Morula IVF

Penyebab Cervical Stenosis dan Apa Gejalanya?

March 20, 2025

Penyebab Cervical Stenosis dan Apa Gejalanya?

Cervical stenosis adalah kondisi medis yang terjadi ketika saluran serviks mengalami penyempitan, sehingga menghambat aliran darah menstruasi dan sperma ke dalam rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan menstruasi, nyeri panggul, dan kesulitan untuk hamil. Penyempitan ini bisa disebabkan oleh faktor bawaan, infeksi, atau prosedur medis tertentu. Meskipun sering kali tidak menimbulkan gejala yang signifikan, dalam beberapa kasus, cervical stenosis dapat memengaruhi kesehatan reproduksi dan memerlukan tindakan medis.

Apa Itu Cervical Stenosis?

Cervical stenosis adalah kondisi di mana serviks (leher rahim) mengalami penyempitan atau bahkan tersumbat sepenuhnya. Serviks berfungsi sebagai jalur keluar darah menstruasi dan sebagai pintu masuk sperma menuju rahim selama proses pembuahan. Jika serviks terlalu sempit, kondisi ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormonal, nyeri, hingga infertilitas.

Cervical stenosis bisa bersifat bawaan sejak lahir atau berkembang akibat faktor lain, seperti infeksi, peradangan, atau prosedur medis tertentu yang menyebabkan jaringan parut pada serviks.

Penyebab Cervical Stenosis

Cervical Stenosis
Sumber gambar: Freepik

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyempitan serviks antara lain:

1. Kelainan Bawaan

Beberapa wanita terlahir dengan serviks yang lebih sempit dari biasanya, yang dikenal sebagai kelainan bawaan atau kongenital. Pada kasus ini, penyempitan serviks bukan disebabkan oleh faktor eksternal seperti infeksi atau prosedur medis, melainkan karena perkembangan anatomi yang tidak sempurna sejak dalam kandungan. Kelainan bawaan ini sering kali baru terdeteksi saat seorang wanita mengalami masalah menstruasi, kesulitan hamil, atau selama pemeriksaan kesuburan.

Baca juga: Dampak Kelainan Bentuk Rahim pada Ibu Hamil

2. Infeksi atau Peradangan

Infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia atau gonore dapat menyebabkan peradangan pada serviks, yang kemudian memicu pembentukan jaringan parut. Selain itu, radang panggul kronis juga dapat merusak jaringan serviks dan mempersempit saluran serviks secara bertahap. Peradangan berulang kali dapat memperburuk kondisi ini dan meningkatkan risiko komplikasi lain, seperti nyeri menstruasi yang hebat atau infertilitas akibat aliran darah menstruasi yang terhambat.

Baca juga: Atasi Nyeri Haid dengan 8 Langkah Praktis

3. Prosedur Medis Sebelumnya

Tindakan medis yang melibatkan serviks, seperti krioterapi, biopsi serviks, atau prosedur pengangkatan jaringan abnormal menggunakan metode LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure), dapat menyebabkan jaringan parut. Setelah menjalani prosedur-prosedur ini, jaringan serviks mungkin tidak sembuh dengan sempurna, yang akhirnya menyebabkan penyempitan atau bahkan penyumbatan total pada saluran serviks. Oleh karena itu, setelah menjalani prosedur medis pada serviks, penting untuk melakukan pemantauan agar kondisi ini dapat dicegah sejak dini.

4. Menopause

Saat memasuki menopause, tubuh wanita mengalami penurunan kadar hormon estrogen secara signifikan. Estrogen berperan penting dalam menjaga elastisitas dan kelembapan jaringan serviks. Ketika estrogen menurun, jaringan serviks menjadi lebih tipis, kaku, dan rentan mengalami penyempitan. Inilah sebabnya mengapa cervical stenosis lebih sering terjadi pada wanita pascamenopause, terutama jika mereka mengalami atrofi vagina atau perubahan lain yang berhubungan dengan penuaan.

5. Endometriosis

Endometriosis adalah kondisi di mana jaringan yang seharusnya tumbuh di dalam rahim justru berkembang di luar rahim, termasuk di sekitar serviks. Jika jaringan endometrium tumbuh berlebihan di area serviks, hal ini dapat menyebabkan penyumbatan atau penyempitan saluran serviks, yang mengganggu aliran darah menstruasi serta mempersulit kehamilan. Pada beberapa kasus, endometriosis serviks juga bisa menyebabkan nyeri panggul kronis dan ketidaknyamanan saat berhubungan seksual.

Baca juga: Kanker Endometrium: Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya

Gejala Cervical Stenosis

Cervical Stenosis
Sumber gambar: Freepik

Moms mungkin tidak selalu merasakan gejala yang jelas, tetapi beberapa tanda umum dari cervical stenosis meliputi:

1. Menstruasi Tidak Teratur atau Tidak Keluar Sama Sekali (Amenore)

Salah satu gejala utama cervical stenosis adalah gangguan menstruasi, di mana darah menstruasi tidak dapat keluar dengan lancar atau bahkan terperangkap di dalam rahim. Akibatnya, wanita yang mengalami kondisi ini mungkin mengalami menstruasi yang sangat sedikit, tidak teratur, atau dalam kasus yang lebih parah, tidak mengalami menstruasi sama sekali (amenore). Jika darah tidak dapat keluar, kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan darah dalam rahim yang disebut hematometra, yang dapat memicu rasa nyeri hebat serta komplikasi lebih lanjut.

Baca juga: 14 Penyebab Mens Tidak Teratur yang Perlu Anda Ketahui

2. Nyeri Panggul atau Kram Hebat

Darah menstruasi yang tidak dapat mengalir keluar dengan normal dapat menyebabkan tekanan dalam rahim meningkat, yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri panggul atau kram hebat. Rasa sakit ini bisa terasa seperti nyeri haid biasa, tetapi lebih intens dan berkepanjangan. Pada beberapa kasus, nyeri ini dapat menjadi kronis dan mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama jika penyumbatan serviks menyebabkan penumpukan darah yang semakin banyak di dalam rahim.

3. Kesulitan Hamil (Infertilitas)

Wanita yang mengalami cervical stenosis juga berisiko mengalami kesulitan hamil. Hal ini disebabkan oleh penyempitan serviks yang dapat menghambat pergerakan sperma menuju rahim. Serviks yang sehat berfungsi sebagai jalur masuk bagi sperma untuk mencapai sel telur, namun jika jalur ini terlalu sempit atau bahkan tertutup, peluang pembuahan menjadi lebih rendah. Pada kasus tertentu, dokter mungkin perlu melakukan prosedur medis seperti dilatasi serviks untuk meningkatkan kemungkinan kehamilan secara alami atau melalui prosedur kesuburan seperti inseminasi buatan atau bayi tabung.

Baca juga: Oogenesis: Proses Pembentukan Sel Telur dalam Reproduksi Manusia

4. Nyeri Saat Berhubungan Seksual

Penyempitan serviks juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia). Kondisi ini bisa disebabkan oleh kurangnya elastisitas jaringan serviks akibat penyempitan yang terjadi, serta kemungkinan adanya peradangan atau tekanan berlebih di dalam rahim. Nyeri saat berhubungan seksual bisa menjadi tanda cervical stenosis yang sering diabaikan, terutama jika tidak disertai dengan gangguan menstruasi.

5. Infeksi Rahim (Hematometra atau Pyometra)

Jika penyumbatan serviks menyebabkan darah menstruasi menumpuk dalam rahim tanpa bisa keluar, risiko infeksi rahim meningkat secara signifikan. Penumpukan darah yang terinfeksi dapat menyebabkan kondisi yang disebut pyometra, yaitu akumulasi nanah di dalam rahim yang dapat menyebabkan infeksi serius. Gejalanya dapat meliputi demam, nyeri panggul yang parah, dan keluarnya cairan berbau tidak sedap dari vagina. Jika tidak segera ditangani, infeksi ini dapat menyebar dan menyebabkan komplikasi yang lebih serius.

Apakah Cervical Stenosis Bisa Dicegah?

Tidak semua kasus cervical stenosis dapat dicegah, tetapi beberapa langkah berikut bisa membantu mengurangi risikonya:

  • Menjaga kesehatan reproduksi dengan menghindari infeksi menular seksual dan rutin melakukan pemeriksaan ginekologi.
  • Menghindari prosedur medis yang tidak diperlukan pada serviks, kecuali atas rekomendasi dokter.
  • Menggunakan terapi hormon yang sesuai bagi Moms yang mengalami menopause untuk menjaga kelembapan dan fleksibilitas jaringan serviks.

Cervical stenosis adalah kondisi penyempitan serviks yang bisa mengganggu kesehatan reproduksi dan menstruasi. Meski tidak selalu menimbulkan gejala, kondisi ini dapat menyebabkan nyeri panggul, gangguan menstruasi, dan kesulitan hamil. Jika Moms mengalami gejala yang mencurigakan, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Dengan deteksi dini dan pengobatan yang sesuai, cervical stenosis bisa dikelola dengan baik tanpa menimbulkan komplikasi serius.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi

Tetap terhubung dan terinformasi di sini.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi 150-IVF atau 150-483, Senin – Sabtu pukul 07.00 – 20.00 WIB

Buat Janji

Newsletter

Dapatkan informasi dan tips terbaru dari Morula IVF mengenai program kehamilan dan bayi tabung