko kelahiran prematur. Oleh karena itu, bagi ibu hamil yang ingin menjaga kesehatan plasenta dan janin, sebaiknya menghindari konsumsi rokok dan alkohol sepenuhnya.

Baca juga: Fetal Alcohol Syndrome (FAS): Memahami, Mencegah, dan Mengelola

5. Istirahat yang Cukup

Beristirahat yang cukup sangat penting bagi ibu hamil yang mengalami insufisiensi plasenta. Dokter mungkin akan menyarankan Moms untuk lebih banyak beristirahat dalam posisi miring ke kiri, karena posisi ini dapat meningkatkan aliran darah ke plasenta dan janin.

Menghindari aktivitas berat serta mengelola stres dengan baik juga dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu, tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu tubuh dalam menjaga keseimbangan hormon kehamilan yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan janin.

6. Induksi Persalinan Jika Diperlukan

Pada beberapa kasus insufisiensi plasenta yang parah, dokter mungkin akan merekomendasikan induksi persalinan atau operasi caesar lebih awal untuk menghindari risiko komplikasi yang lebih serius bagi janin.

Keputusan ini biasanya diambil jika insufisiensi plasenta menyebabkan janin mengalami gangguan pertumbuhan yang signifikan atau jika terjadi kondisi yang mengancam nyawa ibu dan janin. Oleh karena itu, pemantauan kehamilan secara rutin sangat penting agar dokter dapat menentukan langkah terbaik dalam menangani insufisiensi plasenta dan memastikan keselamatan ibu serta bayi.

Meskipun insufisiensi plasenta tidak dapat sepenuhnya diobati, langkah-langkah seperti menjaga tekanan darah, mengontrol kadar gula darah, mengonsumsi makanan sehat, serta menjalani pemantauan kehamilan secara rutin dapat membantu mengurangi risiko komplikasi. Jika kondisi ini memburuk, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan lebih awal demi keselamatan janin dan ibu.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Masa Kehamilan Amankah Menggendong Anak Saat Hamil?

Amankah Menggendong Anak Saat Hamil?

Hamzah
13 Aug 2025

Bagi Moms yang sedang hamil namun masih memiliki anak kecil, menggendong mereka sering kali menjadi rutinitas harian. Meski penuh kasih sayang, pertanyaan yang sering muncul adalah amankah aktivitas ini dilakukan…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Penyebab Sakit Perut Saat Hamil dan Cara Mengatasinya

Penyebab Sakit Perut Saat Hamil dan Cara Mengatasinya

Hamzah
11 Aug 2025

Banyak Moms yang mengalami sakit perut selama kehamilan, mulai dari rasa tidak nyaman ringan hingga nyeri yang cukup mengganggu. Sebagian besar bersifat normal karena tubuh sedang beradaptasi dengan perkembangan janin,…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Penyebab Gusi Berdarah Saat Hamil dan Solusi Amannya

Penyebab Gusi Berdarah Saat Hamil dan Solusi Amannya

Hamzah
11 Aug 2025

Banyak Moms yang terkejut ketika menyadari gusinya lebih sensitif dan mudah berdarah selama kehamilan. Kondisi ini memang umum terjadi, tetapi tetap tidak boleh diabaikan. Perubahan hormon, pola makan, dan kebiasaan…

Selengkapnya