Rubella atau campak Jerman merupakan infeksi virus yang berisiko tinggi bagi ibu hamil dan janin. Jika infeksi ini terjadi selama kehamilan, terutama pada trimester pertama, dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital (CRS) yang berdampak serius pada perkembangan bayi. Rubella adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah, demam ringan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini […]
Rubella atau campak Jerman merupakan infeksi virus yang berisiko tinggi bagi ibu hamil dan janin. Jika infeksi ini terjadi selama kehamilan, terutama pada trimester pertama, dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital (CRS) yang berdampak serius pada perkembangan bayi.
Rubella adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah, demam ringan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebar melalui droplet dari batuk atau bersin seseorang yang terinfeksi.
Bagi kebanyakan orang, rubella tergolong ringan dan sembuh dalam beberapa hari. Namun, jika terjadi pada ibu hamil, dampaknya bisa jauh lebih serius, terutama bagi janin dalam kandungan. Oleh karena itu, Moms perlu memahami risiko rubella serta langkah pencegahan untuk melindungi diri dan si kecil.
Bahaya Rubella pada Ibu Hamil
Virus rubella, yang sangat menular, dapat menembus plasenta dan menginfeksi bayi dalam kandungan, menyebabkan berbagai komplikasi yang berpotensi mengancam nyawa. Risiko ini paling tinggi jika infeksi terjadi pada trimester pertama kehamilan, saat organ-organ janin sedang berkembang. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memahami bahaya rubella dan mengambil langkah pencegahan yang tepat agar terhindar dari dampak buruknya.
1. Sindrom Rubella Kongenital (CRS)
Sindrom Rubella Kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) adalah kondisi yang terjadi ketika bayi terinfeksi rubella di dalam kandungan. CRS paling sering terjadi jika ibu hamil terinfeksi rubella pada trimester pertama, ketika perkembangan organ janin masih dalam tahap awal. Dampak CRS bisa sangat serius dan bersifat permanen, termasuk cacat jantung bawaan yang dapat mengganggu aliran darah dan menyebabkan berbagai komplikasi kardiovaskular.
Selain itu, infeksi rubella dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang berujung pada tuli permanen, serta kebutaan akibat katarak kongenital atau gangguan penglihatan lainnya. Tidak hanya itu, bayi yang lahir dengan CRS juga berisiko mengalami keterlambatan perkembangan, yang mempengaruhi kemampuan kognitif, motorik, dan sosial mereka di kemudian hari.
Beberapa kasus juga menunjukkan bahwa infeksi rubella dapat menyebabkan kelainan saraf dan otak, seperti mikroensefali (ukuran kepala yang lebih kecil dari normal) dan gangguan neurologis lainnya yang berdampak pada kemampuan belajar dan perkembangan anak secara keseluruhan.
Baca juga: Intrauterine Growth Restriction (IUGR), Kondisi Pertumbuhan Janin yang Terhambat
2. Keguguran dan Kelahiran Prematur
Rubella selama kehamilan tidak hanya berdampak pada bayi yang lahir, tetapi juga meningkatkan risiko keguguran, lahir mati, dan kelahiran prematur. Jika seorang ibu terinfeksi rubella pada awal kehamilan, tubuhnya mungkin tidak mampu mempertahankan kehamilan karena virus dapat merusak perkembangan janin sejak dini.
Keguguran akibat rubella biasanya terjadi pada trimester pertama, ketika sistem pertahanan tubuh janin masih sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, bagi ibu yang tetap mempertahankan kehamilan, risiko kelahiran prematur juga meningkat secara signifikan.
Bayi yang lahir prematur akibat infeksi rubella sering kali memiliki berat badan lahir rendah dan mengalami gangguan kesehatan yang membutuhkan perawatan intensif di unit perawatan neonatal (NICU). Kelahiran prematur juga dapat memicu komplikasi lain, seperti gangguan pernapasan dan masalah perkembangan yang berkelanjutan.
3. Gangguan Organ Bayi
Infeksi rubella selama kehamilan juga dapat menyebabkan berbagai gangguan pada organ bayi yang sedang berkembang. Virus ini dapat menyerang hati dan limpa, menyebabkan pembesaran organ yang dapat mempengaruhi fungsi metabolisme bayi.
Beberapa bayi yang terinfeksi dalam kandungan juga dapat mengalami masalah pada sistem imun dan darah, seperti trombositopenia (jumlah trombosit yang rendah), yang meningkatkan risiko perdarahan setelah lahir.
Selain itu, infeksi rubella juga dapat memengaruhi perkembangan tulang, menyebabkan kelainan skeletal yang membuat pertumbuhan bayi menjadi tidak normal. Kondisi ini bisa berdampak pada bentuk tubuh dan fungsi motorik bayi di kemudian hari.
Bagaimana Cara Mencegah Rubella?
Mengingat dampak serius rubella pada janin, termasuk sindrom rubella kongenital yang dapat menyebabkan cacat lahir, pencegahan menjadi hal utama yang harus diperhatikan sebelum memasuki masa kehamilan. Dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko tertular virus ini dapat diminimalkan sehingga ibu hamil dan janin tetap sehat selama masa kehamilan.
1. Vaksinasi Sebelum Kehamilan
Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah rubella. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) direkomendasikan bagi wanita yang berencana untuk hamil, terutama jika mereka belum pernah mendapatkan vaksin ini sebelumnya atau tidak memiliki kekebalan terhadap rubella.
Moms yang ingin hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan status imunisasi terlebih dahulu dengan tes darah untuk memastikan apakah tubuh mereka memiliki antibodi yang cukup terhadap rubella. Jika belum, vaksin MMR perlu diberikan setidaknya satu bulan sebelum mencoba hamil. Hal ini karena vaksin MMR mengandung virus yang dilemahkan, sehingga tidak dianjurkan diberikan saat sedang hamil.
Dengan mendapatkan vaksin sebelum kehamilan, tubuh akan membentuk perlindungan jangka panjang terhadap rubella, yang tidak hanya melindungi ibu tetapi juga janin dari risiko infeksi yang berbahaya.
Baca juga: Program Vaksinasi pada Kehamilan: Melindungi Ibu dan Bayi Sejak Dini
2. Hindari Kontak dengan Penderita Rubella
Selain vaksinasi, menghindari paparan langsung dengan penderita rubella juga menjadi langkah penting dalam pencegahan. Rubella merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyebar melalui percikan udara saat seseorang batuk atau bersin.
Jika terjadi wabah rubella di lingkungan sekitar, Moms sebaiknya menghindari tempat ramai atau tempat dengan risiko penularan tinggi, seperti pusat penitipan anak, sekolah, atau fasilitas umum yang sering dikunjungi banyak orang. Jika ada anggota keluarga atau teman yang terinfeksi rubella, sebaiknya batasi interaksi dan gunakan masker untuk mengurangi risiko penularan.
Selain itu, bagi wanita yang bekerja di lingkungan dengan risiko tinggi, seperti tenaga medis atau pendidik, penggunaan alat pelindung diri serta pemeriksaan kesehatan rutin sangat disarankan untuk memastikan keamanan selama masa kehamilan.
3. Jaga Kebersihan dan Kesehatan
Menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh juga berperan penting dalam mencegah infeksi rubella. Virus ini dapat menempel di permukaan benda dan berpindah melalui tangan, sehingga mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara teratur dapat membantu mengurangi risiko penyebaran virus.
Selain mencuci tangan, menjaga daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat juga penting untuk memperkuat sistem imun. Konsumsi makanan bergizi yang kaya akan vitamin dan mineral, seperti sayuran hijau, buah-buahan, dan makanan yang tinggi protein, dapat membantu tubuh melawan infeksi dengan lebih baik.
Selain itu, istirahat yang cukup dan rutin berolahraga ringan juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga risiko terkena penyakit menular seperti rubella dapat diminimalkan.
Baca juga: Makanan Untuk Bumil: Pilihan Terbaik untuk Kesehatan Ibu dan Janin
Rubella adalah infeksi virus yang dapat membahayakan ibu hamil dan janin, terutama jika terjadi pada trimester pertama. Risiko terbesar dari infeksi ini adalah sindrom rubella kongenital (CRS) yang dapat menyebabkan cacat bawaan dan gangguan perkembangan bayi. Pencegahan terbaik adalah dengan vaksinasi sebelum hamil serta menghindari kontak dengan penderita rubella. Jika Moms sedang hamil dan merasa terpapar virus ini, segera lakukan konsultasi medis untuk mengurangi risiko komplikasi.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- PMC. “Rubella and Pregnancy”. Diakses pada 26 Februari 2026.
- CDC. “Rubella and Pregnancy”. Diakses pada 26 Februari 2026.
- Mayo Clinic. “Rubella: Symptoms & Causes”. Diakses pada 26 Februari 2026.
- Cleveland Clinic. “Rubella”. Diakses pada 26 Februari 2026.