Anoreksia adalah gangguan makan serius yang dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu hamil dan janin. Selama kehamilan, tubuh membutuhkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, Moms yang mengalami anoreksia berisiko mengalami komplikasi serius seperti kekurangan gizi, gangguan perkembangan janin, hingga persalinan prematur. Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan ketakutan […]
Anoreksia adalah gangguan makan serius yang dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu hamil dan janin. Selama kehamilan, tubuh membutuhkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, Moms yang mengalami anoreksia berisiko mengalami komplikasi serius seperti kekurangan gizi, gangguan perkembangan janin, hingga persalinan prematur.
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan ketakutan berlebihan terhadap kenaikan berat badan dan pola makan yang sangat terbatas. Penderitanya sering kali memiliki persepsi tubuh yang tidak realistis, sehingga cenderung membatasi asupan kalori secara ekstrem atau melakukan olahraga berlebihan untuk menurunkan berat badan.
Pada ibu hamil, kondisi ini sangat berbahaya karena tubuh membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk mendukung pertumbuhan janin. Kekurangan gizi akibat anoreksia dapat menyebabkan berbagai komplikasi kehamilan yang berisiko bagi ibu dan bayi. Memahami bahaya anoreksia selama kehamilan dan bagaimana cara mengatasinya sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi.
Dampak Anoreksia pada Ibu Hamil

Sumber gambar: Freepik
1. Kekurangan Nutrisi yang Dibutuhkan Janin
Anoreksia menyebabkan Moms mengalami defisiensi berbagai nutrisi penting seperti zat besi, folat, kalsium, dan protein. Kekurangan nutrisi ini dapat menghambat perkembangan janin dan meningkatkan risiko cacat lahir.
Baca juga: Asupan Gizi Ibu Hamil: Panduan Nutrisi Lengkap untuk Kesehatan Ibu dan Janin
2. Risiko Keguguran dan Persalinan Prematur
Studi menunjukkan bahwa ibu hamil dengan anoreksia memiliki risiko lebih tinggi mengalami keguguran dan persalinan prematur. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi yang mendukung perkembangan bayi di dalam kandungan.
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi yang lahir dari ibu dengan anoreksia cenderung memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi dengan berat badan di bawah normal lebih rentan terhadap masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan dan gangguan perkembangan.
4. Gangguan Kesehatan Mental pada Ibu
Anoreksia tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga kesehatan mental Moms. Gangguan kecemasan, stres, dan depresi selama kehamilan dapat memperburuk kondisi kesehatan ibu dan meningkatkan risiko gangguan kehamilan seperti preeklampsia.
Baca juga: Pentingnya Mengelola Kesehatan Mental Saat Menjalani Program Bayi Tabung
5. Risiko Osteoporosis
Kekurangan asupan kalsium akibat anoreksia dapat menyebabkan osteoporosis pada ibu hamil. Kondisi ini membuat tulang menjadi rapuh dan meningkatkan risiko patah tulang, baik selama kehamilan maupun setelah melahirkan.
6. Gangguan Laktasi
Anoreksia dapat memengaruhi produksi ASI setelah melahirkan. Kekurangan nutrisi yang berlanjut dapat menyebabkan penurunan produksi ASI, sehingga bayi tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembangnya.
Baca juga: Manfaat Pijat Laktasi untuk Ibu Menyusui
Cara Mengatasi Anoreksia pada Ibu Hamil

Sumber gambar: Freepik
1. Konsultasi dengan Dokter atau Ahli Gizi
Jika Moms memiliki riwayat anoreksia atau mengalami kesulitan makan selama kehamilan, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi. Mereka dapat membantu menyusun pola makan yang sehat dan mencukupi kebutuhan nutrisi ibu dan janin.
2. Fokus pada Nutrisi daripada Berat Badan
Alih-alih mengkhawatirkan kenaikan berat badan, cobalah untuk fokus pada nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan bayi. Pastikan pola makan mengandung protein, karbohidrat kompleks, lemak sehat, serta vitamin dan mineral yang cukup.
Baca juha: Makanan Untuk Bumil: Pilihan Terbaik untuk Kesehatan Ibu dan Janin
3. Hindari Pemicu yang Memperburuk Anoreksia
Hindari tekanan sosial atau ekspektasi tidak realistis terhadap bentuk tubuh selama kehamilan. Jika merasa tertekan dengan perubahan fisik, carilah dukungan dari pasangan, keluarga, atau komunitas yang positif.
4. Cukup Istirahat dan Kelola Stres
Stres dapat memperburuk gangguan makan. Cobalah teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau berjalan santai untuk membantu mengelola stres selama kehamilan.
Baca juga: Stress dan Gangguan Kesuburan: Apa yang Perlu Moms dan Dads Ketahui?
5. Pertimbangkan Terapi Psikologis
Terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu Moms mengatasi pola pikir negatif tentang berat badan dan makan. Terapi ini juga dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan pola makan yang sehat.
Anoreksia selama kehamilan dapat membahayakan kesehatan Moms dan janin karena menyebabkan kekurangan nutrisi, meningkatkan risiko keguguran, persalinan prematur, serta gangguan perkembangan bayi. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil dengan anoreksia untuk mendapatkan dukungan medis dan psikologis yang tepat agar dapat menjalani kehamilan yang sehat.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- PubMed. “Pregnancy and Eating Disorders”. Diakses pada 22 Maret 2025.
- Journal of Eating Disorders. “Anorexia and Pregnancy: Risks and Outcomes”. Diakses pada 22 Maret 2025.
- Medical News Today. “Anorexia and Pregnancy”. Diakses pada 22 Maret 2025.
- UT Southwestern Medical Center. “Pregnancy, Eating Disorders, and Anorexia”. Diakses pada 22 Maret 2025.