Prolaps tali pusat adalah kondisi medis darurat saat tali pusat turun melalui leher rahim sebelum atau bersamaan dengan keluarnya bayi selama persalinan. Kondisi ini dapat menghambat aliran oksigen dan darah ke bayi, sehingga memerlukan tindakan medis segera. Meski jarang terjadi, prolaps tali pusat dapat meningkatkan risiko komplikasi serius bagi bayi jika tidak ditangani dengan cepat. Oleh karena itu, pemantauan kehamilan yang cermat dan deteksi dini sangat penting untuk mencegah risiko yang lebih besar bagi ibu dan bayi.
Prolaps tali pusat terjadi ketika tali pusat keluar lebih dulu sebelum bayi saat persalinan. Normalnya, tali pusat berfungsi sebagai penghubung antara bayi dan plasenta, membawa oksigen serta nutrisi penting bagi pertumbuhan janin. Namun, jika tali pusat turun sebelum bayi lahir, tali tersebut dapat tertekan oleh tubuh bayi sehingga menghambat pasokan oksigen yang sangat dibutuhkan janin.
Jenis Prolaps Tali Pusat
Prolaps tali pusat dapat dibagi menjadi tiga jenis utama:
- Prolaps Overt (Terbuka): Tali pusat turun melalui leher rahim dan dapat terlihat di luar vagina. Ini merupakan kondisi paling serius yang memerlukan tindakan segera.
- Prolaps Occult (Tersembunyi): Tali pusat tidak keluar dari leher rahim tetapi terjepit di antara janin dan dinding rahim.
- Prolaps Funis: Tali pusat turun di sebelah janin namun belum mengalami kompresi yang signifikan.
Penyebab dan Faktor Risiko Prolaps Tali Pusat

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya prolaps tali pusat, di antaranya:
1. Ketuban Pecah Dini
Ketuban yang pecah sebelum janin masuk ke jalan lahir dapat membuat tali pusat turun lebih dulu, terutama jika kepala bayi belum sepenuhnya menutupi leher rahim.
Baca juga: Penyebab Air Ketuban Keruh dan Bagaimana Cara Mencegahnya?
2. Presentasi Janin yang Tidak Normal
Bayi yang berada dalam posisi sungsang atau melintang memiliki risiko lebih tinggi mengalami prolaps tali pusat dibandingkan bayi dengan posisi kepala di bawah.
3. Polihidramnion (Cairan Ketuban Berlebih)
Jumlah cairan ketuban yang berlebihan (Polihidramnion) dapat memberikan ruang lebih banyak bagi tali pusat untuk bergerak, meningkatkan kemungkinan prolaps.
4. Kehamilan Kembar
Pada kehamilan ganda, ada kemungkinan bayi pertama tidak cukup menutup jalan lahir sehingga tali pusat bisa turun terlebih dahulu.
Baca juga: Mengenal Komplikasi Kehamilan Kembar & Apa yang Harus Dilakukan
5. Persalinan Prematur
Bayi yang lahir prematur cenderung memiliki kepala lebih kecil dan tidak cukup menekan leher rahim, sehingga tali pusat bisa lebih mudah turun ke bawah.
Gejala dan Cara Mendeteksi Prolaps Tali Pusat
Moms mungkin tidak selalu dapat mengenali prolaps tali pusat sendiri. Namun, dokter dapat mendeteksinya selama pemeriksaan fisik atau melalui pemantauan denyut jantung janin. Berikut adalah beberapa tanda yang bisa muncul:
- Denyut jantung janin tidak stabil atau menurun secara tiba-tiba.
- Tali pusat terasa atau terlihat keluar melalui vagina.
- Gerakan janin yang tiba-tiba berkurang setelah ketuban pecah.
Jika ada tanda-tanda ini, segera hubungi tenaga medis karena kondisi ini memerlukan penanganan cepat untuk mencegah risiko fatal pada bayi.
Baca juga: Ini Gerakan Janin 6 Bulan yang Dapat Anda Rasakan
Dampak Prolaps Tali Pusat pada Janin
Prolaps tali pusat yang tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan:
- Hipoksia Janin: Kurangnya oksigen akibat tali pusat terjepit dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak bayi.
- Gawat Janin: Penurunan denyut jantung janin akibat aliran oksigen yang terhambat dapat meningkatkan risiko kematian janin dalam kandungan.
- Kebutuhan Operasi Caesar Darurat: Jika kondisi janin memburuk, tindakan operasi caesar harus segera dilakukan untuk menyelamatkan bayi.
Cara Penanganan Prolaps Tali Pusat

Jika dokter mendeteksi prolaps tali pusat, beberapa tindakan darurat yang bisa dilakukan antara lain:
1. Mengubah Posisi Ibu
Dokter mungkin menyarankan ibu untuk berbaring dengan posisi lutut ke dada atau posisi Trendelenburg (berbaring dengan kaki lebih tinggi dari kepala) guna mengurangi tekanan pada tali pusat.
Baca juga: Posisi Tidur Ibu Hamil: Panduan Lengkap untuk Kesehatan dan Kenyamanan
2. Pemberian Oksigen dan Cairan Infus
Oksigen tambahan diberikan untuk membantu meningkatkan suplai oksigen ke janin. Pemberian cairan infus juga dapat membantu menjaga tekanan darah ibu agar tetap stabil.
3. Menghindari Kontraksi Berlebihan
Dokter bisa memberikan obat untuk mengurangi kontraksi rahim guna mencegah tekanan lebih lanjut pada tali pusat.
4. Operasi Caesar Darurat
Jika kondisi bayi memburuk atau tidak ada cara lain untuk mengurangi tekanan pada tali pusat, operasi caesar segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawa bayi.
Bisakah Prolaps Tali Pusat Dicegah?
Walaupun prolaps tali pusat tidak selalu dapat dicegah, beberapa langkah berikut dapat membantu mengurangi risikonya:
- Pemantauan Posisi Janin – Jika bayi dalam posisi sungsang atau melintang, dokter mungkin akan menyarankan prosedur versi luar (external cephalic version/ECV) untuk mengubah posisi janin.
- Menghindari Ketuban Pecah Dini – Jika ada risiko ketuban pecah sebelum waktunya, dokter mungkin akan menyarankan istirahat atau tindakan medis lain untuk menunda persalinan.
- Pemantauan Kehamilan Secara Rutin – Pemeriksaan kehamilan secara berkala dapat membantu dokter mengidentifikasi faktor risiko sejak dini.
- Penanganan Kehamilan Kembar dengan Lebih Cermat – Jika hamil anak kembar, diskusikan dengan dokter mengenai strategi persalinan yang paling aman.
Prolaps tali pusat adalah kondisi serius yang terjadi ketika tali pusat turun sebelum bayi lahir, menghambat aliran oksigen dan darah ke janin. Faktor seperti ketuban pecah dini, posisi janin yang tidak normal, dan persalinan prematur dapat meningkatkan risiko terjadinya prolaps tali pusat. Jika kondisi ini terjadi, tindakan medis cepat seperti mengubah posisi ibu, pemberian oksigen, atau operasi caesar darurat mungkin diperlukan untuk menyelamatkan bayi.
Deteksi dini melalui pemeriksaan rutin dan pemantauan kehamilan yang cermat sangat penting dalam mencegah serta mengatasi kondisi ini. Jika Moms memiliki faktor risiko, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan langkah pencegahan terbaik demi keamanan ibu dan bayi.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- Cleveland Clinic. “Umbilical Cord Prolapse”. Diakses pada 15 Maret 2025.
- National Library of Medicine. “Umbilical Cord Prolapse”. Diakses pada 15 Maret 2025.
- Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. “Umbilical Cord Prolapse – Green-top Guideline No. 50”. Diakses pada 15 Maret 2025.
- WebMD. “What Is Umbilical Cord Prolapse?”. Diakses pada 15 Maret 20255.