Semua Artikel

Subinvolusi Uteri, Rahim Tak Kembali ke Ukuran Normal Pasca Melahirkan

Hamzah
09 Apr 2025
Share Facebook Twitter WhatsApp
Subinvolusi Uteri, Rahim Tak Kembali ke Ukuran Normal Pasca Melahirkan

Subinvolusi uteri adalah kondisi di mana rahim tidak kembali ke ukuran semula setelah proses persalinan. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa ada gangguan dalam masa nifas dan perlu mendapat perhatian medis. Meskipun tidak selalu membahayakan, jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi seperti perdarahan postpartum atau infeksi. Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk memahami […]

Subinvolusi uteri adalah kondisi di mana rahim tidak kembali ke ukuran semula setelah proses persalinan. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa ada gangguan dalam masa nifas dan perlu mendapat perhatian medis. Meskipun tidak selalu membahayakan, jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi seperti perdarahan postpartum atau infeksi. Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk memahami apa itu subinvolusi uteri, penyebab, gejala, hingga penanganannya agar bisa lebih waspada selama masa pemulihan setelah melahirkan.

Apa Itu Subinvolusi Uteri?

Secara alami, setelah melahirkan, rahim akan mengalami proses involusi, yaitu penyusutan ukuran rahim dari kondisi saat hamil kembali ke ukuran sebelum hamil. Biasanya, proses ini berlangsung selama 6 minggu setelah persalinan. Namun, dalam kasus subinvolusi uteri, proses ini terganggu dan rahim tidak menyusut sebagaimana mestinya.

Kondisi ini dapat terdeteksi melalui pemeriksaan pascapersalinan ketika dokter mendapati ukuran rahim masih lebih besar dari yang seharusnya pada minggu tertentu, disertai dengan gejala-gejala lain seperti perdarahan berlebih atau keluarnya lochia (darah nifas) dalam jumlah yang tidak normal.

Penyebab Subinvolusi Uteri

Subinvolusi Uteri

Sumber gambar: Freepik

1. Retensi Sisa Plasenta atau Membran

Salah satu penyebab utama subinvolusi uteri adalah retensi jaringan plasenta atau membran yang tertinggal di dalam rahim setelah proses persalinan. Ketika jaringan tersebut tidak dikeluarkan sepenuhnya, kontraksi rahim tidak dapat terjadi secara optimal, sehingga menghambat proses penyusutan alami rahim setelah melahirkan.

Kondisi ini sering kali ditandai dengan perdarahan pascapersalinan yang berkepanjangan dan terkadang disertai nyeri. Pemeriksaan USG dan tindakan medis mungkin diperlukan untuk membersihkan rahim secara menyeluruh agar pemulihan dapat berjalan normal.

Baca juga: Ketahui 5 Gangguan Plasenta pada Ibu Hamil

2. Infeksi Rahim (Endometritis)

Infeksi pada lapisan dalam rahim, atau yang dikenal dengan endometritis, juga merupakan pemicu umum subinvolusi. Infeksi ini dapat menyebabkan peradangan yang mengganggu proses penyusutan rahim serta menimbulkan gejala seperti demam, nyeri perut bawah, dan keputihan yang tidak normal.

Endometritis biasanya muncul beberapa hari hingga minggu setelah persalinan dan membutuhkan penanganan segera menggunakan antibiotik. Jika tidak ditangani, infeksi ini bisa berdampak pada kesuburan dan memperburuk kondisi kesehatan Moms.

3. Aktivitas Fisik yang Berlebihan Setelah Melahirkan

Moms yang terlalu cepat kembali ke aktivitas fisik berat pascamelahirkan dapat memperlambat proses involusi rahim. Otot rahim yang masih dalam masa pemulihan bisa mengalami stres tambahan yang menghambat kontraksi alami dan memperpanjang masa penyusutan.

Itulah sebabnya penting untuk memberikan waktu bagi tubuh beristirahat secara optimal selama masa nifas. Dukungan dari keluarga dalam proses pemulihan juga dapat membantu Moms terhindar dari risiko subinvolusi.

Baca juga: 6 Cara Mudah Langsing Setelah Melahirkan

4. Multiparitas (Melahirkan Lebih dari Satu Kali)

Melahirkan beberapa kali atau multiparitas dapat menyebabkan otot rahim menjadi kurang elastis dibandingkan pada kehamilan pertama. Hal ini membuat proses penyusutan rahim berjalan lebih lambat, dan risiko subinvolusi menjadi lebih tinggi.

Meski umum terjadi pada ibu dengan anak lebih dari satu, kondisi ini tetap perlu diwaspadai dan dipantau melalui pemeriksaan rutin setelah melahirkan. Dokter biasanya akan memantau ukuran rahim dan kondisi perdarahan untuk memastikan involusi berjalan sesuai tahapan.

5. Kondisi Medis Tertentu (Seperti Anemia atau Gangguan Pembekuan Darah)

Kondisi kesehatan yang mendasari seperti anemia atau gangguan pembekuan darah dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam memulihkan diri pascapersalinan. Kekurangan sel darah merah bisa memperlambat pemulihan jaringan rahim, sementara gangguan pembekuan dapat meningkatkan risiko perdarahan.

Penanganan kondisi ini harus dilakukan secara menyeluruh dengan dukungan gizi yang baik serta pengawasan medis. Dengan mengenali faktor-faktor penyebab subinvolusi uteri lebih awal, Moms bisa segera mengambil langkah penanganan agar proses pemulihan berjalan optimal.

Baca juga: Makanan Penambah Darah untuk Ibu Hamil, Pentingnya Asupan Zat Besi

Gejala Subinvolusi Uteri yang Perlu Diwaspadai

Subinvolusi uteri seringkali tidak menimbulkan gejala yang spesifik di awal. Namun, beberapa tanda berikut bisa menjadi petunjuk adanya gangguan:

  • Perdarahan nifas berkepanjangan atau berlebihan lebih dari 2 minggu.

  • Lochia berbau tidak sedap, yang bisa menjadi tanda infeksi.

  • Nyeri perut bagian bawah yang terus menerus, tidak membaik setelah hari-hari awal pasca melahirkan.

  • Ukuran rahim masih besar saat diperiksa oleh tenaga medis pada kontrol postpartum.

Penanganan Subinvolusi Uteri

Penanganan subinvolusi uteri tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa tindakan medis yang umum dilakukan meliputi:

  • Pemberian oksitosin: Hormon oksitosin diberikan untuk merangsang kontraksi rahim agar proses penyusutan berlangsung lebih optimal.

  • Kuretase rahim: Dilakukan jika ditemukan sisa plasenta atau jaringan abnormal di dalam rahim.

  • Antibiotik: Jika penyebabnya adalah infeksi, maka pengobatan dengan antibiotik diperlukan untuk menghentikan peradangan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Dalam beberapa kasus ringan, dokter mungkin hanya akan menyarankan observasi dan istirahat yang cukup. Namun, penting bagi Moms untuk tidak mengabaikan gejala-gejala yang muncul dan tetap melakukan kontrol pascapersalinan sesuai anjuran dokter.

Cara Mencegah Subinvolusi Uteri

Subinvolusi Uteri

Sumber gambar: Freepik

Untuk mencegah kondisi ini, ada beberapa hal yang bisa Moms lakukan selama masa nifas:

1. Menghindari Aktivitas Berat

Masa nifas merupakan periode penting bagi rahim untuk kembali ke ukuran dan fungsi normalnya. Oleh karena itu, Moms sangat disarankan untuk tidak melakukan aktivitas fisik berat selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Aktivitas seperti mengangkat beban, terlalu sering berdiri, atau bergerak secara berlebihan dapat menghambat kontraksi rahim yang dibutuhkan untuk proses involusi.

Istirahat yang cukup dan bantuan dari pasangan atau keluarga dalam mengurus kebutuhan rumah tangga akan sangat membantu pemulihan. Memberi waktu bagi tubuh untuk pulih secara alami akan mengurangi risiko terjadinya subinvolusi uteri dan komplikasi lainnya setelah melahirkan.

Baca juga: Rekomendasi Makanan Sehat Setelah Ibu Melahirkan

2. Menyusui Secara Eksklusif

Menyusui tidak hanya memberikan nutrisi terbaik bagi bayi, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan rahim ibu. Saat menyusui, tubuh memproduksi hormon oksitosin yang secara alami merangsang kontraksi rahim, membantu mempercepat proses penyusutan dan mencegah subinvolusi uteri.

Kegiatan menyusui secara teratur sejak dini dapat mempercepat keluarnya sisa darah dan jaringan dari dalam rahim. Hal ini sangat penting agar rahim dapat kembali ke kondisi semula dengan optimal dan mengurangi risiko infeksi maupun perdarahan pascapersalinan.

3. Menjaga Kebersihan Area Kewanitaan

Setelah persalinan, terutama yang dilakukan secara normal, menjaga kebersihan area kewanitaan menjadi sangat penting. Kebersihan yang tidak terjaga bisa memicu infeksi rahim (endometritis), yang menjadi salah satu penyebab subinvolusi uteri.

Moms sebaiknya rutin mengganti pembalut nifas, mencuci area kewanitaan dengan air bersih, dan menghindari penggunaan produk pembersih dengan bahan kimia keras. Dengan kebersihan yang terjaga, risiko infeksi dapat ditekan, sehingga proses pemulihan rahim berjalan lebih lancar.

Baca juga: Vaginal Douching: Apakah Aman untuk Kesehatan Reproduksi?

4. Melakukan Kontrol Rutin ke Dokter Kandungan

Pemeriksaan pascapersalinan secara berkala sangat penting untuk memastikan rahim berkontraksi dengan baik. Dokter kandungan akan mengevaluasi ukuran rahim, kondisi perdarahan, serta mendeteksi dini jika ada tanda-tanda subinvolusi uteri.

Jika ditemukan kelainan atau perlambatan proses involusi, dokter dapat segera memberikan tindakan yang tepat. Kontrol rutin juga memberi kesempatan bagi Moms untuk berkonsultasi tentang gejala yang dirasakan selama masa nifas, sehingga bisa mendapat penanganan medis lebih awal.

Baca juga: Pentingnya Mengetahui Pemeriksaan Kehamilan atau Antenatal Care

5. Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Tubuh

Kondisi fisik pascapersalinan sangat membutuhkan asupan nutrisi yang memadai. Mengonsumsi makanan tinggi zat besi, vitamin, dan protein sangat penting untuk mempercepat penyembuhan rahim dan mendukung keseluruhan proses pemulihan tubuh.

Nutrisi yang cukup juga membantu mencegah anemia, yang sering dikaitkan dengan perlambatan involusi rahim. Moms sebaiknya mengonsumsi makanan sehat seimbang dan bila perlu, mengonsumsi suplemen sesuai anjuran dokter untuk menunjang pemulihan setelah melahirkan secara optimal.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi. 

Referensi

Share Facebook Twitter WhatsApp

Artikel Terkait

Kesehatan 5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

5 Jenis Keputihan dan Artinya bagi Kesehatan

Admin
14 Nov 2025

Keputihan adalah cairan yang diproduksi secara alami oleh kelenjar di vagina dan serviks. Fungsi utamanya adalah menjaga kesehatan dengan membersihkan sel-sel mati dan bakteri dari area vagina. Namun, perubahan pada…

Selengkapnya
Kesehatan Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Mempengaruhi Kesuburan?

Hamzah
13 Nov 2025

Konsumsi gula berlebih dapat berdampak negatif pada kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Gula dalam jumlah tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormon, meningkatkan risiko resistensi insulin, serta berkontribusi terhadap peradangan dalam…

Selengkapnya
Masa Kehamilan Cara Membaca Hasil USG Kehamilan dengan Mudah dan Akurat

Cara Membaca Hasil USG Kehamilan dengan Mudah dan Akurat

Hamzah
12 Nov 2025

Hasil USG kehamilan adalah salah satu cara utama bagi Moms dan tenaga medis untuk memantau perkembangan janin dalam kandungan. Namun, bagi sebagian besar orang, memahami hasil USG bisa membingungkan karena…

Selengkapnya