Endometritis adalah peradangan pada lapisan dalam rahim (endometrium) yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini dapat terjadi setelah persalinan, keguguran, atau prosedur medis yang melibatkan rahim. Jika tidak ditangani dengan baik, endometritis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infertilitas atau infeksi yang menyebar ke bagian tubuh lain. Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk mengenali […]
Endometritis adalah peradangan pada lapisan dalam rahim (endometrium) yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini dapat terjadi setelah persalinan, keguguran, atau prosedur medis yang melibatkan rahim. Jika tidak ditangani dengan baik, endometritis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infertilitas atau infeksi yang menyebar ke bagian tubuh lain. Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk mengenali gejala dan penyebabnya agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Endometritis merupakan kondisi peradangan pada endometrium yang bisa bersifat akut atau kronis:
-
Endometritis akut: Biasanya terjadi akibat infeksi bakteri yang berkembang dengan cepat dan menyebabkan gejala parah dalam waktu singkat.
-
Endometritis kronis: Peradangan berlangsung dalam jangka waktu lebih lama dan sering kali tanpa gejala yang jelas.
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh bakteri yang masuk ke rahim melalui vagina, terutama setelah proses persalinan, keguguran, atau prosedur medis seperti kuretase dan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD).
Penyebab Endometritis

Sumber gambar: Freepik
1. Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri adalah penyebab utama endometritis. Beberapa jenis bakteri yang sering ditemukan pada kasus endometritis meliputi Streptococcus, Staphylococcus, dan Escherichia coli. Bakteri ini bisa masuk ke rahim melalui vagina dan menyebabkan peradangan. Dalam kondisi normal, sistem kekebalan tubuh dapat mengendalikan bakteri ini, tetapi jika ada faktor pemicu seperti luka atau sisa jaringan di dalam rahim, bakteri dapat berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan infeksi.
Baca juga: Jenis Infeksi Yang Bisa Terjadi Pada Ibu Hamil Dan Risikonya
2. Persalinan atau Keguguran
Proses persalinan atau keguguran dapat meningkatkan risiko endometritis, terutama jika terjadi komplikasi seperti retensi sisa jaringan plasenta di dalam rahim. Setelah melahirkan atau mengalami keguguran, rahim dalam kondisi lebih rentan terhadap infeksi karena terbuka dan membutuhkan waktu untuk pulih. Jika bakteri masuk ke rahim selama proses ini, infeksi dapat berkembang dan menyebabkan peradangan. Risiko ini semakin tinggi jika persalinan berlangsung lama atau dilakukan melalui operasi caesar tanpa pemberian antibiotik pencegahan.
3. Operasi atau Prosedur Medis
Prosedur medis yang melibatkan rahim, seperti kuretase, biopsi endometrium, atau pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), juga dapat meningkatkan risiko infeksi. Jika alat atau instrumen yang digunakan dalam prosedur ini tidak steril, bakteri dapat masuk ke dalam rahim dan menyebabkan infeksi. Selain itu, prosedur yang menyebabkan iritasi atau luka pada lapisan rahim juga dapat membuat bakteri lebih mudah berkembang biak dan menyebabkan peradangan.
Baca juga: 6 Cara Cepat Program Hamil Setelah Kuret
4. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore juga dapat menjadi penyebab utama endometritis. Infeksi ini dapat menyebar dari vagina ke rahim melalui saluran serviks dan menyebabkan peradangan pada lapisan endometrium. Jika tidak diobati, infeksi akibat PMS tidak hanya dapat menyebabkan endometritis, tetapi juga berisiko menyebabkan komplikasi serius seperti penyakit radang panggul (PID) yang dapat berdampak pada kesuburan.
Gejala Endometritis
Gejala endometritis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:
- Nyeri di perut bagian bawah atau panggul
- Demam dan menggigil
- Keputihan berbau tidak sedap
- Perdarahan abnormal atau bercak di luar siklus menstruasi
- Kelelahan dan rasa tidak enak badan
- Nyeri saat berhubungan seksual
Cara Mengatasi Endometritis

Sumber gambar: Freepik
Penanganan endometritis tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Beberapa metode pengobatan yang umum dilakukan meliputi:
1. Antibiotik sebagai Pengobatan Utama
Jika endometritis disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik untuk melawan bakteri penyebab peradangan. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk oral atau intravena, tergantung pada tingkat keparahan infeksi.
Pengobatan dengan antibiotik biasanya berlangsung selama 7 hingga 10 hari, dan sangat penting untuk menghabiskan seluruh dosis yang diresepkan dokter agar infeksi benar-benar teratasi. Jika gejala tidak membaik setelah beberapa hari pengobatan, evaluasi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menentukan apakah ada faktor lain yang memperparah kondisi tersebut.
2. Pengangkatan Jaringan yang Tertinggal
Dalam beberapa kasus, endometritis dapat terjadi akibat sisa jaringan plasenta atau janin yang tertinggal di dalam rahim setelah persalinan atau keguguran. Jika ini terjadi, dokter mungkin akan melakukan prosedur kuretase untuk membersihkan rahim dan menghilangkan jaringan yang tersisa.
Kuretase dilakukan dengan menggunakan alat khusus untuk mengangkat jaringan yang masih menempel di dinding rahim, sehingga mengurangi risiko infeksi yang lebih parah. Prosedur ini biasanya dilakukan di bawah pengawasan medis ketat untuk memastikan tidak ada komplikasi yang muncul setelahnya.
Baca juga: Keguguran Tanpa Kuret, Apa itu dan Bagaimana Perawatannya?
3. Perawatan Pendukung untuk Mempercepat Pemulihan
Selain pengobatan utama, ada beberapa langkah perawatan yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan kenyamanan pasien. Mengonsumsi cairan yang cukup sangat penting untuk mencegah dehidrasi, terutama jika infeksi menyebabkan demam atau berkeringat berlebihan. Istirahat yang cukup juga sangat dianjurkan agar tubuh memiliki waktu untuk pulih dan melawan infeksi dengan lebih efektif.
Selain itu, penggunaan obat pereda nyeri seperti ibuprofen dapat membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan pada area rahim. Jika gejala semakin memburuk atau tidak menunjukkan perbaikan setelah beberapa hari perawatan, sebaiknya segera konsultasikan kembali dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Pencegahan Endometritis
Moms dapat mengurangi risiko endometritis dengan melakukan beberapa langkah pencegahan berikut:
- Menjaga kebersihan area kewanitaan, hindari penggunaan produk kewanitaan yang dapat mengganggu keseimbangan bakteri di vagina.
- Melakukan hubungan seksual yang aman, gunakan kondom untuk mencegah infeksi menular seksual.
- Mengikuti prosedur medis yang steril, pastikan setiap tindakan medis yang berhubungan dengan rahim dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman dan dalam kondisi steril.
- Mendapatkan perawatan pascapersalinan yang baik, jika Moms baru saja melahirkan, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan tidak ada infeksi atau sisa jaringan di rahim.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- NCBI. “Endometritis”. Diakses pada 29 Maret 2025.
- Cleveland Clinic. “Endometritis”. Diakses pada 29 Maret 2025.
- NCBI. “Endometritis”. Diakses pada 29 Maret 2025.
- Healthline. “Endometritis”. Diakses pada 29 Maret 2025.