Morula IVF

Penyebab Kolestasis pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasinya

February 17, 2025

Penyebab Kolestasis pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasinya

Kolestasis kehamilan adalah gangguan hati yang terjadi selama kehamilan dan ditandai dengan penumpukan asam empedu dalam darah. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa gatal yang parah, terutama di telapak tangan dan kaki, serta meningkatkan risiko komplikasi bagi janin, seperti kelahiran prematur atau gangguan pernapasan.

Normalnya, empedu berfungsi untuk membantu pencernaan lemak, tetapi ketika alirannya terhambat, zat ini dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan gejala yang mengganggu. Kolestasis kehamilan biasanya terjadi pada trimester ketiga dan lebih sering dialami oleh Moms yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa atau pernah mengalaminya pada kehamilan sebelumnya.

Penyebab Kolestasis pada Ibu Hamil

Meskipun penyebab pasti kolestasis kehamilan belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor berikut diyakini berkontribusi terhadap kondisi ini:

1. Perubahan Hormon Kehamilan

Hormon kehamilan, terutama estrogen dan progesteron, meningkat secara signifikan selama kehamilan. Peningkatan kadar hormon ini dapat memengaruhi fungsi hati dan memperlambat aliran empedu ke usus. Ketika empedu tidak mengalir dengan lancar, asam empedu dapat menumpuk dalam darah dan menyebabkan gejala kolestasis, seperti gatal yang parah.

2. Faktor Genetik

Jika dalam keluarga Moms ada riwayat kolestasis kehamilan, maka risiko mengalami kondisi ini juga lebih tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya kecenderungan genetik dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap gangguan aliran empedu selama kehamilan.

3. Gangguan Fungsi Hati

Kondisi hati yang sudah ada sebelumnya, seperti hepatitis, sirosis, atau penyakit hati lainnya, dapat meningkatkan risiko kolestasis kehamilan. Gangguan pada hati dapat menghambat proses metabolisme empedu, sehingga memperburuk gejala kolestasis saat hamil.

Gejala Kolestasis pada Ibu Hamil

Gejala utama kolestasis kehamilan adalah rasa gatal yang intens, yang biasanya muncul tanpa adanya ruam atau peradangan pada kulit. Selain itu, Moms juga bisa mengalami gejala lain, seperti:

  • Gatal parah, terutama di telapak tangan dan kaki, yang semakin memburuk di malam hari
  • Urine berwarna gelap
  • Feses berwarna pucat atau keabu-abuan
  • Kulit atau mata menguning (jaundice) akibat penumpukan bilirubin
  • Mual, kehilangan nafsu makan, atau kelelahan yang berlebihan

Jika Moms mengalami gejala-gejala ini, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Baca juga: Gatal-Gatal Saat Hamil: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Dampak Kolestasis bagi Ibu Hamil dan Janin

Kolestasis kehamilan bukan hanya menyebabkan ketidaknyamanan bagi ibu hamil, tetapi juga dapat membawa risiko serius bagi perkembangan dan keselamatan janin. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak yang dapat ditimbulkan dan segera mendapatkan penanganan medis yang tepat.

1. Kelahiran Prematur

Penumpukan asam empedu dalam darah dapat memicu kontraksi dini, yang meningkatkan risiko persalinan sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Bayi yang lahir prematur lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pernapasan dan perkembangan organ yang belum matang.

2. Gawat Janin (Fetal Distress)

Tingginya kadar asam empedu dalam darah ibu dapat memengaruhi sistem pernapasan dan jantung janin, menyebabkan gawat janin. Kondisi ini dapat menghambat suplai oksigen yang cukup ke janin, meningkatkan risiko komplikasi selama persalinan.

Baca juga: Penyebab Pertumbuhan Janin Terhambat: Memahami Fetal Growth Restriction (FGR)

3. Risiko Bayi Lahir Mati (Stillbirth)

Dalam kasus yang jarang terjadi, kolestasis kehamilan yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko stillbirth atau bayi lahir mati. Penyebab pastinya belum sepenuhnya diketahui, tetapi para ahli menduga bahwa kadar asam empedu yang sangat tinggi dapat memengaruhi ritme jantung janin dan menyebabkan komplikasi fatal.

4. Gangguan Pernapasan pada Bayi

Bayi yang lahir dari ibu dengan kolestasis kehamilan memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami sindrom gangguan pernapasan neonatal (neonatal respiratory distress syndrome). Kondisi ini terjadi karena gangguan perkembangan paru-paru akibat paparan kadar asam empedu yang tinggi selama di dalam kandungan.

Cara Mengatasi Kolestasis pada Ibu Hamil

Dokter biasanya akan merekomendasikan beberapa langkah penanganan untuk mengurangi gejala dan mencegah dampak yang lebih serius.

1. Pemberian Obat untuk Menurunkan Kadar Asam Empedu

Salah satu cara utama dalam mengatasi kolestasis kehamilan adalah dengan pemberian obat yang dapat membantu menurunkan kadar asam empedu dalam darah. Dokter umumnya akan meresepkan asam ursodeoksikolat (ursodiol), yang berfungsi untuk meningkatkan aliran empedu dan mengurangi iritasi pada hati.

Obat ini juga dapat membantu meredakan rasa gatal yang menjadi salah satu gejala utama kolestasis. Meskipun tidak dapat menyembuhkan kondisi ini sepenuhnya, penggunaan obat ini secara rutin dapat membantu mengurangi risiko komplikasi pada janin dan meningkatkan kenyamanan ibu hamil selama masa kehamilan.

2. Pemantauan Ketat terhadap Kondisi Janin

Ibu hamil yang mengalami kolestasis biasanya akan menjalani pemantauan yang lebih intensif untuk memastikan kesehatan janin. Pemeriksaan rutin seperti tes non-stres (NST) dan USG Doppler sering kali dilakukan untuk memantau detak jantung serta aliran darah menuju plasenta.

Dengan pemantauan yang ketat, dokter dapat mendeteksi tanda-tanda gawat janin lebih awal dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan bayi dalam kandungan. Selain itu, kadar asam empedu dalam darah ibu juga akan dipantau secara berkala untuk menilai tingkat keparahan kolestasis.

3. Persalinan yang Direncanakan Lebih Awal

Dalam beberapa kasus, jika kadar asam empedu meningkat secara signifikan atau terdapat tanda-tanda bahaya bagi janin, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan yang direncanakan lebih awal. Biasanya, persalinan dilakukan pada usia kehamilan 36 hingga 37 minggu untuk mengurangi risiko bayi mengalami komplikasi serius, seperti gangguan pernapasan atau bahkan stillbirth.

Keputusan ini dibuat berdasarkan evaluasi medis yang mempertimbangkan kondisi ibu dan janin. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk rutin berkonsultasi dengan dokter agar langkah terbaik dapat diambil sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing.

4. Perubahan Pola Makan untuk Mendukung Kesehatan Hati

Pola makan yang sehat berperan penting dalam membantu mengurangi beban kerja hati dan meningkatkan fungsi empedu. Ibu hamil dengan kolestasis disarankan untuk mengonsumsi makanan rendah lemak agar hati tidak bekerja terlalu keras dalam mencerna lemak.

Selain itu, memperbanyak asupan serat dari buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian juga dapat membantu memperlancar pencernaan serta mengurangi tekanan pada organ hati. Asupan air putih yang cukup sangat disarankan untuk membantu tubuh dalam mengeluarkan zat-zat beracun, termasuk kelebihan asam empedu yang dapat memperburuk kondisi kolestasis.

Baca juga: Makanan Untuk Bumil: Pilihan Terbaik untuk Kesehatan Ibu dan Janin

5. Mengurangi Rasa Gatal dengan Perawatan Kulit yang Tepat

Rasa gatal yang muncul akibat kolestasis kehamilan sering kali mengganggu kenyamanan ibu hamil, terutama pada malam hari. Untuk mengurangi rasa gatal, Moms dapat mencoba mandi dengan air dingin atau menggunakan pelembap yang bebas pewangi agar kulit tetap lembap dan tidak semakin teriritasi.

Selain itu, mengenakan pakaian yang longgar dan berbahan katun dapat membantu mengurangi gesekan pada kulit dan memberikan rasa lebih nyaman. Jika rasa gatal terasa sangat mengganggu, dokter mungkin akan memberikan obat antihistamin ringan untuk membantu mengontrol gejala.

Jika Moms mengalami gejala kolestasis kehamilan, segera periksakan diri ke dokter agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Pengobatan biasanya melibatkan pemberian obat untuk mengontrol kadar asam empedu, pemantauan kondisi janin, serta kemungkinan persalinan lebih awal untuk mencegah komplikasi. Dengan perawatan yang tepat, Moms tetap bisa menjalani kehamilan dengan aman dan sehat.

Referensi

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung