Ejakulasi tertunda bisa membuat hubungan seksual jadi penuh tekanan, baik bagi Dads maupun Moms. Kondisi ini bukan hanya soal waktu, tapi menyangkut kenyamanan, kepercayaan diri, dan kualitas hubungan. Meskipun bukan hal yang berbahaya secara medis, ejakulasi tertunda dapat berdampak pada psikologis dan kehidupan pasangan jika dibiarkan tanpa penanganan. Untuk memahami lebih dalam, mari bahas apa saja gejalanya, penyebab yang mendasari, dan bagaimana pengobatannya dilakukan.
Apa Itu Ejakulasi Tertunda?
Ejakulasi tertunda (delayed ejaculation) adalah kondisi ketika pria membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual, atau bahkan tidak bisa ejakulasi sama sekali meskipun gairah dan ereksi tetap ada. Ini berbeda dari disfungsi ereksi, karena Dads tetap bisa mempertahankan ereksi, namun sulit mencapai puncak orgasme. Kondisi ini tergolong sebagai disfungsi seksual pria, dan bisa bersifat sementara atau kronis, tergantung dari penyebabnya.
Gejala Ejakulasi Tertunda
Gejala utama dari ejakulasi tertunda adalah keterlambatan yang tidak wajar dalam mencapai klimaks saat aktivitas seksual. Gejala lainnya meliputi:
-
Tidak mampu ejakulasi saat penetrasi, meski bisa saat masturbasi
-
Membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk ejakulasi
-
Ejakulasi hanya bisa terjadi dalam kondisi tertentu atau posisi tertentu
-
Frustrasi, stres, atau ketegangan dalam hubungan karena masalah ini
Jika kondisi ini hanya terjadi sesekali, kemungkinan bukan masalah serius. Namun jika terjadi berulang atau menimbulkan tekanan emosional, sudah saatnya Dads berkonsultasi dengan tenaga medis.
Baca juga: Apa itu Ejakulasi Dini? Gejala & Penyebab
Penyebab Ejakulasi Tertunda

Ejakulasi tertunda bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik fisik maupun psikologis. Berikut penjelasan yang dikategorikan berdasarkan asal penyebabnya:
1. Penyebab Fisik
Faktor fisik yang memicu ejakulasi tertunda umumnya berkaitan dengan gangguan medis atau efek samping obat-obatan tertentu. Beberapa jenis antidepresan seperti SSRI, obat penurun tekanan darah, dan obat penenang dapat memengaruhi sinyal saraf yang mengatur fungsi seksual, sehingga menghambat proses ejakulasi. Selain itu, konsumsi alkohol berlebihan juga bisa menurunkan sensitivitas dan menekan sistem saraf pusat, membuat respon seksual melambat.
Penyakit kronis seperti diabetes, gangguan jantung, dan kerusakan saraf akibat kondisi neurologis seperti multiple sclerosis turut berperan dalam memperlambat ejakulasi. Prosedur medis seperti operasi prostat atau tulang belakang juga berisiko merusak refleks ejakulasi karena mengganggu jalur komunikasi antara otak dan organ reproduksi. Jika Dads mengalami gejala ini setelah pengobatan atau diagnosa penyakit tertentu, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
Baca juga: Kenapa Ejakulasi Bisa Terasa Nyeri?
2. Penyebab Psikologis
Secara psikologis, ejakulasi tertunda sering kali dipicu oleh stres, kecemasan, atau tekanan mental yang tidak disadari. Salah satu penyebab utama adalah performance anxiety atau kecemasan kinerja, di mana Dads merasa tertekan untuk memuaskan pasangan dan justru kehilangan kendali atas ejakulasi. Perasaan takut gagal, malu, atau tidak percaya diri bisa memperburuk kondisi ini dalam jangka panjang.
Selain itu, stres akibat pekerjaan, konflik keluarga, atau tekanan finansial dapat membuat pikiran sulit fokus saat berhubungan seksual. Gejala depresi juga sering dikaitkan dengan penurunan dorongan seksual dan kesulitan mencapai orgasme. Bahkan, pengaruh pendidikan atau budaya yang terlalu ketat terkait seks bisa menciptakan hambatan mental yang menghambat proses ejakulasi secara alamiah. Jika penyebabnya bersifat psikologis, terapi atau konseling seksual bisa sangat membantu.
3. Faktor Relasi
Hubungan emosional yang kurang harmonis antara Moms dan Dads juga dapat berkontribusi pada ejakulasi tertunda. Ketika komunikasi seksual tidak terbuka atau muncul konflik dalam hubungan, hal ini dapat menciptakan tekanan emosional yang memperparah gejala. Ketidakcocokan emosional atau jarak secara mental antara pasangan bisa membuat proses seksual terasa canggung dan tidak alami.
Dalam banyak kasus, membangun keintiman kembali, menyelaraskan ekspektasi, dan menciptakan komunikasi yang sehat dapat membantu mengurangi hambatan seksual yang bersifat relasional. Konseling pasangan dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi ejakulasi tertunda yang dipengaruhi oleh dinamika hubungan, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hubungan secara keseluruhan.
Baca juga: Ciri-Ciri Ejakulasi Dini pada Wanita: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Pengobatan dan Penanganan Ejakulasi Tertunda

Penanganan tergantung dari penyebab yang mendasari. Dokter akan melakukan evaluasi lengkap, termasuk wawancara medis, pemeriksaan fisik, hingga tes darah jika diperlukan. Berikut beberapa metode yang biasa digunakan:
1. Terapi Psikologis
Jika ejakulasi tertunda dipicu oleh faktor psikologis seperti kecemasan, stres, trauma masa lalu, atau masalah relasi, maka terapi psikologis sangat dianjurkan. Konsultasi dengan psikolog atau terapis seks dapat membantu Dads mengenali dan mengatasi hambatan emosional atau mental yang memengaruhi performa seksual. Dalam banyak kasus, sesi terapi ini bisa menjadi titik balik untuk pemulihan fungsi ejakulasi secara bertahap.
Selain terapi individual, terapi pasangan juga terbukti efektif dalam memperbaiki komunikasi dan keintiman antara Moms dan Dads. Ketika pasangan bisa saling memahami dan mendukung secara emosional, tekanan selama hubungan seksual akan berkurang, sehingga respons seksual lebih mudah dicapai secara alami. Keterbukaan dan kepercayaan adalah kunci utama keberhasilan terapi jenis ini.
Baca juga: Stress dan Gangguan Kesuburan: Apa yang Perlu Moms dan Dads Ketahui?
2. Penggantian Obat
Bila penyebab ejakulasi tertunda adalah efek samping dari obat-obatan seperti antidepresan atau penurun tekanan darah, dokter akan mengevaluasi kembali terapi yang sedang dijalani. Dalam banyak kasus, penggantian obat atau penyesuaian dosis dapat membantu mengembalikan keseimbangan fungsi seksual tanpa mengganggu pengobatan utama.
Penting untuk tidak menghentikan konsumsi obat secara sepihak, karena bisa menimbulkan efek samping berbahaya. Diskusikan secara terbuka dengan dokter tentang semua obat yang sedang dikonsumsi agar alternatif terbaik bisa ditemukan. Dengan pendekatan yang tepat, fungsi seksual bisa pulih tanpa mengorbankan kesehatan secara keseluruhan.
Baca juga: Obat-Obatan yang Dapat Ganggu Kesuburan Pria dan Wanita
3. Obat Perangsang Dopamin
Pada beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat yang dapat meningkatkan kadar dopamin di otak. Dopamin adalah neurotransmitter yang berperan penting dalam mengatur gairah dan respon seksual. Ketika kadar dopamin meningkat secara seimbang, kemungkinan untuk mencapai ejakulasi pun bisa kembali normal.
Obat-obatan jenis ini tidak diberikan sembarangan dan hanya direkomendasikan jika terapi lain tidak menunjukkan hasil maksimal. Evaluasi ketat dari dokter diperlukan agar penggunaannya aman dan efektif. Selain itu, respons terhadap obat ini juga harus dipantau secara berkala untuk memastikan tidak menimbulkan efek samping.
4. Teknik Stimulan dan Variasi Seksual
Mengubah kebiasaan dalam berhubungan seksual juga dapat membantu Dads yang mengalami ejakulasi tertunda. Teknik stimulasi yang lebih intens, variasi dalam foreplay, atau eksperimen dengan posisi dan suasana baru bisa meningkatkan gairah serta sensitivitas seksual. Kreativitas dalam hubungan intim sering kali membantu mengatasi hambatan yang bersifat psikosomatis.
Dads juga bisa mencoba metode seperti edging atau sensate focus yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tubuh dan kontrol terhadap respon seksual. Diskusi terbuka dengan Moms tentang preferensi dan kenyamanan masing-masing dapat mempererat hubungan sekaligus mempermudah proses penyembuhan. Variasi yang sehat dan saling menyenangkan bisa membawa hasil positif secara signifikan.
Baca juga: Rekomendasi Posisi Seks Agar Cepat Hamil, serta Tipsnya
5. Terapi Hormonal
Ketidakseimbangan hormon, khususnya testosteron rendah, juga bisa menjadi faktor pemicu ejakulasi tertunda. Dalam situasi ini, terapi hormonal bisa menjadi pilihan setelah dilakukan tes laboratorium dan evaluasi menyeluruh oleh dokter. Terapi ini dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan tidak menimbulkan efek samping seperti kelebihan hormon atau gangguan metabolik.
Jika kadar hormon kembali normal, biasanya fungsi seksual juga akan mengalami perbaikan secara bertahap. Namun, terapi ini bukan solusi instan dan tetap memerlukan dukungan dari aspek psikologis serta relasi pasangan. Oleh karena itu, terapi hormonal umumnya menjadi bagian dari pendekatan pengobatan yang lebih komprehensif.
Baca juga: 4 Olahraga Meningkatkan Hormon Testosteron
Tips Menghadapi Ejakulasi Tertunda
-
Jangan menyalahkan diri sendiri atau pasangan
-
Fokus pada keintiman, bukan hanya ejakulasi
-
Ciptakan suasana yang relaks dan bebas tekanan
-
Buka komunikasi soal ekspektasi dan kenyamanan masing-masing
-
Jangan menunda mencari bantuan profesional
Ejakulasi tertunda adalah kondisi yang bisa dialami siapa saja dan sering kali berkaitan dengan faktor fisik, psikologis, atau keduanya. Meski tidak berbahaya secara medis, dampaknya bisa besar terhadap hubungan dan kesehatan emosional. Dengan memahami gejalanya, mengenali penyebab, serta membuka diri terhadap pengobatan, Dads bisa mengatasi kondisi ini secara bertahap. Dukungan dari Moms juga menjadi kunci dalam proses pemulihan dan menjaga keharmonisan hubungan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Mayo Clinic. “Delayed ejaculation: Symptoms and causes”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Cleveland Clinic. “Delayed Ejaculation”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- NCBI. “A Review of Delayed Ejaculation”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Healthline. “Delayed Ejaculation”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- NHS UK. “Ejaculation problems”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.