Sindrom aspirasi mekonium merupakan salah satu kondisi serius yang bisa terjadi saat persalinan atau setelah bayi lahir. Meski tidak umum, kasus ini bisa berdampak pada sistem pernapasan bayi dan membutuhkan penanganan cepat. Moms dan Dads yang sedang menantikan kelahiran si kecil penting memahami apa itu aspirasi mekonium, bagaimana gejalanya muncul, serta langkah-langkah penanganannya untuk memastikan […]
Sindrom aspirasi mekonium merupakan salah satu kondisi serius yang bisa terjadi saat persalinan atau setelah bayi lahir. Meski tidak umum, kasus ini bisa berdampak pada sistem pernapasan bayi dan membutuhkan penanganan cepat. Moms dan Dads yang sedang menantikan kelahiran si kecil penting memahami apa itu aspirasi mekonium, bagaimana gejalanya muncul, serta langkah-langkah penanganannya untuk memastikan bayi lahir sehat dan selamat.
Apa Itu Sindrom Aspirasi Mekonium?
Sindrom aspirasi mekonium atau Meconium Aspiration Syndrome (MAS) adalah kondisi saat bayi menghirup mekonium, kotoran pertama bayi ke dalam paru-parunya sebelum, saat, atau segera setelah proses persalinan. Biasanya, mekonium dikeluarkan dalam air ketuban oleh janin saat terjadi stres dalam kandungan, dan jika bayi bernapas sebelum lahir, cairan ketuban yang bercampur mekonium dapat terhirup ke dalam saluran napas.
Penyebab Utama Sindrom Aspirasi Mekonium

Sumber gambar: iStock
1. Stres Janin
Stres janin merupakan salah satu penyebab paling umum dari keluarnya mekonium ke dalam cairan ketuban. Stres ini biasanya disebabkan oleh kondisi seperti kekurangan oksigen, gangguan aliran darah dari tali pusat, atau kehamilan lewat waktu. Saat stres meningkat, janin bisa melepaskan mekonium ke dalam ketuban sebagai respons refleks. Ketika mekonium sudah bercampur dalam ketuban, ada risiko besar bayi akan menghirupnya, terutama saat ia mulai mengambil napas pertama. Oleh karena itu, deteksi stres janin melalui pemeriksaan detak jantung atau CTG sangat penting dalam mengurangi risiko MAS.
2. Kehamilan Lewat HPL
Kehamilan yang melebihi Hari Perkiraan Lahir (HPL), khususnya di atas 42 minggu, meningkatkan kemungkinan bayi mengeluarkan mekonium sebelum lahir. Ini karena saluran pencernaan bayi menjadi lebih matang seiring waktu, sehingga refleks buang air besar pertama dapat terjadi di dalam rahim. Jika cairan ketuban sudah berubah warna menjadi kehijauan atau kecokelatan, itu merupakan tanda adanya mekonium. Dalam kasus ini, pemantauan ketat harus dilakukan untuk mencegah bayi menghirup cairan yang telah terkontaminasi, demi menjaga kesehatan pernapasan pasca lahir.
3. Persalinan Lama atau Sulit
Proses persalinan yang berlangsung terlalu lama atau mengalami hambatan seperti kontraksi lemah, posisi janin tidak ideal, atau intervensi medis, bisa meningkatkan risiko sindrom aspirasi mekonium. Kondisi ini sering kali menyebabkan tekanan berlebih pada janin, yang akhirnya memicu keluarnya mekonium. Ketika persalinan berlangsung lebih dari waktu normal, Moms perlu dalam pengawasan ketat untuk mendeteksi potensi stres janin. Prosedur seperti amnioskopi atau pemantauan denyut jantung janin akan membantu menilai apakah perlu dilakukan tindakan medis segera demi mencegah komplikasi.
Baca juga: Komplikasi Persalinan yang Perlu Ibu Ketahui
4. Hipoksia
Hipoksia atau kekurangan oksigen merupakan kondisi serius yang bisa terjadi baik selama kehamilan maupun saat proses kelahiran. Saat janin mengalami kekurangan oksigen, tubuhnya bisa secara otomatis merespons dengan menarik napas sebelum keluar dari rahim, yang mengakibatkan mekonium terhirup ke dalam paru-paru. Kehadiran mekonium di saluran napas dapat menghambat pernapasan bayi dan menyebabkan infeksi atau peradangan paru. Maka dari itu, deteksi dini hipoksia dan penanganan cepat saat tanda-tanda gangguan muncul sangat penting dalam mencegah sindrom aspirasi mekonium terjadi pada si kecil.
Baca juga: Gawat Janin: Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya
Gejala Sindrom Aspirasi Mekonium
Gejala MAS biasanya muncul segera setelah lahir, dan Moms atau Dads bisa memperhatikan hal-hal berikut:
-
Pernapasan cepat atau tersengal-sengal
-
Suara napas kasar (grunting)
-
Hidung kembang-kempis
-
Kulit kebiruan (sianosis) akibat kadar oksigen rendah
-
Otot tubuh lemah atau tidak aktif
-
Air ketuban berwarna kehijauan atau kecokelatan, tanda awal adanya mekonium
Kadang bayi juga tampak tidak menangis kuat setelah lahir, atau tampak kesulitan bernapas secara ritmis.
Baca juga: Penyebab Air Ketuban Keruh dan Bagaimana Cara Mencegahnya?
Komplikasi yang Dapat Terjadi
Jika tidak segera ditangani, aspirasi mekonium bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius seperti:
-
Pneumonia kimiawi akibat peradangan paru-paru karena iritasi dari mekonium
-
Penyumbatan saluran napas
-
Penurunan kadar oksigen dalam darah
-
Hipertensi pulmonal persisten (tekanan darah tinggi di paru-paru bayi)
-
Kerusakan paru-paru jangka panjang jika tidak tertangani dengan tepat
Penanganan Sindrom Aspirasi Mekonium

Sumber gambar: Freepik
1. Dukungan Pernapasan
Langkah awal yang paling penting dalam menangani MAS adalah memastikan bayi bisa bernapas dengan baik. Banyak bayi yang mengalami sindrom ini memerlukan bantuan oksigen untuk menjaga saturasi tetap normal. Pada kasus yang lebih berat, penggunaan alat bantu napas seperti CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) atau bahkan ventilator mekanik bisa menjadi pilihan. Dukungan pernapasan ini bertujuan untuk membantu paru-paru bayi bekerja dengan optimal, terutama saat saluran pernapasan dipenuhi oleh mekonium. Dengan pengawasan ketat dari tim medis, kondisi bayi biasanya akan membaik dalam beberapa hari jika respons terhadap terapi positif.
2. Suctioning
Dahulu, prosedur penyedotan mekonium dari saluran napas bayi (suctioning) dilakukan secara rutin begitu bayi lahir, bahkan sebelum bayi menangis atau bernapas. Namun, seiring perkembangan ilmu kedokteran, praktik ini kini hanya dilakukan jika bayi tampak tidak aktif, tidak menangis, atau kesulitan bernapas setelah lahir. Keputusan melakukan suctioning kini lebih selektif, untuk menghindari trauma pada saluran napas bayi yang bisa terjadi jika prosedur dilakukan tanpa indikasi jelas. Oleh karena itu, Moms dan Dads tak perlu khawatir jika dokter tidak langsung menyedot mekonium saat bayi lahir, karena prosedur tersebut akan dipertimbangkan berdasarkan kondisi aktual si kecil.
3. Terapi Antibiotik
Jika ada dugaan infeksi atau risiko bayi mengalami pneumonia akibat aspirasi mekonium, dokter akan segera memberikan antibiotik sebagai bagian dari pengobatan. Antibiotik membantu mencegah perkembangan bakteri dalam paru-paru yang bisa memperburuk kondisi bayi. Pemberian antibiotik ini dilakukan melalui infus dan biasanya dilanjutkan selama beberapa hari sambil memantau tanda-tanda vital dan kondisi pernapasan bayi. Penanganan ini penting untuk mencegah komplikasi lanjutan yang dapat muncul akibat infeksi sistemik.
Baca juga: Ketuban Pecah Dini, Apakah Berbahaya Untuk Janin?
4. Perawatan Intensif Neonatal
Bayi dengan kondisi MAS yang berat biasanya akan dirawat di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Di sini, bayi mendapatkan pemantauan ketat oleh tim medis profesional yang dilengkapi dengan alat-alat canggih untuk mendukung pernapasan dan sirkulasi. Selama berada di NICU, bayi bisa menerima berbagai bentuk perawatan seperti oksigen, cairan infus, nutrisi parenteral, dan terapi lanjutan lainnya sesuai kebutuhan. Dengan perawatan intensif yang tepat, sebagian besar bayi dengan MAS bisa pulih sepenuhnya dan tumbuh sehat ke depannya.
Apakah Sindrom Aspirasi Mekonium Bisa Dicegah?
Tidak selalu bisa dicegah, tetapi risikonya bisa ditekan melalui:
-
Pemantauan ketat kehamilan mendekati HPL
-
Induksi persalinan jika kehamilan melewati 41 minggu
-
Mengelola stres janin secara dini melalui pemeriksaan CTG atau USG doppler
-
Persalinan di fasilitas dengan peralatan dan tenaga medis yang memadai
Sindrom aspirasi mekonium adalah kondisi serius yang terjadi saat bayi menghirup mekonium ke paru-parunya sebelum atau saat lahir. Gejalanya bisa terlihat segera setelah lahir dan membutuhkan penanganan medis secepat mungkin. Meski terdengar menakutkan, kebanyakan kasus MAS bisa diatasi dengan baik jika dikenali dan ditangani sejak awal. Kuncinya ada pada kesiapan tenaga medis, fasilitas yang mendukung, serta dukungan dari Moms dan Dads dalam menjaga kesehatan selama masa kehamilan.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- NCBI. “Meconium Aspiration Syndrome”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Cleveland Clinic. “Meconium Aspiration Syndrome”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Medscape. “Meconium Aspiration Syndrome Overview”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- KidsHealth. “Meconium”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.