Sebagian Moms bisa saja melewati HPL (hari perkiraan lahir) tanpa tanda-tanda kontraksi atau pembukaan. Meski hal ini cukup umum, terlambat melahirkan tetap perlu dipantau karena berisiko bagi ibu dan bayi. Banyak faktor yang bisa menyebabkan keterlambatan persalinan, dari perhitungan tanggal yang meleset hingga kondisi medis tertentu. Ketahui penyebab, risiko, dan langkah penanganan yang aman agar […]
Sebagian Moms bisa saja melewati HPL (hari perkiraan lahir) tanpa tanda-tanda kontraksi atau pembukaan. Meski hal ini cukup umum, terlambat melahirkan tetap perlu dipantau karena berisiko bagi ibu dan bayi. Banyak faktor yang bisa menyebabkan keterlambatan persalinan, dari perhitungan tanggal yang meleset hingga kondisi medis tertentu. Ketahui penyebab, risiko, dan langkah penanganan yang aman agar Moms bisa tetap tenang dan terinformasi.
Apa Itu Kehamilan Lewat Waktu?
Kehamilan lewat waktu (post-term pregnancy) terjadi ketika usia kandungan melampaui 42 minggu. Sebagai perbandingan, kehamilan normal berlangsung antara 37 hingga 41 minggu. Sekitar 5% wanita hamil mengalami kehamilan lewat waktu, dan sebagian besar dari mereka tetap bisa melahirkan bayi yang sehat. Namun, begitu usia kandungan melewati 40 minggu, dokter biasanya mulai memantau kondisi janin dan ibu dengan lebih intens.
Penyebab Terlambat Melahirkan

Sumber gambar: iStock
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan kehamilan berlangsung lebih lama dari waktu yang diperkirakan:
1. Kesalahan Perhitungan HPL
Salah satu penyebab paling umum kehamilan lewat dari Hari Perkiraan Lahir (HPL) adalah kesalahan dalam menghitung tanggal haid terakhir. Jika Moms memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur, maka tanggal ovulasi dan pembuahan pun bisa berbeda dari yang diperkirakan. Hal ini menyebabkan HPL meleset beberapa hari, bahkan hingga satu minggu atau lebih. Selain itu, penggunaan metode konvensional dalam menentukan usia kehamilan, tanpa pemeriksaan USG pada trimester pertama, juga bisa memperbesar kemungkinan salah perhitungan.
2. Kehamilan Pertama
Bagi Moms yang sedang menjalani kehamilan pertama, kemungkinan besar proses persalinan akan datang lebih lambat dari HPL. Ini adalah kondisi yang umum dan dianggap sebagai respons alami tubuh yang masih beradaptasi terhadap proses melahirkan. Rata-rata ibu hamil anak pertama cenderung melahirkan setelah melewati minggu ke-40. Meskipun terlihat mengkhawatirkan, keterlambatan ini biasanya masih dalam batas aman selama tidak ada tanda komplikasi serius.
Baca juga: Sulit Hamil Anak Kedua? Yuk Ketahui Apa Saja Penyebabnya
3. Riwayat Kehamilan Lewat Waktu
Jika sebelumnya Moms pernah mengalami kehamilan yang lewat dari waktu, maka besar kemungkinan pola ini akan terulang. Riwayat kehamilan semacam ini bisa menjadi indikator kecenderungan tubuh dalam mempersiapkan persalinan lebih lama. Faktor hormonal dan respons rahim terhadap sinyal persalinan kemungkinan memiliki pola unik pada setiap wanita. Oleh karena itu, dokter biasanya akan lebih waspada jika Moms memiliki riwayat kehamilan serupa.
4. Faktor Genetik
Faktor keturunan juga diyakini berperan dalam menentukan panjang masa kehamilan. Bila ibu kandung atau saudara perempuan Moms juga cenderung melahirkan lewat waktu, maka peluang kondisi yang sama terjadi pun meningkat. Genetik dapat memengaruhi hormon, respons serviks, hingga waktu yang dibutuhkan janin untuk berkembang sempurna di dalam kandungan. Meski tak bisa dikendalikan, mengenali faktor ini bisa membantu Moms dan dokter dalam menyusun strategi persalinan yang lebih tepat.
Baca juga: Ini 6 Jenis Hormon Kehamilan yang Wajib Diketahui
5. Jenis Kelamin Bayi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kehamilan bayi laki-laki cenderung berlangsung sedikit lebih lama dibanding bayi perempuan. Meskipun perbedaannya tidak besar, tren ini cukup konsisten dalam beberapa studi kehamilan. Faktor hormonal dan perkembangan janin laki-laki diyakini memerlukan waktu sedikit lebih lama sebelum siap lahir. Jadi, bila janin Moms berjenis kelamin laki-laki, keterlambatan persalinan dalam hitungan hari bisa saja terjadi secara alami.
Risiko Terlambat Melahirkan

Sumber gambar: iStock
Meski tidak selalu menimbulkan komplikasi, kehamilan yang lewat waktu tetap berpotensi menimbulkan risiko berikut:
1. Plasenta Menurun Fungsinya
Saat kehamilan melewati usia 40 minggu, fungsi plasenta bisa mulai menurun. Organ ini berperan penting dalam mengalirkan oksigen dan nutrisi ke janin, sehingga jika kinerjanya menurun, pertumbuhan janin bisa terganggu. Bagi Moms, kondisi ini dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti stres janin atau pertumbuhan janin terhambat. Oleh karena itu, pemantauan ketat sangat penting jika kehamilan memasuki minggu ke-41 atau ke-42.
Baca juga: Ketahui 5 Gangguan Plasenta pada Ibu Hamil
2. Cairan Ketuban Berkurang
Cairan ketuban yang jumlahnya menurun bisa menandakan bahwa tubuh janin mulai kehilangan ruang dan pelindung yang dibutuhkan. Kekurangan cairan ketuban atau oligohidramnion dapat membuat tali pusat tertekan. Akibatnya, aliran oksigen ke janin bisa terganggu, sehingga meningkatkan risiko detak jantung tidak stabil atau bayi stres. Jika kondisi ini terdeteksi, biasanya dokter akan menyarankan induksi atau tindakan medis lainnya demi keselamatan Moms dan bayi.
3. Sindrom Aspirasi Mekonium
Semakin lama janin berada di dalam kandungan, semakin besar pula kemungkinan ia buang air besar sebelum lahir. Ketika mekonium tercampur dalam cairan ketuban dan terhirup oleh bayi, bisa terjadi gangguan pernapasan serius saat lahir. Kondisi ini dikenal sebagai sindrom aspirasi mekonium, dan bisa menyebabkan infeksi paru, sesak napas, bahkan memerlukan perawatan intensif. Oleh sebab itu, kehamilan lewat waktu perlu diawasi ketat oleh dokter.
4. Berat Bayi Terlalu Besar
Janin yang berada lebih lama dalam rahim cenderung terus tumbuh, sehingga berat badannya bisa melebihi ukuran rata-rata. Bayi besar atau makrosomia dapat menyulitkan proses persalinan normal karena ukuran tubuhnya sulit melewati jalan lahir. Hal ini berisiko menyebabkan persalinan lama, cedera perineum, atau bahkan harus menjalani operasi sesar. Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk rutin melakukan USG agar berat janin bisa dipantau secara akurat.
5. Kematian Janin
Meski jarang terjadi, risiko kehamilan yang melewati usia 42 minggu dapat meningkatkan kemungkinan kematian janin dalam kandungan. Ini bisa disebabkan oleh penurunan fungsi plasenta, ketuban berkurang, atau masalah lain yang tidak terdeteksi. Itulah mengapa kehamilan pasca-term perlu dipantau sangat ketat oleh dokter, dan biasanya akan disarankan induksi persalinan sebelum mencapai batas risiko. Dengan pemantauan dan penanganan tepat, keselamatan Moms dan bayi tetap bisa dijaga optimal.
Baca juga: Bayi Lahir Mati (Stillbirth): Penyebab, Risiko, dan Pencegahannya
Tanda-Tanda Harus Segera ke Dokter
Jika usia kehamilan Moms sudah lewat dari 40 minggu, perhatikan tanda-tanda ini:
-
Penurunan gerakan bayi
-
Pendarahan
-
Kontraksi yang tidak teratur tapi menyakitkan
-
Pecah ketuban tanpa kontraksi
-
Ketuban berwarna kehijauan (indikasi mekonium)
Cara Mengatasi Kehamilan Lewat Waktu

Sumber gambar: iStock
1. Pemantauan Ketat
Dokter akan melakukan pemeriksaan rutin seperti non-stress test (NST) dan USG untuk memeriksa detak jantung bayi, volume ketuban, dan kondisi plasenta.
2. Induksi Persalinan
Jika tidak ada tanda persalinan hingga 41 atau 42 minggu, induksi biasanya menjadi pilihan. Prosedur ini menggunakan obat atau metode tertentu untuk memulai kontraksi buatan.
3. Metode Alami untuk Merangsang Persalinan
Beberapa Moms mencoba cara alami, seperti:
-
Berjalan kaki ringan
-
Hubungan intim (dengan izin dokter)
-
Pijatan puting
-
Mengonsumsi makanan yang dipercaya memicu kontraksi, seperti nanas atau kurma
Baca juga: Pentingnya Mengetahui Pemeriksaan Kehamilan atau Antenatal Care
4. Kondisi Darurat? Siapkan Opsi Sesar
Jika kondisi bayi atau Moms tidak memungkinkan persalinan normal, tim medis bisa merekomendasikan operasi sesar untuk menghindari risiko komplikasi.
Terlambat melahirkan bukan kondisi yang harus ditakuti, tapi harus diawasi secara medis. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kesalahan hitung hingga faktor genetik. Meski umumnya tidak berbahaya, tetap ada risiko yang mengintai jika kehamilan dibiarkan lewat dari 42 minggu tanpa tindakan. Pemeriksaan rutin dan komunikasi aktif dengan dokter menjadi kunci agar Moms dan bayi tetap sehat sampai persalinan tiba.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms & Dads dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi:
- Healthline. “Overdue Baby”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- National Center for Biotechnology Information. “Prolonged Pregnancy”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Mayo Clinic. “Overdue Pregnancy: What to Know”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- Pregnancy, Birth and Baby. “Overdue”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.
- WebMD. “What to Know About Overdue Baby”. Tanggal Akses 30 Mei 2025.