Morula IVF

Mengenal Vulvitis, Rasa Tidak Nyaman Pada Vulva

January 21, 2025

Mengenal Vulvitis, Rasa Tidak Nyaman Pada Vulva

Vulvitis adalah kondisi peradangan pada vulva, yaitu bagian luar alat kelamin wanita. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, iritasi, dan bahkan rasa nyeri. Meskipun tidak selalu serius, vulvitis dapat mengganggu aktivitas sehari-hari jika tidak ditangani dengan baik.

Vulvitis bukanlah penyakit, melainkan istilah medis yang menggambarkan peradangan atau iritasi pada vulva. Vulva meliputi bagian luar alat kelamin wanita, termasuk labia, klitoris, dan pembukaan vagina. Kondisi ini dapat terjadi pada wanita dari segala usia, termasuk anak-anak. Penyebabnya sangat bervariasi, mulai dari iritasi karena produk tertentu hingga infeksi atau gangguan medis lainnya.

Penyebab Vulvitis

Vulvitis
Sumber gambar: Freepik

1. Iritasi atau Alergi

Salah satu penyebab utama vulvitis adalah iritasi atau reaksi alergi terhadap produk kesehatan dan kebersihan yang digunakan sehari-hari. Produk seperti sabun, tisu basah, atau pembersih kewanitaan yang mengandung pewangi atau bahan kimia keras sering kali menjadi pemicu. Penggunaan pembalut atau tampon dengan bahan tertentu juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit vulva, terutama jika digunakan dalam waktu lama tanpa diganti.

Selain itu, sisa deterjen atau pelembut pada pakaian dalam yang tidak terbilas dengan baik dapat memicu reaksi alergi pada sebagian wanita, terutama mereka yang memiliki kulit sensitif. Penting untuk memilih produk yang dirancang khusus untuk kulit sensitif dan menghindari bahan kimia yang berpotensi mengiritasi.

Baca juga: Memahami Vulvodinia: Gejala, Penyebab, dan Perawatan

2. Infeksi

Infeksi juga menjadi salah satu penyebab umum vulvitis. Infeksi jamur, seperti yang disebabkan oleh Candida, sering kali menyebabkan rasa gatal yang intens, disertai dengan keputihan yang tidak normal. Selain itu, infeksi menular seksual (IMS), seperti herpes genital atau trikomoniasis, dapat memicu peradangan dan iritasi pada vulva.

Bakteri vaginosis, yang terjadi akibat ketidakseimbangan flora bakteri di vagina, juga dapat memengaruhi vulva dan menyebabkan vulvitis. Infeksi-infeksi ini memerlukan diagnosis dan pengobatan yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

3. Kondisi Kulit

Beberapa kondisi kulit kronis dapat memengaruhi area vulva dan menyebabkan vulvitis. Eksim dan psoriasis, misalnya, dapat meluas hingga ke area vulva, menimbulkan gejala seperti kemerahan, gatal, dan iritasi. Kondisi lain, seperti lichen sclerosus, ditandai dengan munculnya bercak putih pada kulit vulva yang sering kali sangat gatal dan terkadang menyakitkan. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat memperburuk kesehatan kulit vulva dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang signifikan.

Baca juga: 5 Masalah Kulit Pada Ibu Hamil: Penyebab dan Cara Mengatasinya

4. Kondisi Medis Lainnya

Kondisi medis tertentu juga dapat meningkatkan risiko vulvitis. Ketidakseimbangan hormon, seperti penurunan kadar estrogen selama menopause, dapat membuat kulit vulva menjadi lebih tipis dan sensitif, sehingga rentan terhadap iritasi. Selain itu, gesekan akibat pakaian yang terlalu ketat atau hubungan seksual yang intens juga dapat memicu peradangan pada area ini. Faktor-faktor ini sering kali menyebabkan gejala vulvitis yang memerlukan perhatian khusus, terutama jika gejalanya tidak kunjung reda.

Gejala Vulvitis

Gejala vulvitis bisa bervariasi tergantung pada penyebabnya. Beberapa tanda umum yang perlu diperhatikan meliputi:

  • Rasa gatal atau terbakar di sekitar vulva.
  • Kemerahan, bengkak, atau iritasi pada vulva.
  • Nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual.
  • Keputihan yang tidak biasa, terutama jika penyebabnya adalah infeksi.
  • Kulit vulva yang terlihat bersisik atau pecah-pecah.

Jika Moms mengalami gejala ini dan tidak kunjung membaik, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Cara Mengobati Vulvitis

Vulvitis
Sumber gambar: Freepik

Pengobatan vulvitis sangat bergantung pada penyebab utamanya. Setiap faktor pemicu membutuhkan pendekatan berbeda agar kondisi dapat ditangani secara efektif. Mengetahui metode pengobatan yang tepat tidak hanya membantu mengurangi gejala, tetapi juga mencegah vulvitis kambuh di kemudian hari. Dalam banyak kasus, perawatan medis dan perubahan gaya hidup sederhana dapat memberikan hasil yang optimal.

1. Menghindari Pemicu Iritasi

Langkah pertama yang biasanya dianjurkan oleh tenaga medis adalah menghindari faktor-faktor yang dapat memicu iritasi. Penggunaan sabun tanpa pewangi atau produk kebersihan yang dirancang khusus untuk kulit sensitif menjadi pilihan terbaik. Sabun dengan bahan kimia keras atau pewangi dapat memperburuk iritasi pada kulit vulva. Selain itu, memilih pakaian dalam berbahan katun yang memungkinkan sirkulasi udara sangat penting untuk menjaga area tetap kering dan mengurangi gesekan. Hindari pakaian yang terlalu ketat karena dapat meningkatkan risiko iritasi akibat gesekan langsung dengan kulit vulva.

2. Penggunaan Obat-Obatan

Pengobatan vulvitis yang melibatkan infeksi sering kali memerlukan obat-obatan tertentu. Untuk vulvitis yang disebabkan oleh infeksi jamur, dokter biasanya akan meresepkan krim atau salep antijamur. Produk ini diaplikasikan langsung pada area vulva untuk membasmi jamur penyebab infeksi. Jika vulvitis dipicu oleh infeksi bakteri, antibiotik dalam bentuk oral atau topikal sering kali diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Bagi pasien yang mengalami vulvitis akibat kondisi kulit seperti eksim atau psoriasis, krim steroid mungkin direkomendasikan. Krim ini bekerja dengan cara mengurangi peradangan dan meredakan rasa gatal yang sering menyertai vulvitis.

3. Pemberian Hormon Topikal

Untuk wanita yang mengalami vulvitis akibat rendahnya kadar estrogen, seperti selama menopause, pengobatan hormonal dapat menjadi solusi efektif. Dokter mungkin akan merekomendasikan penggunaan krim estrogen topikal. Krim ini membantu meningkatkan kadar estrogen lokal, yang pada akhirnya memperbaiki kondisi kulit vulva. Kulit vulva yang lebih sehat dan elastis akan lebih tahan terhadap iritasi, sehingga gejala vulvitis dapat berkurang secara signifikan.

4. Kompres Dingin atau Hangat

Cara sederhana namun efektif untuk meredakan gejala vulvitis adalah dengan mengompres area vulva menggunakan kain bersih yang dibasahi air dingin atau hangat. Kompres dingin dapat membantu mengurangi pembengkakan dan rasa gatal, sementara kompres hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah ke area tersebut, yang dapat mempercepat proses penyembuhan. Pastikan kain yang digunakan bersih untuk menghindari risiko infeksi tambahan.

Cara Mencegah Vulvitis

Mencegah vulvitis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan menghindari faktor pemicu. Berikut beberapa langkah yang bisa Moms coba:

  • Gunakan Sabun Lembut: Cuci area vulva hanya dengan air atau sabun tanpa pewangi. Hindari douching, karena dapat mengganggu keseimbangan bakteri alami vagina.
  • Pilih Pakaian yang Tepat: Kenakan pakaian dalam berbahan katun dan hindari pakaian yang terlalu ketat untuk mencegah gesekan.
  • Hindari Produk Berbahan Kimia Keras: Periksa label produk kebersihan atau perawatan kulit dan hindari yang mengandung pewangi atau bahan kimia keras.
  • Jaga Kelembapan: Setelah mandi atau berenang, pastikan area vulva kering sebelum mengenakan pakaian untuk mencegah pertumbuhan jamur.
  • Gunakan Pelumas yang Aman: Jika vulvitis sering terjadi setelah berhubungan seksual, gunakan pelumas berbahan dasar air untuk mengurangi gesekan.

Baca juga: Vaginal Douching: Apakah Aman untuk Kesehatan Reproduksi?

Kapan Harus ke Dokter?

Moms sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter jika:

  • Gejala vulvitis tidak membaik setelah beberapa hari perawatan mandiri.
  • Ada gejala tambahan seperti demam, keputihan yang berbau tidak sedap, atau nyeri hebat.
  • Vulvitis sering kambuh meskipun sudah melakukan langkah pencegahan.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau biopsi (jika diperlukan) untuk menentukan penyebab dan memberikan pengobatan yang tepat.

Vulvitis adalah kondisi yang umum terjadi, tetapi bisa menyebabkan ketidaknyamanan jika tidak ditangani dengan baik. Dengan memahami penyebab, gejala, dan cara mengatasinya, Moms dapat menjaga kesehatan area intim dengan lebih baik. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika gejala berlanjut atau memburuk, karena perawatan yang tepat dapat membantu mengembalikan kenyamanan Moms.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.

Referensi:

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung