Bagi Moms dan Dads yang sudah menjalani berbagai pemeriksaan, namun hasilnya tetap “normal” tapi belum juga mendapatkan kehamilan, mungkin sedang menghadapi kondisi yang disebut infertilitas idiopatik. Istilah ini mengacu pada kemandulan tanpa penyebab medis yang jelas, meski seluruh tes kesuburan menunjukkan hasil baik. Meski terdengar membingungkan, kondisi ini bisa diatasi dengan strategi yang tepat. Artikel […]
Bagi Moms dan Dads yang sudah menjalani berbagai pemeriksaan, namun hasilnya tetap “normal” tapi belum juga mendapatkan kehamilan, mungkin sedang menghadapi kondisi yang disebut infertilitas idiopatik. Istilah ini mengacu pada kemandulan tanpa penyebab medis yang jelas, meski seluruh tes kesuburan menunjukkan hasil baik. Meski terdengar membingungkan, kondisi ini bisa diatasi dengan strategi yang tepat. Artikel ini akan mengulas penyebab tersembunyi dan berbagai cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peluang kehamilan secara alami maupun dengan bantuan medis.
Apa Itu Infertilitas Idiopatik?
Infertilitas idiopatik adalah diagnosis yang diberikan ketika pasangan tidak bisa hamil setelah 12 bulan berhubungan seksual tanpa alat kontrasepsi, padahal hasil pemeriksaan sperma, ovulasi, saluran tuba, dan rahim tidak menunjukkan kelainan. Sekitar 10–30% dari semua kasus infertilitas termasuk dalam kategori ini. Artinya, pasangan mengalami kesulitan hamil tanpa diketahui penyebab spesifiknya.
Kemungkinan Penyebab yang Tidak Terdeteksi

Sumber gambar: iStock
Meskipun hasil tes laboratorium dan imaging normal, bukan berarti tidak ada masalah. Beberapa penyebab yang mungkin tidak terdeteksi dalam pemeriksaan standar meliputi:
1. Masalah Ovulasi Mikro
Ovulasi mungkin memang terjadi, namun kualitas sel telur yang dihasilkan atau waktu pelepasannya tidak dalam kondisi optimal. Ini sering tidak terdeteksi karena siklus menstruasi Moms tampak teratur dan hasil USG tidak menunjukkan kelainan. Ovulasi mikro seperti ini membuat peluang pembuahan lebih kecil meski tampaknya tidak ada masalah. Pemeriksaan lanjutan seperti pemantauan hormon harian atau program observasi ovulasi bisa memberikan gambaran lebih jelas.
Baca juga: Anovulasi: Memahami Penyebab, Ciri-Ciri, dan Cara Mengatasinya
2. Gangguan Imunologis
Sistem imun Moms bisa saja membentuk respons autoimun, seperti antibodi terhadap sperma atau peradangan mikro di rahim yang mengganggu proses implantasi. Sayangnya, kondisi ini sering tidak muncul pada tes laboratorium rutin. Gangguan ini menyebabkan janin sulit melekat di rahim atau bahkan menimbulkan kegagalan pembuahan. Diperlukan tes imunologi khusus dan konsultasi dengan dokter fertilitas untuk memastikan apakah faktor ini berperan dalam kasus infertilitas.
3. Disfungsi Tubal Minor
Meski hasil HSG atau laparoskopi menunjukkan saluran tuba tidak tersumbat, bukan berarti fungsinya normal sepenuhnya. Ada kemungkinan gangguan halus dalam motilitas tuba yang membuat sperma dan sel telur gagal bertemu secara efisien. Disfungsi tubal minor seperti ini kerap luput dari perhatian karena tidak bisa dideteksi dengan imaging biasa. Penanganannya bisa mencakup terapi hormonal, inseminasi buatan, atau langkah lanjutan seperti IVF.
4. Masalah Sperma Lanjutan
Analisis sperma Dads mungkin menunjukkan jumlah dan bentuk sperma yang baik, namun kualitas genetiknya belum tentu optimal. Fragmentasi DNA sperma adalah salah satu penyebab tersembunyi yang bisa memengaruhi keberhasilan pembuahan dan perkembangan embrio. Tes DNA fragmentation dan advanced sperm function test dapat memberikan informasi lebih mendalam mengenai kualitas sperma. Jika ditemukan masalah, perubahan gaya hidup atau suplementasi tertentu bisa menjadi solusi.
Baca juga: Rekomendasi Makanan untuk Meningkatkan Kualitas Sperma
5. Ketidakseimbangan Mikrobioma Vagina
Lingkungan mikroba di saluran reproduksi Moms berperan penting dalam menciptakan kondisi ideal untuk pembuahan dan implantasi. Ketidakseimbangan mikrobioma, misalnya akibat antibiotik atau infeksi berulang, bisa mengganggu peluang kehamilan meskipun tidak menimbulkan gejala. Sayangnya, tes mikrobioma belum umum dilakukan di fasilitas medis standar. Namun, pendekatan ini mulai dipertimbangkan dalam program fertilitas karena potensinya dalam meningkatkan keberhasilan promil secara alami.
Strategi Mengatasi Infertilitas Idiopatik

Sumber gambar: iStock
1. Tingkatkan Gaya Hidup Sehat
Langkah pertama yang wajib dilakukan oleh Moms dan Dads adalah perbaikan gaya hidup:
-
Konsumsi makanan bergizi seimbang (kaya antioksidan, asam folat, zinc, omega-3)
-
Olahraga rutin 3–5 kali per minggu
-
Tidur cukup dan manajemen stres
Perbaikan gaya hidup bisa meningkatkan peluang hamil, bahkan pada pasangan dengan infertilitas tanpa penyebab jelas.
Baca juga: 8 Jenis Olahraga Agar Cepat Hamil yang Bisa Dicoba!
2. Pantau Ovulasi dengan Lebih Teliti
Gunakan alat prediksi ovulasi (ovulation test kit), termometer suhu basal, atau aplikasi pemantau siklus untuk mendeteksi masa subur. Waktu berhubungan yang tepat sangat krusial.
3. Program Inseminasi Intrauterin (IUI)
IUI menjadi pilihan awal yang direkomendasikan untuk kasus infertilitas idiopatik. Sperma Dads yang sudah “dipilih” kualitas terbaiknya dimasukkan langsung ke dalam rahim Moms saat ovulasi berlangsung.
4. Terapi Ovulasi
Obat-obatan seperti clomiphene citrate atau letrozole bisa diberikan untuk memicu ovulasi atau meningkatkan kualitas sel telur, meskipun siklus menstruasi terlihat normal.
5. Teknologi Reproduksi Berbantu (ART)
Jika IUI tidak berhasil setelah beberapa siklus, dokter biasanya menyarankan IVF (bayi tabung). IVF dapat mengatasi berbagai penyebab tersembunyi yang sulit didiagnosis, seperti masalah pada tuba, kualitas sperma, atau implantasi. Tingkat keberhasilan IVF pada pasangan dengan infertilitas idiopatik bisa sama baiknya dengan mereka yang memiliki penyebab yang diketahui.
Baca juga: Apakah Olahraga Berlebihan Tidak Baik untuk Kesuburan?
6. Pemeriksaan Lanjutan dan Tes Genetik
Jika IVF pun belum berhasil, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan lanjutan seperti:
-
Tes fragmentasi DNA sperma
-
Histeroskopi untuk melihat kondisi rahim secara langsung
-
Tes genetik untuk mengetahui kelainan kromosom halus
Dukungan Mental dan Emosional Sangat Penting
Infertilitas idiopatik bisa terasa sangat menekan karena tidak adanya diagnosis pasti. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental sangat penting selama promil. Moms dan Dads bisa mempertimbangkan:
-
Konseling pasangan atau support group
-
Meditasi dan mindfulness
-
Komunikasi terbuka tanpa menyalahkan
Baca juga: Stress dan Gangguan Kesuburan: Apa yang Perlu Moms dan Dads Ketahui?
Infertilitas idiopatik memang membuat frustrasi karena tak ada penyebab pasti yang bisa ditangani secara langsung. Namun, bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan pendekatan yang sistematis, mulai dari perbaikan gaya hidup, pemantauan ovulasi, terapi hormon, hingga teknologi seperti IUI dan IVF peluang hamil tetap terbuka lebar. Kunci utama adalah bersikap proaktif, realistis, dan tidak menyerah. Konsultasi rutin dengan dokter spesialis fertilitas juga sangat dianjurkan agar langkah yang diambil tepat sasaran.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Cleveland Clinic. “Unexplained Infertility”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- PMC. “The Evaluation and Treatment of Unexplained Infertility”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- PMC. “Unexplained Infertility: An Update”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Medical News Today. “What to Know About Unexplained Infertility”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.