Servisitis adalah peradangan pada leher rahim (serviks) yang bisa disebabkan oleh infeksi, iritasi, atau faktor lainnya. Kondisi ini dapat terjadi tanpa gejala yang jelas, tetapi pada beberapa kasus bisa menyebabkan keputihan yang tidak normal, nyeri saat berhubungan seksual, atau perdarahan di luar siklus menstruasi. Servisitis dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat, tergantung pada penyebabnya.
Kondisi peradangan ini terjadi pada serviks, bagian bawah rahim yang menghubungkan ke vagina. Peradangan ini bisa bersifat akut (terjadi secara tiba-tiba) atau kronis (berlangsung dalam jangka waktu lama). Servisitis sering kali dikaitkan dengan infeksi menular seksual (IMS), tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor lain seperti iritasi akibat produk kewanitaan atau alergi terhadap bahan tertentu. Oleh karena itu, Moms yang mengalami gejala mencurigakan sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang sesuai.
Penyebab Servisitis

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan servisitis, antara lain:
1. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi akibat bakteri, virus, atau parasit menjadi salah satu penyebab utama servisitis. Beberapa jenis infeksi menular seksual yang sering dikaitkan dengan kondisi ini meliputi klamidia dan gonore, yang disebabkan oleh bakteri dan dapat menyebabkan peradangan pada serviks jika tidak segera diobati.
Selain itu, infeksi virus seperti herpes simpleks dan human papillomavirus (HPV) juga dapat mengiritasi jaringan serviks dan menyebabkan peradangan kronis. Trikomoniasis, yang disebabkan oleh parasit, juga bisa menjadi pemicu servisitis dengan menimbulkan gejala seperti keputihan berbau tidak sedap dan iritasi pada area genital.
2. Ketidakseimbangan Bakteri dalam Vagina
Vagina memiliki ekosistem mikroba yang terdiri dari bakteri baik, seperti Lactobacillus, yang berperan dalam menjaga keseimbangan pH dan melindungi dari infeksi. Namun, jika keseimbangan ini terganggu, misalnya akibat bacterial vaginosis (BV), risiko terjadinya peradangan pada serviks meningkat.
Bacterial vaginosis terjadi ketika pertumbuhan bakteri jahat melebihi jumlah bakteri baik, menyebabkan gejala seperti keputihan berbau amis dan rasa tidak nyaman di area genital. Jika kondisi ini tidak ditangani, inflamasi dapat meluas hingga ke serviks dan memicu servisitis.
3. Iritasi Akibat Produk Kewanitaan
Penggunaan produk kewanitaan yang mengandung bahan kimia keras dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada serviks. Beberapa produk yang dapat memicu servisitis antara lain sabun pembersih vagina, spermisida, serta pelumas berbahan kimia yang tidak ramah bagi keseimbangan alami vagina.
Selain itu, penggunaan douching atau cairan pembersih vagina yang terlalu sering dapat mengganggu flora alami vagina, membuat serviks lebih rentan terhadap iritasi dan infeksi. Oleh karena itu, sebaiknya hindari penggunaan produk yang tidak diperlukan dan pilih produk dengan bahan alami atau bebas pewangi untuk menjaga kesehatan area intim.
Baca juga: Menggunakan Pelumas Seks Saat Hamil, Amankah?
4. Alergi terhadap Kondom atau Bahan Lainnya
Beberapa wanita memiliki sensitivitas atau alergi terhadap lateks yang digunakan dalam kondom atau bahan kimia dalam spermisida. Reaksi alergi ini dapat menyebabkan peradangan dan iritasi pada serviks, yang berujung pada servisitis.
Jika Anda mengalami gejala seperti gatal, kemerahan, atau pembengkakan setelah menggunakan kondom lateks atau spermisida, pertimbangkan untuk beralih ke kondom berbahan non-lateks atau metode kontrasepsi lainnya yang lebih ramah bagi tubuh.
5. Trauma atau Luka pada Serviks
Prosedur medis tertentu yang melibatkan serviks dapat menyebabkan iritasi atau luka yang memicu peradangan. Contohnya adalah pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), biopsi serviks, atau bahkan persalinan, yang semuanya dapat menimbulkan trauma pada jaringan serviks.
Dalam beberapa kasus, luka yang tidak sembuh dengan baik bisa menjadi titik masuk bagi bakteri atau virus, memperbesar risiko terjadinya servisitis. Oleh karena itu, setelah menjalani prosedur medis yang melibatkan serviks, penting untuk memantau adanya tanda-tanda infeksi atau peradangan dan segera berkonsultasi dengan dokter jika terjadi gejala yang mencurigakan.
Gejala Servisitis
Banyak wanita dengan servisitis tidak mengalami gejala yang jelas. Namun, beberapa gejala yang mungkin muncul meliputi:
- Keputihan yang tidak normal (berbau, berwarna kuning, atau kehijauan).
- Nyeri atau ketidaknyamanan saat berhubungan seksual.
- Perdarahan di luar siklus menstruasi, termasuk setelah berhubungan seksual.
- Sensasi terbakar atau nyeri saat buang air kecil.
- Pembengkakan atau iritasi pada vagina dan leher rahim.
Jika Moms mengalami gejala-gejala ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Baca juga: Kenali Macam-macam Keputihan yang Normal, Wanita Wajib Tahu!
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Jika tidak ditangani dengan baik, servisitis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti:
- Penyakit radang panggul (PID) yang bisa merusak saluran tuba dan meningkatkan risiko infertilitas.
- Peningkatan risiko infeksi menular seksual, karena inflamasi dapat memudahkan masuknya bakteri atau virus.
- Komplikasi kehamilan, seperti risiko persalinan prematur atau ketuban pecah dini jika servisitis terjadi saat hamil.
Pengobatan Servisitis

Pengobatan servisitis bergantung pada penyebabnya:
1. Pengobatan Infeksi Bakteri
Jika servisitis disebabkan oleh infeksi bakteri seperti klamidia atau gonore, dokter akan meresepkan antibiotik, seperti:
- Azitromisin
- Doksisiklin
- Ceftriaxone
Penting untuk menyelesaikan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan agar infeksi tidak kambuh atau menjadi kebal terhadap obat.
Baca juga: Hati-hati, Ini 10 Penyakit Kelamin Wanita yang Perlu Diwaspadai
2. Pengobatan Infeksi Virus
Jika servisitis disebabkan oleh infeksi virus seperti herpes, dokter mungkin akan meresepkan obat antivirus seperti acyclovir atau valacyclovir untuk mengurangi gejala.
3. Pengobatan Akibat Iritasi atau Alergi
Jika servisitis disebabkan oleh iritasi atau alergi terhadap produk kewanitaan, solusi terbaik adalah menghindari pemicu iritasi dan beralih ke produk yang lebih lembut serta bebas pewangi.
4. Pengobatan Servisitis Kronis
Pada kasus tertentu, jika peradangan terus berlanjut meskipun penyebab infeksi telah diatasi, dokter mungkin menyarankan prosedur seperti:
- Cryotherapy (pembekuan jaringan serviks untuk menghilangkan sel yang terinfeksi).
- Elektrokauterisasi (pengangkatan jaringan yang teriritasi menggunakan listrik).
- Laser terapi untuk menghilangkan area peradangan.
Pencegahan Servisitis
Moms dapat mengurangi risiko servisitis dengan beberapa langkah pencegahan berikut:
- Gunakan kondom untuk mengurangi risiko infeksi menular seksual.
- Hindari penggunaan produk kewanitaan yang mengandung bahan iritatif, seperti sabun wangi dan spermisida.
- Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk Pap smear dan tes IMS jika aktif secara seksual.
- Jaga kebersihan area genital dengan baik, namun hindari douching yang dapat mengganggu keseimbangan bakteri alami vagina.
- Setia pada satu pasangan seksual untuk mengurangi risiko infeksi.
Servisitis adalah peradangan pada serviks yang bisa disebabkan oleh infeksi, iritasi, atau faktor lainnya. Kondisi ini sering kali tidak bergejala, tetapi bisa menimbulkan keputihan abnormal, nyeri saat berhubungan seksual, atau perdarahan di luar siklus menstruasi. Pengobatan tergantung pada penyebabnya, mulai dari antibiotik hingga prosedur medis tertentu.
Deteksi dini dan pencegahan, seperti menjaga kebersihan area genital, menghindari iritasi, serta melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Jika Moms mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- Mayo Clinic. “Cervicitis”. Diakses pada 16 Maret 2025.
- National Library of Medicine. “Cervicitis”. Diakses pada 16 Maret 2025.
- Cleveland Clinic. “Cervicitis”. Diakses pada 16 Maret 2025.
- Medscape. “Cervicitis Overview”. Diakses pada 16 Maret 2025.